Inovasi dibutuhkan untuk maju dan bersaing di tingkat global. Terlebih di tengah pandemi Covid-19, inovasi juga dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Terkait hal itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran penting dan strategis.
Saat pandemi merebak, BPPT tancap gas membangun sinergi pentahelix dengan institusi lain, mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, komunitas/asosiasi, hingga perusahaan menghasilkan berbagai inovasi antara lain alat pemeriksaan dini (rapid test Covid-19), lab bergerak Bio Safety level 2 (MobileLabBSL-2), emergency ventilator dan terlibat dalam pengembangan vaksin Merah Putih.
Memang, lembaga pengkajian dan penerapan (jirap) yang pada Agustus mendatang genap berusia 43 tahun ini tak pernah surut menghasilkan inovasi teknologi. Hadirnya UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) semakin menguatkan peran BPPT sebagai jirap dan diharapkan dapat menjadi otak pemulihan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi.
Hal itu disampaikan Presiden RI Joko Widodo saat membuka Rakernas BPPT 2021. BPPT harus menjadi otak pemulihan ekonomi secara extraordinary. Dalam arahannya, Presiden menegaskan, BPPT harus berburu inovasi dan teknologi untuk dikembangkan dan siap diterapkan. Presiden juga menekankan bahwa BPPT harus menjadi lembaga akuisisi teknologi maju dari mana pun. Presiden meminta agar BPPT menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia sehingga mampu memproduksi teknologinya sendiri.
Kepala BPPT Hammam Riza menyambut harapan Kepala Negara dengan menyatakan kesiapan BPPT siap mewujudkan sebuah lompatan besar dalam sektor inovasi teknologi dalam rangka mendukung cita-cita Indonesia sebagai negara maju yang ekonominya berbasis inovasi.
Menurut Hammam, harapan Presiden sejalan dengan komitmen BPPT menjadi urat nadi inovasi tanpa henti untuk memajukan, menyejahterakan dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Oleh sebab itu, sangat penting adanya penguatan peran BPPT dalam memperkuat ekosistem inovasi teknologi melalui ketetapan Presiden untuk percepatan pemulihan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.
Delapan bidang fokus teknologi
Rakernas BPPT pada Maret 2021 menghasilkan rencana strategis delapan bidang fokus teknologi dengan mengedepankan produk inovasi anak bangsa seraya memperkuat peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Kedelapan bidang fokus yang akan dikaji dan diterapkan dalam kegiatan BPPT tahun ini dimulai dari bidang fokus teknologi kebencanaan, rekayasa keteknikan, kemaritiman, transportasi, kesehatan dan pangan, energi, pertahanan dan keamanan, serta bidang teknologi informasi dan elektronika.
Sebagai tindak lanjut rakernas, BPPT melakukan refocusing program pada tahun 2021. Komitmen ini sejalan dengan mandat BPPT mengimplementasikan lima flagship nasional dan super proyek nasional sejak tahun 2019. Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam Kombatan, misalnya ditargetkan terbang perdana tahun 2021 dan melakukan percepatan akuisisi teknologi untuk platform kombatan di tahun 2022.
Menjadi negeri rawan bencana, BPPT fokus melakukan percepatan implementasi sistem peringatan dini tsunami yaitu Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTews). Sistem ini mendeteksi tsunami berbasis sensor-sensor surface buoy dan Ocean Bottom Unit yang ada di dasar laut. Selain buoy, sistem ini juga dilengkapi dengan teknologi akustik tomografi pantai dan sistem kabel bawah laut. Selain itu, teknologi modifikasi cuaca telah dimanfaatkan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta redistribusi hujan mencegah banjir.
Di bidang kesehatan, saat ini, hampir 90 persen bahan baku obat (BBO) didominasi impor. Untuk itu, BPPT melahirkan teknologi produksi BBO seperti amoksisilin, parasetamol, insulin, dan obat herbal. Selain itu, BPPT juga mengembangkan vaksin HPV, virus penyebab kanker serviks. Ada pula implan tulang traumatik dan gigi dan alkes untuk mendukung testing, tracing, dan treatment (3T) untuk penanganan Covid-19.
Inovasi di bidang pangan, BPPT berinovasi angkat pamor pangan lokal untuk membantu pencegahan stunting dan mewujudkan ketahanan pangan lewat smart farming.
Di bidang energi, BPPT mendorong inovasi energi baru terbarukan lewat pengembangan bahan bakar nabati dan biodiesel, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Tak hanya itu, BPPT juga mendapat penugasan nasional membangun inovasi garam industri terintegrasi, kendaraan listrik berbasis baterai dan green fuel penyubtitusi bensin.
Pada era revolusi industri 4.0, BPPT berkomitmen menjadi pusat kecerdasan teknologi. Berbagai produk berbasiskan kecerdasan artifisial telah dibangun BPPT, di antaranya chatbot yakni program komputer yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan dengan pengguna manusia.
“Saat ini, kami sedang mengusulkan rancangan peraturan presiden tentang percepatan penyelenggaraan kecerdasan artifisial di Indonesia,” ungkap Hammam.
Sebagai pusat kecerdasan teknologi, BPPT telah membentuk Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial (PIKA) induk pengembangan kecerdasan artifisial yang melibatkan perguruan tinggi, start up, industri, lembaga jirap dan inovator lainnya. Teknologi kecerdasan artifisial ini ditandai dengan inovasi aplikasi prediksi kebakaran hutan, prediksi tsunami dan aplikasi untuk mendeteksi Covid-19 berbasis data CT scan dan X-ray.
Di bidang teknologi informasi dan elektronika, BPPT berhasil melahirkan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), big data, dan Sistem Informasi Zoonosis dan Emerging Infectious Diseases (SIZE).
Di bidang keteknikan, BPPT membuat peluncur kapal berbahan karet lokal, teknologi garam industri terintegrasi, pengolahan sampah, pengolahan emas bebas merkuri dan rumah komposit tahan gempa.
Sejalan dengan fokus pemerintah dalam pengembangan poros maritim, BPPT melakukan kaji terap teknologi kapal mini LNG untuk pemanfaatan energi bersih, Wahana Angkut Anjungan Lepas Pantai Pasca Operasi (ALPO) untuk peningkatan keselamatan pelayaran nasional. Harbour Tug Boat Dual Fuel untuk mendukung aktivitas operasional kepelabuhanan yang bersih ramah lingkungan, juga National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) untuk pembangunan wilayah pantai secara terpadu.
Produk berbasis teknologi
Untuk meningkatkan perannya, BPPT terus melaksanakan program pengkajian dan penerapan yang berdampak pada sektor ekonomi. Peran BPPT ini diperkuat lewat UU Sisnas Iptek. Pasal yang mengatur kaji terap dalam UU itu sangat identik dengan peran BPPT. Tujuh peran strategis meliputi perekayasaan, audit, kliring, alih teknologi, intermediasi teknologi, difusi iptek, dan komersialisasi teknologi.
“Oleh karena itu, dalam upaya menata suatu ekosistem inovasi, lembaga seperti BPPT harus hadir untuk mendorong terjadinya alih teknologi, difusi ilmu pengetahuan, komersialisasi teknologi juga pelaksanaan fungsi pengkajian, seperti perekayasaan, kliring, dan audit teknologi,” tutur Hammam.
Diharapkan, hilirisasi produk berteknologi dapat memberi nilai tambah produk, menekan impor dengan meningkatkan komponen dalam negeri, serta pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pemulihan ekonomi.
Hammam mengungkapkan, BPPT mempercepat pembangunan dengan inovasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi agar Indonesia sebagai negara yang maju, mandiri, dan berdaya saing.
“Untuk menuju ke sana lanjutnya, BPPT sebagai lembaga kaji terap teknologi harus bekerja lebih keras dan fokus dalam melakukan penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia, menciptakan produk flagship serta penguatan inovasi dan layanan teknologi. Oleh karena itu, dibutuhkan BPPT yang solid, smart, dan speed,” paparnya. [*]