Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi, Minggu (7/3/2021), meresmikan Desa Karungan dan Pasar Bahulak, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sebagai Desa Pancasila dan Pasar Gotong Royong. Hal ini karena masyarakat desa telah menanamkan nilai-nilai Pancasila untuk mengembangkan sektor perekonomian.
“Apa yang dilakukan desa karungan menjadi uswah hasanah (teladan) dan akan membangkitkan ekonomi Indonesia jika diikuti secara besar-besaran (oleh daerah lain),” kata Yudian saat memberi sambutan pada acara Deklarasi Desa Karungan Sebagai Desa Pancasila dan Pasar Bahulak Sebagai Pasar Gotong Royong.
Ekonomi Pancasila
Mengutip pesan Bung Karno, Yudian mengatakan pengamalan nilai Pancasila kuncinya ada pada gotong royong di semua kehidupan. Dan, masyarakat Desa Karungan telah bergotong royong untuk membangkitkan sektor ekonomi desa.
Menurut Yudian, saat pandemi Covid-19 melanda, perekonomian masyarakat terguncang. Namun, berdasarkan Badan Pusat Statistik, pertanian merupakan satu-satunya bidang yang tumbuh positif.
“Ini menunjukkan desa dan pertanian penting. Karakter ekonomi desa yang cenderung padat karya, menjadi jaring penyelamat warga dari guncangan ekonomi,” kata Yudian.
Yudian mengatakan, undang-undang memberi ruang gerak yang luar biasa untuk masyarakat desa untuk mendorong produksi dan konsumsi lokal. Selain itu, menciptakan ikon wisata seperti Pasar Bahulak di Desa Karungan ini.
Hal ini memiliki karakter yang berbeda dengan ekonomi yang ditopang pemodal besar, yaitu pemodal besar membawa tenaga kerja dari mana-mana, dan keuntungannya dibawa lari pemilik modal untuk ditanam di tempat lain.
“Komponen lokal memiliki keunggulan, kemampuan bertahan lebih tinggi saat terjadi krisis ekonomi global, menjadi katalisator pengentasan rakyat dari kemiskinan, terutama ketika modal ditanam kembali di tingkat desa,” kata Yudian.
“Ini aktualisasi nilai ekonomi Pancasila. Pengembangan ini tak bisa dilaksanakan tanpa gotong royong,” kata Yudian.
Apresiasi warga
Sementara itu, Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno mengatakan, dia sangat bergembira dengan apresiasi warga, tidak hanya dari Sragen, tetapi juga dari Solo dan Semarang, yang mendatangi Pasar Bahulak. Apalagi, dengan penetapan Desa Karungan sebagai Desa Pancasila dan Pasar Bahulak sebagai Pasar Gotong Royong oleh BPIP, membuatnya sebagai wakil pemerintah kabupaten mendapat kehormatan besar.
“Semoga deklarasi ini menjadi pemberi motivasi bagi masyarakat Desa Karungan untuk terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila di sektor ekonomi,” kata Dedy.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Karungan Joko Sunarso menceritakan soal peran masyarakat Desa Karungan dalam mendirikan Pasar Bahulak. Hal ini bermula dengan kondisi tanah kas desa seluas 4 hektar yang tak maksimal dalam pengelolaannya.
Kemudian, dengan semangat gotong royong dan ketulusan masyarakat desa, ingin menciptakan pasar yang mengenang kuliner masa lalu, yang kuliner itu sudah tidak ditemukan di pasar modern.
“Oleh karena itu, dengan keikhlasan warga dan paguyuban, terciptalah pasar ini dan Alhamdulillah selama kegiatan pasar mulai September 2020 hingga saat ini berjalan lancar dan ramai yang sangat bermanfaat untuk desa kami,” kata Joko.
Dengan adanya Pasar Bahulak ini, ada 74 pedagang yang semuanya warga desa untuk berjualan di pasar. Setiap kegiatan pasar yang dilaksanakan 2 pekan sekali, mengerahkan 292 tenaga kerja.
“Mereka sangat senang, rukun, dan guyub, untuk mencintai desanya sebagai rasa nasionalisme,” kata Joko.
Selain itu, selama operasional Pasar Bahulak, ada 63 Satgas Covid yang dikerahkan. Mereka disebar di seluruh pasar agar memastikan pengunjung menerapkan protokol kesehatan.
Terkait penetapan sebagai Desa Pancasila dan Pasar Gotong Royong, Joko mengucapkan terima kasihnya. Selain itu, dia berharap warga menjadi semangat untuk melebarkan sayap.
“Cita-cita kami, membangun jiwa, baru membangun raga. Terbukti setelah kesadaran terbangun, warga mudah untuk diajak,” kata Joko.
Pada perhelatan Pasar Bahulak, Minggu (7/3), ada sejumlah jajanan yang dijual pedagang. Di antaranya, soto bathok, sego menir, nasi jagung, tiwul, wedang gemblung, wedang secang, jamu gendhong, hingga kaus bahulak.
Kemudian semua transaksi dilakukan dengan pembayaran memakai koin dari tempurung kelapa. Setiap pengunjung yang datang bisa menukar koin di pintu masuk dengan harga Rp 2.000 per 1 koin.
Jika koin yang ditukar tidak habis, sisanya bisa ditukarkan kembali ke loket awal dan uang akan dikembalikan sejumlah koin yang tersisa.
Kemasan atau wadah tempat barang yang dijual umumnya menggunakan bahan-bahan alami. Di antaranya, daun sebagai pengganti plastik dan gelas dan mangkuk yang terbuat dari tanah liat.