Mempelajari Pancasila tidak hanya melalui teori-teori di tataran akademis, tetapi juga dari masyarakat di perdesaan.

Hal itu diutarakan Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP M Akbar Hadiprabowo saat menjadi pembicara diskusi bertajuk Ngobrol Pancasila di Desa, Mewujudkan Desa Pancasila dan Penguatan Nilai Gotong Royong di Pasar Bahulak, Desa Karungan, Kabupaten Sragen, Minggu (8/3/2021).

“BPIP membangun Pancasila tak hanya di bangku sekolah, tetapi juga di lapangan seperti di Pasar Bahulak ini,” ujar Akbar.

Semangat gotong royong

Akbar mengatakan, seperti yang dilakukan oleh BPIP saat ini, yaitu mempelajari semangat gotong royong masyarakat di Desa Karungan yang membangun Pasar Bahulak. Oleh karena itu, BPIP selanjutnya ingin mereplikasi dan menularkan kebaikan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karungan.

“Kami akan sampaikan (semangat Pancasila di Desa Karungan) kepada jaringan kami,” kata Akbar.

Akbar yakin, dengan mempertahankan dan mengamalkan Pancasila, Pasar Bahulak akan menjadi destinasi wisata. Hal ini karena sesungguhnya dari desa itulah kekuatan ekonomi akan tumbuh.

“Ini bisa meningkatkan perekonomian bangsa dan membangun ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan sila kelima,” kata Akbar.

“Itu yang diharapkan. Ujung tombak untuk tumbuhnya masyarakat yang sejahtera itu harus dimulai dari desa,” kata Akbar.

Untuk diketahui, Desa Karungan dan Pasar Bahulak baru saja ditetapkan sebagai Desa Pancasila dan Pasar Gotong Royong oleh BPIP. Pasar Bahulak dulunya dalah tanah Desa Karungan seluas empat hektare yang tidak dikelola dengan maksimal.

Kemudian, dengan semangat gotong royong dan ketulusan masyarakat desa, masyarakat ingin menciptakan pasar yang mengenang kuliner masa lalu, yang kuliner itu sudah tidak ditemukan di pasar modern.

Kegiatan pasar mulai September 2020 hingga saat ini berjalan lancar dan ramai yang sangat bermanfaat untuk desa. Dengan adanya Pasar Bahulak ini, ada 74 pedagang yang semuanya warga desa untuk berjualan di pasar. Setiap kegiatan pasar yang dilaksanakan 2 pekan sekali, mengerahkan 292 tenaga kerja.

Selain itu, selama operasional Pasar Bahulak, ada 63 Satgas Covid yang dikerahkan. Mereka disebar di seluruh pasar agar memastikan pengunjung menerapkan protokol kesehatan.

Berdasarkan pantauan pada perhelatan Pasar Bahulak, Minggu (7/3), ada sejumlah jajanan yang dijual pedagang. Di antaranya, soto bathok, sego menir, nasi jagung, tiwul, wedang gemblung, wedang secang, jamu gendhong, hingga kaus bahulak.

Kemudian semua transaksi dilakukan dengan pembayaran memakai koin dari tempurung kelapa. Setiap pengunjung yang datang bisa menukar koin di pintu masuk dengan harga Rp 2.000 per 1 koin.

Jika koin yang ditukar tidak habis, sisanya bisa ditukarkan kembali ke loket awal dan uang akan dikembalikan sejumlah koin yang tersisa.

Kemasan atau wadah tempat barang yang dijual umumnya menggunakan bahan-bahan alami. Di antaranya, daun sebagai pengganti plastik dan gelas dan mangkuk yang terbuat dari tanah liat.

Modal kepercayaan

Sementara itu, di tempat yang sama, anggota Komisi IV DPR Luluk Nur Hamidah mengatakan, ekonomi yang dibangun seharusnya tidak meniru semua yang dilakukan negara lain, tetapi seharusnya, menerapkan sistem perekonomian yang telah dijalankan ratusan tahun oleh masyarakat kita.

“Sebagai contoh, warga di Desa Karungan menjelaskan itu semua dan itu bisa dilihat dengan kemunculan Pasar Bahulak. Ada kehendak bersama, keinginan bersama, dan ada pelibatan dari warga masyarakat,” kata Luluk.

Luluk mengatakan, perekonomian yang dijalankan oleh masyarakat Desa Karungan menghadirkan suatu pola inklusif yang menjadi model kegiatan bagi daerah lain. Dia menilai ini penting untuk mengokohkan posisi Indonesia di tengah gempuran yang sifatnya global.

“Yaitu bagaimana Indonesia bisa merumuskan dan menetapkan kebijakan pembangunan dan ekonomi yang benar-benar berdasarkan nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakat,” kata Luluk.

Luluk meyakini, ekonomi Pancasila itu bisa ditemukan di dalam praktik masyarakat desa karena di desa itu ada unsur kepercayaan.

“Maka, ada catatan, di desa bisa menerapkan aktivitas (ekonomi Pancasila) karena ada modal kepercayaan satu sama lain. Ini menjadi modal yang langka, harus kita hidupkan kembali,” kata Luluk.

Ngobrol Pancasila di desa yang mengambil tema “Mewujudkan Desa Pancasila dan Penguatan Nilai Gotong Royong” ini selain dihadiri narasumber dari Komisi IV DPR RI Luluk Nur Hamidah dan Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Akbar Hadi, juga dihadiri oleh Direktur Advokasi dan Kerja Sama Kemendes PDTT Fachri Labalado, Kesbangpol Kabupaten Sragen Cosmas Edwi Yunanto, dan aktivis sekaligus penggiat desa Anom Surya Putra.