Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Pilih Mana: Nabung atau Belanja Online?” Webinar yang digelar pada Kamis (4/11/2021) di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P.M.Si – Dosen Pengajar Universitas Diponegoro, Rizki Ayu Febriana – Kaizen Room, Tomy Widiyatno – Pekerja dan Pengembang Media Seni serta Yuli Setiyowati – Kaizen Room.
Rekening digital
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Amni Zarkasyi membuka webinar dengan mengatakan, pemilik rekening bank digital di Indonesia menjadi yang terbanyak kedua di dunia, berdasarkan survei Finder.com.
Sebanyak 47.722.913 atau setara 25 persen warga, tercatat mempunyai akun rekening di bank digital pada 2021. Berada di bawah Indonesia ada Irlandia dan Vietnam dengan pemilik rekening digital sebanyak 24,77 persen.
Sebanyak 88,1 persen pengguna internet di Indonesia memakai layanan e-commerce untuk membeli produk tertentu dalam beberapa bulan terakhir. Posisi kedua ditempati Inggris dengan 86,9 persen pengguna internet yang memakai e-commerce.
“E-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan ketika masyarakat Indonesia melakukan belanja online yakni sekitar 88 persen. Sedangkan metode pembayaran transfer bank atau bank account tercatat sekitar 72 persen, kemudian pembayaran cash on delivery 47 persen dan diikuti pembayaran lewat supermarket atau minimarket sekitar 32 persen,” tuturnya.
Sementara itu metode pembayaran kartu debit tercatat sekitar 23 persen dan kartu kredit sekitar 11 persen ketika masyarakat melakukan belanja online. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sering menggunakan uang elektronik sebagai alat pembayaran sehari-hari.
Rizki Ayu menambahkan, budaya belanja di masa sekarang yakni online dan offline. Dalam berbelanja online, juga diperlukan etika digital, yang merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
“Adapun etika bertransaksi di ruang digital yakni daftarkan diri baik penjual dan pembeli sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan platform belanja daring yang diinginkan. Kenali dengan baik seluruh fitur yang tersedia,” ujarnya.
Lalu pastikan perangkat digital yang digunakan untuk transaksi daring sudah aman. Baik penjual maupun pembeli sebaiknya memberikan dan dapat mengakses layanan bantuan yang disediakan e-commerce. Soal etika tidak hanya soal kepantasan, melainkan juga menyangkut pertanggungjawaban.
“Sebab, bila kita tidak berhati-hati dan menjaga etika saat berinteraksi di media sosial dan bertransaksi di media digital, maka kita dan akun kita dapat mendapatkan masalah,” ungkapnya.
Budaya menabung
Tomy Widiyatno turut menjelaskan, budaya menabung di Indonesia masih rendah. Hanya sekitar 34,8 persen dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Tiongkok yang memiliki rasio tabungan terhadap PDB (BPS 2015) yaitu mencapai 49 persen.
Saat ini dikenal dengan sistem belanja e-market yang merupakan suatu tempat atau arena di dunia maya di mana calon pembeli saling bertemu untuk melakukan transaksi secara elektronis melalui medium internet.
“Perilaku konsumen di era digital yakni melihat standar dan kualitas dari review, rasa toleransi konsumen tipis (komplain bisa dilakukan langsung), menghendaki dialog, banyak pertanyaan, suka cari informasi,” jelasnya.
Selain itu, ada loyalitas (harga murah, diskon, gratis ongkir), tidak ingin tertinggal hype/tren, korban mode/tren/gaya hidup, utamakan kemudahan pemesanan dan pembayaran, menyukai personalisasi/custom/beda dari yang lain.
Sebagai pembicara terakhir, Yuli Setiyowati mengatakan, McAfee dalam Laporan terbaru mereka bertajuk 2021 Consumer Security Report mengungkapkan meskipun pola digital masyarakat Indonesia terbentuk karena pandemi, mereka akan tetap melakukan sebagian besar aktivitas secara online.
“Kebiasaan selama pandemi, 81 persen yang berbelanja secara online paling sedikit belanja satu kali dalam seminggu dan 55 persen mengaku lebih sering berbelanja online dan menduga akan semakin sering ke depannya,” ungkapnya.
Dari 4.500 responden, 73 persen mengaku kegiatan memasak di rumah meningkat selama PSBB dan 59 persen belanja kebutuhan sehari-hari secara online, bahkan di Jakarta mencapai hingga 76 persen yang berbelanja melalui e-commerce.
Adapun tips menabung dan belanja secara aman yakni tetapkan tujuan Anda menabung, jangan ada aktivitas lain selain menabung gunakan fasilitas autodebet, tentukan porsi tabungan, belanja, kegiatan sosial dll, pisahkan rekening tabungan dan rekening sehari-hari, pastikan Anda berbelanja di toko online yang kredibel.
Dalam sesi KOL, Suci Patia mengatakan, teknologi transformasi digital juga mengubah bagaimana cara kita belajar, cara kita berkomunikasi bahkan cara kita berbelanja, cara kita menabung, dan yang namanya belanja online di Indonesia.
“Jadi mau nggak mau kita harus beradaptasi. Kedua hal itu juga menurut aku asal kita bijak-bijak gitu, ya belanja online ataupun menabung. Teknologi itu kan memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal dan juga memungkinkan kita untuk menabung, juga memudahkan hidup kita sebetulnya,” pesannya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rizal Farid menanyakan, upaya apa agar kita tidak kecanduan belanja online dan membeli barang sesuai kebutuhan apalagi untuk anak-anak yang baru mengenal belanja online?
“Memang secara online itu lebih meningkat, maka dari mereka yang dengan adanya promosi dan sebagainya. Untuk kalau mau belanja online tahan ya tahan pasti akan ada momen dimana harga itu lebih murah pasti akan kamu beberapa waktu ada di bulan-bulan tertentu yang harganya bisa bisa turun, tunggu aja nanti promosinya pasti akan ada,” jawab Amni.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.