Kita semua memiliki kebebasan berekspresi dan bersosial media. Namun, juga harus diimbangi dengan etika berdigital dan berbagai batasan yang harus dilakukan di ranah digital. Sebagai netizen yang diharuskan berpikir kritis, kita perlu ketahui cara menghadapi orang yang tak bertanggung jawab atas unggahannya di dunia digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Dunia Tanpa Batas; Bebas Berekspresi & Bijak Menempatkan Diri dalam Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 2 Desember 2021.
Dalam forum tersebut hadir Ernest Raphael PH (Praktisi Branding dan Marketing Strategist, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi), Rizky Fauzi (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi), Diajeng H Hermanu (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi), Kurnia (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi), dan Verlita Evelyn (Mahasiswa Pascasarjana STIKOM InterStudi, Aktor, dan Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Diajeng H Hermanu menyampaikan bahwa dalam dunia layanan digital, terdapat faktor utama yang sangat sulit untuk melindungi konten dari berbagai jenis ancaman, seperti pencurian informasi, peretasan, berita hoaks, penipuan, penindasan, bullying, dan pornografi.
Terkait hal itu, kita sebagai pengguna media digital harus pahami betul mengenai privasi, karena banyak yang masih menganggap bukan sebuah masalah jika menceritakan tentang kesulitan keuangan orang lain, mengumbar perjalanan keluar negeri seseorang untuk membeli barang mewah, yang belum tentu itu dirasakan nyaman oleh masyarakat individualistis yang bersangkutan.
“Hal ini bersangkutan dengan memiliki etika di ranah internet, yang pada dasarnya sama dengan etika berkomunikasi di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti harus jujur, menggunakan kata-kata yang baik atau sopan, ramah, tidak menyinggung, tidak menghujat serta berbicara jelas dan mudah dimengerti. Ini berarti bahwa harus dipahami betul jika di ranah internet bicara bebas bukan berarti bicara bablas,” jelasnya.
Verlita Evelyn selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sekarang lagi maraknya hoaks, serta konten dan informasi yang cenderung negatif. Untuk saat ini ia membatasi anak-anaknya dalam menggunakan gadget, khususnya untuk games dan konten YouTube.
Ia seringkali mencoba menahan diri sendiri saat mendapat informasi. Ia cek dulu informasinya sebelum di-share lagi, dan juga menggunakan filter untuk memilah informasi karena sudah banyak akun anonim di media sosial sehingga mereka merasa tidak mempunyai tanggung jawab dan memposting konten yang tidak bagus. Literasi digital bukan hanya sekedar teks, tetapi harus bisa melek kecakapan dan etika, sehingga kita bisa menggunakan teknologi yang canggih ini dengan baik.
Semua konten dan komentar kita harus bertanggung jawab dan sesuai dengan etika. Ia juga menyampaikan bahwa kita harus tetap produktif di era pandemi ini, dengan semangat mengeksplorasi talenta, minat, dan bakat yang dimiliki.
Salah satu peserta bernama Rahayu Surasmi menyampaikan, “Bagaimana dengan maraknya ‘vlogger kaget’ yang membeli follower sehingga beberapa brand bisa melirik mereka? Padahal dari segi kredibilitas tidak ada. Kompetensi juga jauh dari kata baik, bahkan beberapa vlogger ini dinaungi manajemen yang bisa dibilang bisa menjangkau brand tapi kredibilitasnya masih dipertanyakan. Berkaitan dengan konten tadi, apakah bisa kita membuat konten dengan apa adanya yang menjurus mendidik tapi tidak kalah saing dengan yang ‘asal viral’? Apakah ada tips tertentu?”
Ernest Raphael PH menjawab, dari sisi vlogger kita harus mencari tahu dulu kelebihan dari diri kita sendiri sehingga kita bisa mengetahui target market yang cocok untuk kita, sehingga lebih menyenangkan jika melakukannya jika kita nyaman. Kalau dari sisi brand, maka kita harus pahami kalau follower itu bukan jaminan. Follower yang banyak belum tentu membeli brand kita.
“Kita harus meminta insight-nya terlebih dulu, melihat like dan komentarnya, dan kita harus cocokkan dengan riset kita. Kita harus pahami diri sendiri dan karakteristik dari target market kita,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]