Pergelaran Parahyangan Orchestra (Parchestra) kali ini menggiring kita untuk merenungi kembali hubungan-hubungan yang kita alami. Hidup memang jejaring hubungan yang tak terduga; rangkaian peristiwa yang tak selalu jelas maknanya.

Hal itu menjadi cerita tersendiri yang disampaikan Parchestra lewat konser keduanya bertajuk “Kizuna”, di Auditorium PPAG Unpar, Selasa (28/11/2023) malam.

Konser kolaborasi Parahyangan Orchestra bersama Unpar Choir, kolaborator artistik, dan musisi lainnya ini mengajak penonton untuk mengingat kembali konektivitas yang terjadi antarmanusia.

Pembina Parchestra Prof Ignatius Bambang Sugiharto menuturkan, melalui konser ini, kita diajak untuk merenungi kembali hubungan-hubungan yang kita alami. Kehidupan menjadi sesuatu yang menyenangkan, tetapi pada saat bersamaan menjadi sesuatu yang menggelisahkan seperti situasi konflik yang tengah terjadi di beberapa negara, seperti Palestina, Ukraina, dan Papua.

“Hubungan-hubungan baru sering kali mengejutkan, kadang membawa peluang baru kadang juga membawa ancaman,” ujarnya.

Konser kali ini, Parchestra membawakan total delapan lagu. Beberapa lagu tersebut juga dibawakan oleh Unpar Choir sebagai bentuk kolaborasi di antara keduanya.

Karya pembuka konser ini dikomposisi oleh Regina Sutisno yang bertajuk “Opportunity” yang diambil dari nama sebuah robot penjelajah di planet Mars.

Karya selanjutnya datang dari komponis Lucy Freia dengan judul “Drowned”.  Lucy mengajak kita untuk merasakan sebuah keadaan tanpa hubungan.

Karya ketiga dibawakan oleh Parchestra dan Unpar Choir dengan judul “Candaan Pagi #4”. Karya ini digubah oleh tiga orang, yaitu Demas A Darmawan sebagai lirikus dan Nathan Budiman serta Nerissa Eva Budiman sebagai komponis.

Selanjutnya, kita diajak untuk mendengar sebuah puisi tanpa judul yang ditulis oleh seorang remaja yang sayangnya menjadi korban penembakan massal di sekolahnya, Rachel Joy Scott.

Salah satu puisi Rachel yang dimusikalisasi menjadi sebuah Choir Concerto oleh Gavin Wijayanto menceritakan mengenai makna dan harapan hidup yang pada akhirnya menyimpulkan kehidupannya sendiri. Karya ini diberi judul “Things Untold, Things Unseen”.

Selanjutnya, kali ini kita diajak untuk menyelami hubungan terkuat antarmanusia yaitu hubungan di antara sepasang kekasih. Karya berjudul “Moonlight” ini dikomposisi oleh Dave Ai Wise.

Kita kembali dihadapi dengan karya yang sedikit gelap yang berjudul “The Shinigami I Call Mother” gubahan Kasih Karunia Indah.

Parchestra kemudian kembali membawakan karya Gavin Wiyanto yang berjudul “The Tale of Two Sisters”. Karyanya kali ini menceritakan  sebuah kisah persahabatan dan komposisi musik ini dipersembahkan untuk kakak-beradik yang merupakan seorang sahabat dari Gavin, Olivia, dan Angie Wiranata.

Sebagai karya penutup, Parchestra membawakan komposisi dari Regina Sutisno yang berjudul “Urban Wind”.

Baca juga

Unpar Luncurkan S-2 Studi Interkultural dan Religi, Kolaborasi PeaceGen dan UIN Bandung