Tidak dapat dimungkiri bahwa dunia digital sudah ada di sekeliling kita. Bahkan, setiap bangun dan ingin tidur pasti kita sebagai pengguna media digital cenderung langsung memegang ponsel.
Begitu juga dengan dunia pendidikan yang sudah beralih ke ranah digital. Hal ini berpengaruh pada paradigma berpikir, peran orangtua, guru, dan anak sebagai pelajar. Kita harus mulai pintar menggunakan fitur-fitur media untuk melakukan sekolah online, dan pastinya mempunyai skill-skill di era digital yang digunakan untuk hal-hal positif untuk mendukung proses belajar-mengajar.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tetap Berprestasi di Masa Pandemi: Kiat Belajar Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 5 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Alviko Ibnugroho SE MM (financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga dan IAPA), Roza Nabila (Kaizen Room), Sugiyono MIP (akademisi, pemerhati pendidikan, sosial, dan keagamaan), Aidil Wicaksono (Kaizen Room), dan Revan Farnur (aktor dan model) selaku narasumber.
Roza Nabila menyampaikan informasi, tantangan pembelajaran melalui pendidikan online ada banyak. Salah satunya, faktor perbedaan generasi yang menyebabkan kesenjangan digital. Bagi para digital immigrants, penting untuk dapat mengubah mindset agar kita bisa beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan yang sangat cepat.
Selain itu, kata Roza, seluruh pengguna media digital juga perlu memperhatikan mindful communication, yaitu perilaku yang penuh simpati, empati, tapi minim iritasi saat berinteraksi di dunia online. Jangan lupa juga untuk memiliki kecakapan partisipasi, yaitu kemampuan ikut terlibat untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila, yang bisa dilakukan dengan cara membagikan informasi menarik dan bermanfaat untuk melawan konten-konten negatif di internet.
Revan Farnur selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa pemerintah mengeluarkan UU ITE untuk mengontrol agar kita bisa bijaksana di ruang digital. Ia menganjurkan agar para pengguna media digital mengetahui passion dan minat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan di media sosial, juga untuk mem-follow akun-akun yang bisa menunjang pengetahuan agar dapat berkembang dan lebih baik lagi dalam membuat konten.
Ia berharap, kita dapat menjadi contoh generasi yang baik agar generasi selanjutnya akan menjadi lebih baik juga. Oleh karena itu, cari tahu dulu kesukaan dan hobi kita, lalu cari konten-konten yang berkaitan dengan kesukaan agar kita bisa lebih produktif.
“Kalau kita produktif di saat pandemi, maka bisa meng-upgrade skill kita. Dengan teknologi digital, kita bisa belajar kapan saja dan di mana saja untuk meningkatkan skill,” ungkap Revan.
Salah satu peserta bernama Marlina Surya Fitri Haryadi menyampaikan, akhir-akhir ini banyak siswa yang kurang beretika dalam melakukan pembelajaran online, seperti membagikan link Zoom sekolah ke sekolah lain.
“Pertanyaannya bagaimana caranya untuk memberikan pelajaran atau rasa jera kepada para pelaku yang men-share link maupun sebagai penyusup yang tidak mempunyai moral dengan berkata kasar tanpa mengetahui nama aslinya dikarenakan memakai nama palsu?” tanyanya.
Sugiyono menjawabnya, “Siswa harus ditanamkan pemikiran saling menjaga dan saling mengerjakan atau melaporkan. Penting untuk diberitahu atau diinfokan. Jangan diingatkan dengan marah-marah karena anak-anak akan menjadi-jadi, maka sampaikan secara baik-baik.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]