Memahami aplikasi percakapan media sosial adalah hal yang penting agar kita sebagai pengguna media digital dapat menggunakan internet itu secara benar, aman, dan bijak. Kita harus terlebih dulu memahami bahwa aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan pemahaman literasi digital dan akan meningkatkan maksud dan tujuan seseorang secara keseluruhan, terutama dalam hal berinteraksi dengan sesama di ranah digital.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Mengenal Macam-Macam Aplikasi Percakapan, Perbedaan, dan Fitur-Fiturnya”. Webinar yang digelar pada Kamis, 1 Juli 2021 ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut, hadir Yuli Setiyowati (Kaizen Room), Dr Melki Marshal Imka Kumaa SSos MSi (Pengurus Pusat Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran), Lalu Nurul Yaqin PhD (Direktur LPPM Universitas Gunung Rinjani Lombok), Dr Rita Gani MSi (Mafindo, Fikom Unisba, dan Japelidi), dan Ken Fahriza (influencer) selaku narasumber.
Melki Marshal Imka Kumaa menyampaikan, dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dua komunikasi di dunia, yaitu komunikasi dalam dunia nyata dan komunikasi dalam dunia virtual. Dalam aplikasi percakapan, terdapat beberapa macam fitur untuk berkomunikasi yang perlu kita ketahui, yaitu nearby people untuk berkomunikasi dengan orang terdekat atau sekitar, video call yang dapat dilakukan one-on-one atau dengan banyak pihak sekaligus, pictorial atau emoticon dalam bentuk stiker, animasi, emoji, atau GIF, voice note yang adalah pesan suara atau audio, dan juga fitur share atau forward untuk membagikan berbagai bentuk konten.
“Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penyalahgunaan fitur-fitur tersebut, perlu menerapkan etika digital, memahami urgensi netiket, memiliki pengetahuan dasar berinteraksi dan kemampuan literasi digital. Misalnya, berkomentarlah secara bijak, sopan, dan tidak tersulut emosi dalam perdebatan, serta bila mengunggah foto atau informasi dari orang lain, sertakan sumbernya dan hormati hak cipta,” kata Melki.
Salah satu peserta bernama Suhardi berpendapat, saat ini, terdapat berbagai macam aplikasi percakapan yang sebenarnya memiliki fitur yang hampir sama secara keseluruhan. “Apakah jika memiliki hampir semua aplikasi tersebut data pribadi akan tetap aman dan apakah lebih baik memiliki satu aplikasi saja? Kalaupun ya, bagaimana kriteria aplikasi percakapan dapat dikatakan lebih efektif dan efisien digunakan jika hanya menggunakan satu?”
Pertanyaan tersebut dijawab Melki bahwa semua akan tetap aman jika kita sadar dan paham terhadap aplikasi yang dimiliki. Melindungi data itu penting dan tetap dengan tujuan yang yang benar, tetapi kita juga harus mampu memastikan bahwa aplikasi atau software yang kita gunakan juga aman. Memiliki satu atau lebih aplikasi itu tidak masalah jika memang sesuai kebutuhan masing-masing secara pribadi.
“Kriteria aplikasi percakapan bisa dikatakan efektif dan efesien jika aplikasi tersebut kita gunakan sebagaimana penggunaannya dan memang sudah mencakupi semua yang kita butuhkan. Akun-akun media sosial yang kita gunakan adalah atas kesadaran kita, maka harus kita sendiri yang harus dapat mengontrolnya,” jelasnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.