Keterampilan digital yang diharapkan dimiliki oleh tiap pengguna media digital, selain dapat mengoperasikan dan memfungsikan perangkat keras, juga adalah bagaimana menggunakan perangkat lunak secara terampil, atau dalam konteks belanja daring lebih memahami mengenai e-commerce, dompet digital, dan cara transaksi digital lainnya.

Aktivitas e-commerce Indonesia pada tahun 2020 dilaporkan sebanyak 93 persen pengguna aktif internet mencari informasi produk atau jasa, dengan 90 persen mengunjungi toko daring dan 88 persen pengguna membeli produk online. Pembeli melalui e-commerce lebih banyak berbelanja melalui smartphone atau tablet (80 persen) dibandingkan melalui laptop atau PC (25 persen).

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Jangan Asal Belanja Online: Ketahui Privasi dan Keamanannya”. Webinar yang digelar pada Kamis, 18 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Dr. Ayuning Budiati, S.I.P., M.P.P.M. (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa & IAPA), Pradhikna Yunik Nurhayati, S.I.P., M.P.A. (IAPA ), Benazir Komarudin, B.A., M.InterDevPrac (Content Manager Wellshared.com), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, S.T. (Digital Designer & Photographer), dan Rizky Harisnanda (News Anchor) selaku narasumber.

Belanja online

Dalam pemaparannya, Dr. Ayuning Budiati, S.I.P., M.P.P.M. menyampaikan, “Antar generasi terdapat perbedaan preferensi belanja online, dengan persentase generasi milenial memiliki kecenderungan terbanyak untuk berbelanja online sebesar 17 persen dari 46,7 juta pengguna internet milenial, yang merupakan total pengguna internet generasi terbesar di Indonesia. Bonus demografis sekarang harus memiliki keterampilan digital, terutama di era pandemi saat ini yang memaksa kita melakukan berbagai hal secara daring.”

“Masalah yang sering terjadi dalam berbelanja online adalah barang tidak sesuai dengan yang difoto, barang lama sampai, sudah bayar tapi tertipu, mengaku asli ternyata palsu, dan masih banyak lagi. Untuk menghindari permasalahan tersebut, jadilah konsumen cerdas di era digital dengan beberapa cara, antara lain cari perbandingan harga, melihat kredibilitas penjual, waspada testimoni fiktif, tanya rekomendasi teman, dan jangan lupa berikan ulasan atau feedback setelah membeli. Selain itu, pastikan juga untuk cermat dalam memilih produk dan hindari berbelanja produk ilegal, cek kebijakan situs terhadap data pribadi pembeli apakah ada jaminan perlindungan data pribadi, dan hati-hati terhadap phishing.”

Rizky Harisnanda selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, dengan adanya berbagai platform yang muncul, kita harus berhati-hati untuk mendaftarkan diri terhadap platform-platform baru tersebut yang harus memperhatikan legalitasnya. Kebanyakan orang memang sudah diberikan cara untuk membaca S&K suatu layanan jasa, misalnya saat ingin mendaftarkan akun atau menggunakan aplikasi, walaupun sering sekali dilewati dan tidak dibaca. Bisa saja terdapat platform yang iseng dan akhirnya mengakses informasi pribadi pengguna tanpa sepengetahuan pengguna, walaupun sebenarnya sudah termasuk dalam S&K platform tersebut.

Pengguna aktif sosial dituntut untuk terus mengikuti informasi terbaru, dan menjadikan keuntungan untuk mencari informasi atau keterbukaan informasi bagi tiap orang, sehingga memiliki kesempatan yang sama bagi tiap lapisan sosial atau ekonomi di masyarakat. Menurutnya, aspek negatif dari ruang digital terletak pada internet yang bersifat anonim yang dapat mengundang berbagai macam ancaman kejahatan digital yang terbantu akibat adanya platform terpercaya dalam memfasilitasi kegiatan e-commerce sebagai pihak ketiga dan penengah antara penjual dengan pembeli dalam transaksi digital.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Yunina Zahra menyampaikan pertanyaan, “Perkembangan teknologi memberikan banyak kemudahan terutama dalam transaksi online, namun hal tersebut memberikan perubahan budaya dalam bertransaksi tatap muka. Pertanyaannya apa saja dampak positif dan negatif dari perubahan budaya transaksi kita saat ini, khususnya nasib penjual tradisional yang belum mampu mengaplikasikan secara digital untuk menunjang mata pencaharian mereka, terlebih juga dapat menghindari ancaman penipuan yang dapat terjadi ketika berbelanja online?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Benazir Komarudin, B.A., M.InterDevPrac. “Positifnya pasti semuanya bisa dijangkau lebih cepat dan lebih mudah, karena kita dari Jakarta misalnya bisa ketemu seller di Balikpapan di Jawa Tengah dan lain-lain. Jadi sebenarnya tidak ada lagi namanya orang ketiga. Kedua adalah yang pastinya jadi lebih aman karena setiap aplikasi itu ada customer servicenya. Juga untuk transaksi langsung itu sekarang semua membutuhkan verifikasi, dan itu juga rata-rata gratis kita tidak perlu membayar apa-apa. Kita memang harus ketahui segala manfaatnya yang diberikan oleh kemudahan dunia online dan digital, daripada kita terus-terusan jadi konsumen dan terus membeli; kini kita pun bisa coba jualan sendiri.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.