Banyak yang terjadi pada ruang digital. Sekarang kita telah merasakan kebebasan untuk bisa memilih dari sekian banyak opsi yang tersedia di internet. Hal ini mendorong kita untuk semakin membuka wawasan dan juga berpikir kreatif dalam melihat suatu masalah.
Agar sukses memanfaatkan media digital, kita harus menerapkan pola pikir yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas berpikir dan ide–ide kreatif. Kita harus memiliki semangat dalam mengembangkan diri dengan fasilitas digital yang ada dengan menerapkan growth mindset: belajar dari tantangan, mencari inspirasi dari kesuksesan orang lain, dan ingin ikut memajukan diri.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Pendidik Cerdas dan Cakap Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 12 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Aidil Wicaksono (Kaizen Room), Rizka Wenda Widasari (Kabid BPL PB KMI), Indah Suryawati SSos MSi (Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta), Adhi Wibowo (praktisi pendidikan), dan Mujab MS (Abang Jakarta 2018) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Indah Suryawati menyampaikan informasi bahwa yang membedakan antara gawai cerdas dengan pendidik yang cerdas adalah peran pendidik tidak bisa digantikan dengan teknologi. Pendidik yang cerdas bukan sekadar memiliki ilmu pengetahuan, melainkan harus menjadi contoh dan teladan yang mentransfer adab dan tata nilai kepada para peserta didiknya.
“Adapun beberapa tips belajar daring agar tetap efektif saat pandemi Covid-19 yang disampaikan oleh Kak Seto adalah perlunya kerja sama berbagai pihak, perhatikan tingkat stres dan kesehatan anak, serta selalu ciptakan suasana yang menyenangkan. Pada akhirnya kita harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempermudah kehidupan kita,” kata Indah.
Mujab MS selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia merasakan ada efek positif dan negatif dengan internet. Misalnya, semakin luas informasi yang didapatkan karena kini tidak hanya dari koran tetapi bisa juga cross-check informasi tersebut di internet. Baginya, hal itu akhirnya dapat menghadirkan efek negatif dengan adanya akses yang semakin luas, sehingga kita perlu punya kemampuan dalam memilah informasi mana yang valid dan tidak valid.
Mujab menambahkan, saat perkuliahan mulai menerapkan pembelajaran secara online, ia merasa membutuhkan perjuangan yang cukup banyak untuk bisa catch up, dan bahkan sekarang seolah dipaksa untuk bisa belajar secara online. Positifnya, bisa belajar dari mana saja, karena ia melihat sekarang sudah banyak kursus yang bersifat online.
Para pendidik pun butuh adaptasi dengan adanya pembelajaran online ini. Ia mengatakan, dulu di sekolah para peserta didik bisa bersenang-senang dan bermain secara langsung atau bertemu teman. Namun, kini sedang dibatasi. Oleh karena itu, pendidik di era digital ini bisa memberikan hal menyenangkan seperti games atau ice breaking.
Salah satu peserta bernama Naufal menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara mengedukasi adik kita yang masih SMP/SMA dan aktif menggunakan media sosial? Saat membaca berita mereka hanya mengambil garis besarnya saja tanpa mencari tahu lebih dalam dan akhirnya ikut dalam membagikan berita hoaks atau bahkan menjadi agen cyberbullying. Lalu, bagaimana kita mengingatkan mereka mengenai jejak digital?”
Adhi Wibowo menjawab, “Hal yang penting adalah untuk mengajak mereka berdiskusi. Selain berdiskusi, kita pun harus memberikan contoh yang baik. Kita dapat contohkan dengan membaca berita apa yang mereka ingin tahu, kemudian ajak ia untuk memberikan solusi dan saran terhadap berita tersebut sambil mengarahkan untuk bersikap secara lebih baik lagi di media sosial.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]