Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Pelajar Berprestasi di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 1 September 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Tauchid Komara Yuda, S.Sos., MDP – Dosen Fisipol UGM, Dr. Bambang Kusbandrijo, MS – Dosen UNTAG Surabaya & Pengurus DPP IAPA, Sigit Widodo – Internet Development Institute dan Dr. Putu Eka Trisna Dewi, SH., MH – Dosen Univ. Ngurah Rai.
Syarat berprestasi
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Tauchid Komara membuka webinar dengan mengatakan, ada beberapa prasyarat untuk berprestasi.
“Kelola stres adalah kunci. Lalu menghindari multitasking, sebab multitasking tidak hanya memengaruhi memori, tetapi juga membuat tugas-tugas sederhana menjadi lebih sulit dan lebih melelahkan. Fokuslah agar tidak terlalu lelah, dan tak lupa memprioritaskan jadwal istirahat,” tuturnya.
Selain itu, jangan terlalu insecure, terapkan 20-20-20. Untuk setiap 20 menit yang Anda habiskan untuk melihat layar, luangkan waktu 20 detik, untuk melihat sesuatu yang berjarak 20 langkah.
Dr. Bambang Kusbandrijo menambahkan, sisi lemah generasi digital di antaranya yaitu generasi milenial mendapat tawaran kemudahan dalam kehidupan mereka, karena adanya kemajuan teknologi informasi.
“Kemudahan informasi untuk diakses seolah dengan menyentuh layar HP, dunia sudah dalam genggaman mereka. Kebutuhan hadir di tangan dimanapun mereka berada. Namun, intensitas tinggi bersentuhan dengan layar sentuh, dapat mengarahkan pada karakter acuh lingkungan, bahkan individualistik,” ungkapnya.
Menurut Bambang, rendahnya berinteraksi langsung dengan realitas kehidupan pada umumnya akan memengaruhi stabilitas emosi, seperti mudah menyerah. “Maka diperlukan kecerdasan mental atau emotional intelligence,” tuturnya.
Kecerdasan mental sendiri yakni kemampuan seseorang mengenali dan mengendalikan emosi dan perasaannya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki sifat kepemimpinan yang baik dan cenderung lebih sukses dalam berkarier.
Manfaat internet
Sigit Widodo turut menjelaskan, manfaat internet untuk siswa di antaranya sebagai sumber informasi, bermain, media pembelajaran, dan sarana komunikasi. Sayangnya, di dunia internet juga menyimpan bahaya tersembunyi, seperti cyberbullying, cyberstalking, fedofilia.
“Internet bukan dunia yang sama sekali terpisah dengan dunia offline. Apa yang kita tulis di internet akan dibaca oleh orang lain. Foto dan video kita akan disaksikan oleh orang lain. Di ujung sana ada manusia yang sebagian kita kenal, namun sebagian besar tidak kita kenal sama sekali. Maka berhati-hatilah,” pesannya.
Sebagai pembicara terakhir, Dr. Putu Eka mengatakan, literasi digital sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Setidaknya, ada tiga hal yang harus dipersiapkan pelajar dalam menyambut era digital.
“Di antaranya adalah sikap profesional, pergaulan yang luas, kemampuan komunikasi,” ungkapnya. Menurut Putu, pelajar yang cerdas baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, haruslah memiliki kemauan yang besar untuk mendengar, membaca, berkarya dengan kreatif, inovatif dan menghasilkan karya yang original.
Adapun jenis karya positif yakni karya inspiratif, karya edukatif dan karya informatif. “Agar anak berprestasi di era digital, maka kenali minat dan bakatnya, tanamkan disiplin waktu, tentukan target, tanamkan nilai-nilai agama, kreatif dan inovatif, serta sportif,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, Mowhid menjelaskan, ada cara agar menjadi pelajar berprestasi di era digital. “Mungkin teman-teman bisa melihat potensi – potensi dalam diri. Misalnya kalau memang memiliki hobi yang tidak harus di mata pelajaran aja. Lalu sama-sama belajar dengan teman kalau memang misalnya ada yang kurang dipahami,” pesannya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Aminah menanyakan, bagaimana caranya agar menumbuhkan kesadaran milenial akan literasi digital?
“Kolaboratif antara akademisi dan media masa menjadi peran penting untuk menumbuhkan kesadaran milenial. Peran orang tua juga sangat penting dalam semua proses penumbuhan kesadaran milenial pada anak akan literasi digital,” jawab Bambang.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.