Di era yang serba digital sekarang, anak-anak seakan tidak boleh tertinggal kemajuan teknologi. Berbagai macam gawai bisa dimanfaatkan secara positif, seperti untuk media belajar yang menarik agak mereka menikmati proses belajar-mengajar.

Kemudahan terhadap akses internet melalui gawai-gawai yang digunakan juga memudahkan mereka untuk mendapat ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat. Walau begitu, ada beberapa dampak negatif yang perlu diketahui dari perkembangan teknologi terhadap generasi penerus Indonesia.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Dampak Teknologi terhadap Perkembangan Anak”. Webinar yang digelar pada Senin, 19 Juli 2021, ini diikuti oleh ratusan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), Novi Widyaningrum SIP MA (Peneliti Center for Population and Policy Studies UGM), Alviko Ibnugroho (financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga, dan IAPA), Akhmad Nasir (Direktur DOT Studio), dan Sherrin Tharia (influencer) selaku narasumber.

Yossy Suparyo menerangkan, kejahatan di dunia maya seringkali bisa menempatkan anak sebagai korban, seperti penipuan, kekerasan seksual, dan kriminalitas lainnya. Oleh karena itu, ada baiknya orangtua memasang setting gawai untuk platform anak dengan melakukan beberapa langkah, seperti menggunakan aplikasi platform yang khusus anak (Kiddle, YouTube Kids), memasang SafeSearch, serta mengunci pencarian situs dan PlayStore atau AppStore.

“Beberapa perilaku yang bisa kita terapkan terhadap anak, di antaranya menyediakan zona bebas teknologi di rumah agar ia tidak kecanduan gawai, memberi peringatan terkait pentingnya privasi dan bahaya online, serta membuat perjanjian penggunaan gawai,” kata Yossy.

Salah satu peserta bernama Sri Supriyatin menyampaikan, bagaimana cara mengubah pola pikir orangtua yang kadang masih menggunakan pola lama yang pernah dialami ketika masih kecil dan diterapkan kepada anaknya saat di zaman digital?

Ade Alviko Ibnugroho menjawab,tidak dapat dimungkiri bahwa ada beberapa hal yang masih dibutuhkan terkait pola asuh lama walaupun dunianya sudah berubah, seperti unggah-ungguh, sopan-santun, dan etika. Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menyampaikan kepada anak.

“Hal yang bisa kita sampaikan agar mereka lebih memahami kita adalah dengan bersumber pada kejadian-kejadian di dunia nyata. Saat di dunia nyata kita harus selalu menanamkan buda pekerti, karena jika anak sudah masuk di dunia digital, menjadi kehebatan dan keharusan orangtua untuk bisa ikut masuk ke dunia digital dalam mengimbangi anak-anak mereka yang cenderung lebih maju,” jawab Ade.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]