Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Kecanduan Digital: NO! Kreatif dan Produktif: YES!”. Webinar yang digelar pada Senin, 27 September 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya), Eva Yayu Rahayu (konsultan SDM dan praktisi keuangan), dan Anggun Puspitasari SIP MSi (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta).
Yossy Suparyo membuka webinar dengan mengatakan, seseorang dikatakan sudah kecanduan gadget apabila sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menggunakan gadget, seperti smartphone, tablet, laptop, atau portable gaming device.
“Istilah untuk kondisi ini adalah nomophobia (no mobile phobia), yang berarti ketakutan untuk aktivitas sehari-hari tanpa smartphone maupun gadget dalam bentuk lainnya,” tuturnya.
Efek fisik kecanduan gadget yakni masalah pada mata, nyeri di bagian tubuh tertentu, infeksi, dan kurang tidur. Efek psikologisnya yakni menjadi lebih mudah marah dan panik, Fear of Missing Out (FOMO), stres dan sering merasa kesepian, sulit fokus atau berkonsentrasi, masalah dalam hubungan sosial.
Tips atasi kecanduan gadget pada anak yakni jangan kenalkan gawai pada anak di bawah 7 tahun, ajarkan aktivitas sesuai usianya. Batasi waktu, lakukan aturan waktu penggunaan gawai pada anak, misal 1 jam dalam sehari.
“Siapkan tempat khusus untuk gunakan gawai misalnya hanya boleh di ruang keluarga. Alihkan perhatian anak-anak pada aktivitas fisik di luar rumah agar tetap aktif dan bergerak. Jadilah panutan, sebaiknya orangtua beri contoh tidak gunakan gawai sepanjang hari di depan anak,” jelasnya.
Anang Dwi Santoso menambahkan, setidaknya terdapat 5 aspek kecanduan gadget. Pertama, daily-life disturbance yang merupakan gangguan kehidupan sehari-hari mencakup hilangnya pekerjaan yang sudah direncanakan.
Lalu withdrawal yang terkait dengan rasa tidak sabar, gelisah, dan tidak sanggup tanpa smartphone. Cyberspace-oriented relationship yang mencakup pertanyaan mengenai seseorang yang merasa hubungan dengan teman yang dikenalnya melalui smartphone.
“Selanjutnya, overuse yang mengacu pada penggunaan smartphone yang tidak terkontrol. Tolerance, yaitu selalu berusaha untuk mengontrol agar tidak menggunakan smartphone akan tetapi selalu gagal melakukannya,” tuturnya.
Eva Yayu Rahayu turut menjelaskan, dampak positif perkembangan teknologi informasi, yakni dapat menjangkau lebih jauh dengan adanya internet, menemukan lebih cepat dalam dunia pendidikan tentunya kita tidak dapat hanya mengandalkan guru saja.
“Beberapa keuntungan yang bisa kita rasakan jika mampu menggunakan internet dengan kreatif-positif-aman, yakni lebih mudah membedakan berita hoaks dan berita benar, ladang mencari penghasilan dalam jumlah yang mencengangkan, open minded, lebih bijak, dan lebih dewasa dalam berpikir karena wawasan yang terbuka luas,” jelasnya.
Sebagai pembicara terakhir, Anggun Puspitasari mengatakan, phubbing atau phone snubbing, yakni tindakan acuh seseorang dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gawai (gadget) dibandingkan dengan berinteraksi atau melakukan percakapan.
“Risiko kecanduan dari sisi keamanan digital yakni terjadinya penipuan online, cyberbully, pencurian data pribadi, hoaks, masalah dalam hubungan sosial, baik dalam keluarga, teman, rekan kerja, atau pasangan,” katanya.
Dalam sesi KOL, Decky Tri mengatakan, semua sudah dipermudah dengan dunia maya mau belanja, makan, nonton semua di rumah kita bisa lakukan di dunia digital. “Gimana caranya kita tetap aktif produktif di ruang digital dan terhindar yang namanya terlalu addict jadi coba deh detoks medsos, belajar untuk mengontrol diri dari kebiasaan kita membuka sosmed, lakukan apapun yang kalian suka agar termotivasi agar mengurangi media sosial ini. Jangan lupa screen time-nya dijaga,” pesannya.
Salah satu peserta bernama Arif Susilo menanyakan, bagaimana membuat generasi muda lebih produktif dan kreatif, dalam memanfaatkan digital seperti e-commerce dalam mendukung potensi UMKM agar lebih berkembang?
“Kita berhubungan teknologi persoalan kerja. Karena pandemi secara langsung mengajarkan kita jadi kreatif dan produktif. Bagi bu guru sangat terbantu dengan belajar hari ini dan sangat membantu untuk sebagainya,” jawab Yossy.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.