Sejak tahun lalu, Pemerntah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menargetkan, 100 persen akses air bersih untuk seluruh warga Jakarta bisa dicapai pada 2030. Karena itu, Perumda Air Minum (PAM) Jaya merencanakan perluasan jaringan perpipaan ke wilayah yang saat ini masih belum terlayani.

Secara umum, PAM Jaya sedang membangun beberapa Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru, antara lain SPAM Jatiluhur 1, SPAM Karian Serpong, SPAM Pesanggrahan, SPAM Ciliwung, dan SPAM Hutan Kota. PAM Jaya juga tengah berupaya meningkatkan suplai antara dengan membangun reservoir komunal (8 reservoir sudah selesai), pembangunan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) portabel untuk melayani 200 sambungan rumah, serta penurunan non revenue water (NRW) di 6 district meter area hingga 20 persen.

“Saat ini, PAM Jaya juga sedang melakukan pemberkasan dokumen calon pelanggan baru di area Jakarta Timur. Daerah itu antara lain Kelurahan Klender, Duren Sawit, Cipinang Muara, Cipinang Besar Utara dan Selatan, serta Pulogebang. Area prioritas itu akan segera mendapatkan air dari SPAM Jatiluhur 1 pada Oktober 2024,” kata Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin, Jumat (2/8/2024).

Terkait penyediaan air bersih, PAM Jaya telah menerapkan beberapa teknologi optimalisasi pemanfaatan air. Salah satunya, Moving Bed Biofilm Reactor di IPAB Banjir Kanal Barat dan IPA Cilandak.

Selain itu, PAM Jaya mengimplementasikan teknologi Ultra Filtration dan Brackis Water Reserve Osmosis, DensaSeg, daur ulang air dari buangan pencucian filter, hingga mengolah lumpur buangan proses sedimentasi menggunakan teknologi Decanter dan screw press.

“Kami dalam mencapai target 100 persen pelayanan sudah mengoptimalkan kapasitas produksi IPA yang ada. Kami juga sedang membangun teknologi terbaru untuk IPA, sehingga pada 2030 suplai air minum bisa didistribusikan PAM Jaya mencapai 32 ribu liter per second (lps), lebih banyak 11 ribu lps daripada tahun 2023,” ujar Arief.

Pemprov DKI dan PAM Jaya juga terus mendorong kesadaran masyarakat untuk menggunakan air bersih perpipaan. Edukasi dilakukan sembari meningkatkan customer engagement. Cara yang sudah dilakukan melalui event Jakarta Water Hero, kunjungan ke pelanggan, hingga sosialisasi di kelurahan.

“Tahun ini, kami selain mengadakan FGD dan forum pelanggan, juga memberikan apresiasi kepada perangkat warga, seperti RT, RW, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK), serta dasawisma, karena membantu proses pendaftaran sambungan baru,” ucap Arief.

Pj. Gubernur Heru mengapresiasi langkah yang dilakukan PAM Jaya. “Apresiasi kepada PAM Jaya karena telah melakukan kampanye kepada pelanggan. Nantinya, diharapkan tidak ada masalah dengan air bersih lagi, karena PAM telah mengajak dan mengapresiasi pelanggannya untuk tidak lagi menggunakan air tanah,” tutur Heru, akhir Juni lalu.

Pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai, PAM Jaya harus lebih bekerja keras untuk bisa mewujudkan 100 persen air bersih bisa tersedia bagi warga Jakarta pada 2030. Nirwono melihat, permasalahan yang dihadapi PAM Jaya saat ini ada tiga, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.

Kualitas air yang dimiliki terkadang berlumpur dan keruh saat musim hujan, sementara berlumut serta bau kaporit saat kemarau. Sedangkan secara kuantitas, pasokannya kadang tidak bisa mencukupi untuk rumah tangga dan industri sehingga kontinuitasnya terganggu.

Pemprov DKI dan PAM Jaya sebenarnya bisa fokus memanfaatkan 13 sungai serta 109 WSEP (waduk, situ, embung, dan polder) untuk menjadi sumber air baku. Nirwono menyatakan, semua itu potensi besar yang dimiliki Jakarta. Ia berpendapat, seperti di kota besar dunia, harus ada kebijakan misalnya membagi saluran pembuangan dengan air bersih. Kemudian, tidak boleh ada pembuangan air yang mengarah ke waduk, situ, dan embung.

“Yang paling penting, ada kebijakan tetap terkait komitmen untuk mencapai target tersebut, terlepas siapa pun yang memimpin Jakarta,” tegasnya. [*]