Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital. Terkait itu, agar dapat mengatasi tantangan-tantangan yang muncul, diperlukan kecakapan digital.
Kecakapan digital merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras, serta sistem operasi digital, mulai dari website hingga beragam aplikasi smartphone, agar sebagai pengguna media digital mampu menguasainya dengan baik.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Rabu, 6 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Roza Nabila (Kaizen Room), Athif Thitah Amithuhu (Media Sastra Online Ceritasantri.id), Abdul Rohim (Redaktur Langgar.co), Rahmat Afian Pranowo (Kaizen Room), dan Ayonk (Aktor, Musisi, dan Host) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Rahmat Afian Pranowo menyampaikan bahwa maraknya aktivitas digital mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, dan transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru tersebut dapat menimbulkan banyak kejahatan di dunia digital dan kini teknologi menjadi incaran upaya peretasan.
“Adapun beberapa tantangan keamanan digital, seperti fitur dan proteksi yang semakin beragam demikian juga platform yang semakin berkembang termasuk ancamannya. Selain itu, ragam penipuan digital juga semakin banyak, dan rekam jejak yang ditinggalkan oleh pengguna lebih banyak dimanfaatkan secara negatif dari positif,” jelasnya.
Ayonk selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa data pribadi itu sangat penting dan sangat berarti buat kita, tidak bisa sembarangan untuk menyebarkan hal-hal yang bersifat pribadi. Hal itu bisa menimbulkan kejahatan dan data-data kita bisa diperjualbelikan oleh oknum-oknum yang berniat jahat.
Contoh negatifnya, foto-foto yang bisa disebar dan dimanfaatkan orang lain. Juga, perhatikan label yang berisi data diri kita seperti nomor telepon dan alamat rumah. Ada baiknya digunting-gunting dulu supaya tidak mudah dibaca oleh orang lain.
Salah satu peserta bernama Evita menyampaikan, bicara soal keamanan dalam dunia digital, dalam berselancar di dunia digital contohnya mendaftar suatu akun, kita harus mengisi lengkap data diri serta beberapa aplikasi meminta permission untuk mengakses handphone atau laptop kita. Juga, tidak sedikit aplikasi yang meminta izin location kita.
“Lalu dengan semua kondisi tersebut apakah masih dapat dikatakan diri kita memiliki ‘privasi’ dalam dunia digital? Apakah aman jika kita mengizinkan aplikasi tersebut mengakses galeri atau data kontak ponsel kita?” tanyanya.
Rahmat Afian Pranowo menjawab, kita masih memiliki privasi karena kita juga harus mengamankan data kita. Ketika meminta permission mengakses kontak mengatur aplikasi, contoh seperti Waze atau Google Maps itu wajar saja karena aplikasi itu butuh untuk lokasi kita untuk peta di sekitar kita.
“Hal yang yang jadi masalah adalah ketika aplikasi seperti itu meminta ke kontak kita. Kalau sampai kejadian, seleksi lagi aplikasi yang kita gunakan,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]