Hari itu, Rabu (30/4/2025), M Bloc Space Jakarta tidak hanya menjadi sebuah ruang alternatif bagi anak muda Ibu Kota. Tempat ikonis ini menjelma menjadi sebuah ruang berkumpulnya energi kolektif dan perayaan semangat skena musik dan skateboard yang menolak padam lewat Vans Old Skool Block Party.
Acara ini bukan cuma acara perayaan sepatu yang melegenda, tetapi sebuah ruang lintas medium, umur, dan gender untuk saling menyapa dan merayakan momen bertumbuh bersama Vans.
Dibuka sejak pagi, Vans Old Skool Bloc Party mulai dipadati pengunjung dengan atribut khas skena musik metal dan skateboard, yakni kaos berwarna hitam. Ada yang memakai sepatu Vans lawas, tetapi juga ada yang menggunakan rilisan terbaru Old Skool. Banyak juga yang melengkapi penampilannya dengan topi snapback, aksesoris khas anak skateboard.
Acara ini jelas ditunggu oleh para fanatik Vans karena Jakarta menjadi kota ketiga setelah Yongsan (Korea Selatan) dan Kabukicho (Jepang) yang dipilih sebagai acara paling ikonis dari Vans ini.
Sekadar pengingat, Vans Old Skool sejak 1977 sudah hadir dan menjadi bagian dari tren mode dan budaya pop dunia. Vans menjadi pilihan para musisi, seniman, bahkan selebritas, serta para pemain skateboard di seluruh dunia.
Sepatu, arsip, dan penghormatan
Saat Kompas memasuki lobi M Bloc Space, Vans menyambut dengan pop-up store dan beberapa instalasi. Pengunjung yang datang bisa langsung melihat rilisan terbaru Vans Old Skool.
Di sisi kiri, berdiri bunga papan sebagai wujud dukacita atas meninggalnya salah satu ikon Vans di Indonesia, yaitu gitaris Seringai Ricky Siahaan. Selain itu beberapa foto kenangan penampilan Ricky juga mendapatkan tempat.
Lebih dalam memasuki ruangan, Kompas melihat ada kolaborasi Vans dengan visual artist dari Yogyakarta Dwiky KA dalam bentuk mural di papan skate. Tidak hanya itu, ada juga instalasi dari sepatu-sepatu ikonis Vans dari tahun ke tahun yang digunakan oleh figur publik ternama. Sebut saja, sepatu yang digunakan No Doubt (2000) dan Slayer (2004).
Keseruan di Vans Old Skool Block Party
Lebih dalam memasuki area M Bloc, ada area mural dan arena fingerboard dari Fingerdex. Area ini menjadi magnet para pengunjung. Kompas tepat datang saat kompetisi dimulai fingerboard dimulai.
Pengunjung terlihat antusias melihat para pemain fingerboard lintas umur beradu kemampuan kick-flip dengan jarinya. Di situ pengunjung juga bisa membeli merchandise dari Lawless Jakarta, Seringai, dan Voice of Baceprot.
Ada juga stand Es Cekek, minuman jaman dulu untuk melepas dahaga para pengunjung. Berbagai rasa disediakan, salah satunya sarsaparilla, semakin menyulit nostalgia generasi 90-an.
Baca juga:Â Navya Retail Indonesia Kian Fokus Segmen Sports dan Active Lifestyle
Menghayati Momen Kolektif Skena musik
Hari berganti malam, area Live House sebagai lokasi konser musik sudah dibuka. Anggota Seringai Arian13, Sammy Bramantyo, dan Edy Khemod menyapa pengunjung.
Seringai seharusnya manggung di sini. Namun, kepergian Ricky membuat rencana tersebut dibatalkan. Alih-alih manggung, mereka justru bercerita tentang kejadian memilukan yang dialami Ricky di Gekiko Fest.
Dalam kesempatan ini, Seringai secara gamblang menyebutkan belum menentukan nasib band ke depannya. Sebab, bagi mereka Ricky tidak tergantikan.
Acara juga dilanjutkan dengan penayangan film pendek Selamanyaa yang ikut memuat footage Ricky sebagai salah satu anggota Senayan Skateboarders. Film ini dibuat oleh @heytuta dan rekan-rekan Senayan Skateboarders.
Film ini dirilis perdana pada saat Vans Go Skateboarding Day 2024 lalu sebagai bagian dari perayaan hari jadi Senayan Skateboarders yang ke -30, yang kali ini hadir dengan penambahan durasi dengan format terbaru di Vans Old Skool Block Party Jakarta.
Selesai acara mengenang Ricky, panggung tak dibiarkan dingin. Band Voice of Baceprot (VoB) yang terdiri tiga perempuan muda dari Garut yang kini telah mendunia menghentak panggung. Mereka juga mempersembahkan penampilan What’s The Holy (Nobel) Today untuk Ricky Siahaan.
Band yang ditunjuk menjadi Brand Ambassador Vans satu-satunya dari Asia ini dengan lugas membawakan lagu-lagu penuh semangat dan kritik sosial serta menyuarakan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
VoB sendiri merasa Vans telah banyak mendukung karier dan perjalanan musik mereka. “Sejak awal ber-partner, Vans sudah mendukung dan memfasilitasi setiap gerakan dan campaign yang kami usung, termasuk originalitas kita di atas panggung,” ujarnya.
Setelah 45 menit dihentak dengan melodi rock dan metal, Vans Old Skool Block Party ditutup dengan penampilan Hindia. yang membawakan sejumlah lagu dari albumnya serta mixtape Doves 25’ on Blank Canvas.
Lirik-lirik Hindia tak hanya memantik emosi, tapi juga menyuarakan kegelisahan dan harapan generasi urban hari ini. Sebuah penutup yang reflektif namun penuh daya.
Hindia merupakan bagian dari campaign Feel Something New yang membawa Old Skool Premium. Inilah kejutan dari Vans dan Hindia di
awal bulan Mei 2025.