Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020–2024. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satunya, lewat pendidikan vokasi.

Kualitas SDM menjadi begitu vital karena produktivitas dan daya saing kerja turut me­nentukan pencapaian target pertum­buhan ekonomi 5,4–6 persen. Penyiapan SDM ini ditempuh lewat pendidikan. Saat ini, aspek pendidikan pada tujuan peningkatan kualitas SDM menitikberatkan pada peningkatan jumlah tenaga kerja tersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan pada era industri 4.0 yang sarat transformasi digital.

Selaras dengan tujuan pem­bangunan manusia itu, pendidikan vokasi disebut dalam peta jalan pe­ngem­bangan SDM. Dalam RPJMN 2020–2024, rencana untuk memperkuat pendidikan vokasi, antara lain lewat sinkronisasi pendidikan dan pelatihan, sinergi kebutuhan dunia kerja dan sektor pendidikan, serta penetapan kurikulum yang menekankan pada aspek magang.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyadari pentingnya peningkatan kompetensi siswa-siswa pendidikan vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Oleh karena itu, sejak 1992, Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud secara rutin menggelar Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK tingkat nasional. Ini adalah kompetisi tahunan antarsiswa pada jenjang SMK sesuai bidang keahlian masing-masing. LKS ini setara dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diadakan untuk siswa SMA.

Ruang unjuk kompetensi

Tahun ini, LKS diadakan di Yogyakarta pada 7–13 Juli 2019. Mengikuti dinamika zaman, tema yang dimunculkan adalah industri 4.0.

“Saat ini, kita tidak bisa lepas dari digitalisasi. Ini kemudian menjadi tema yang kami kembangkan. Bidang lomba yang dikompetisikan sebagian besar berkaitan dengan teknologi informasi, begitu juga penyelenggaraannya,” tutur Direktur Pembinaan SMK M Bakrun. Dengan mengadopsi teknologi informasi dalam penyelenggaraan lomba, diharapkan pula proses penilaian lebih cepat dan akurat.

Ada 32 bidang lomba yang dikompetisikan pada LKS tahun ini. Bidang-bidang tersebut, antara lain automobile technology, mobile robotics, IT software solution for business, mechatronics, web technologies, beauty therapy, landscape and gardening, serta metrology. Peserta lomba adalah perwakilan terbaik dari 34 provinsi. Dari seluruh jenis lomba tersebut, total peserta lomba 759 orang.

Bakrun menjelaskan, “LKS ini secara rutin kami selenggarakan se­bagai wadah untuk memberikan kesem­patan kepada siswa-siswa SMK mengekspresikan ke­­mampuan yang mereka miliki. Kom­petisi ini juga akan membentuk karakter anak untuk disiplin, sportif, dan bertanggung jawab.”

Foto: Shutterstock.com

Bakrun melanjutkan, peserta LKS juga akan disertifikasi sehingga mendapatkan sertifikat kompetensi. Kemdikbud juga mendorong industri yang bekerja sama untuk melakukan perekrutan untuk potensi-potensi yang sesuai. Selain itu, mereka dengan keterampilan terbaik juga berkesempatan untuk mewakili Indonesia dalam ajang World Skills Competition yang digelar dua tahun sekali.

Selain kompetisi sebagai acara utamanya, LKS memiliki sejumlah kegiatan pendukung, seperti lokakarya kebekerjaan, job matching, gerakan literasi sekolah, dan pameran produk inovatif. Workshop Kebekerjaan di­laksanakan dengan tujuan menge­nalkan anak-anak muda dengan era ekonomi digital, serta mengenalkan pasar digital kepada guru-guru SMK dalam rangka memasuki revolusi industri 4.0.

Job matching digelar untuk mempertemukan tamatan SMK dengan dunia usaha dan dunia industri yang memerlukan tenaga kerja tingkat menengah. Ada pula pojok literasi yang menyediakan informasi tentang gerakan literasi sekolah yang di SMK (misalnya pembuatan pojok baca, literasi kuliner, dan buku karya siswa SMK). Acara ini juga dimeriahkan dengan pameran produk inovatif siswa SMK, produk unggulan DIY, dan pameran industri.

Sinergi pendidikan dan industri

Indonesia kini punya lebih dari 14 ribu SMK. Pengembangan pendidikan vokasi ini terus dilakukan dan dikukuhkan dengan adanya Instruksi Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. Inpres ini antara lain mendorong kementerian terkait untuk menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match).

Terkait hal ini, Bakrun me­ngatakan, peran industri saat ini relatif baik. “Perhatian terhadap SMK mulai ada. Mereka juga mulai terbuka, misalnya untuk menyusun kurikulum bersama-sama, praktik industri, atau menyediakan ruang untuk lulusan SMK,” tutur Bakrun.

Beberapa perusahaan atau institusi juga sudah lebih spesifik menyebutkan kebutuhan perekrutan untuk lulusan SMK. Sejumlah SMK yang bagus bahkan bisa “memasarkan” sampai dengan 80 persen lulusannya.

Di samping penyelarasan kebu­tuhan industri dengan kompetensi siswa, pengoptimalan kompetensi itu juga dilakukan dengan mendorong siswa-siswa untuk bekerja mandiri atau berwirausaha. Pada SMK-SMK, kini telah ada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan. Semua upaya ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas SDM, seperti cita-cita pembangunan kita.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Juli 2019.