Kementerian Kesehatan turun langsung ke daerah untuk memperkuat Dinas Kesehatan dalam upayanya menangani kesehatan masyarakat yang terdampak karhutla. Upaya itu di antaranya menyiagakan puskesmas 24 jam dan mendirikan pos kesehatan, mobilisasi tim kaji cepat, mendirikan rumah singgah, promosi kesehatan, dan distribusi logistik kesehatan, termasuk pembagian masker.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi masalah besar di sejumlah daerah di Tanah Air. Baik karena kekeringan maupun eksploitasi lahan berlebihan, karhutla menimbulkan banyak kerugian. Dari terganggunya aktivitas warga yang mengakibatkan menurunnya produktivitas hingga beragam gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang provinsi terdampak karhutla memperlihatkan tingkat pencemaran udara berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Dari 6 provinsi yang memiliki titik api (hotspot) lebih dari 140, 2 di antaranya yaitu Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan sudah mencapai tingkat kualitas udara berbahaya, masing-masing dengan ISPU 561 dan 436. Sementara itu, Riau sudah termasuk kategori sangat tidak sehat, dengan ISPU 264. Dua provinsi lagi, Kalimantan Barat dan Jambi, tergolong sedang.
Buruknya kualitas udara di wilayah terdampak karhutla paling banyak mengakibatkan warga terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Pos kesehatan telah disediakan di masing-masing wilayah. Untuk sementara jumlah pos kesehatan yang diterima Kemenkes, di antaranya 15 pos di Palangkaraya, 39 pos di Jambi, dan menyiagakan 168 puskesmas dan 16 pos di Kalimantan Selatan.
Di Riau, seluruh rumah sakit diimbau mendirikan pos kesehatan dan seluruh puskesmas disiagakan. Terdapat 278 pos yang tersebar di 232 puskesmas, ditambah 78 pos yang terdapat di rumah sakit. Selain itu, ada pula ruang aman asap yang di seluruh Riau berjumlah 75 buah.
Di Sumatera Selatan disiagakan pos pelayanan kesehatan di 77 puskesmas, 9 RSUD kabupaten/kota dan 1 RSUD provinsi. Sementara itu, di Jambi pos kesehatan di 199 puskemas, 30 buah di rumah sakit dan menyiagakan layanan kegawatdaruratan PSC 119 di Kabupaten Bungo, Kabupaten Sungai Penuh Kota Jambi, Kabupaten Merangi, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Kerinci
Sementara itu di Kalimantan Tengah juga disiapkan sebanyak 67 di puskesmas dan 11 rumah sakit sebagai posko kesehatan. Selain itu juga ruang aman asap sebanyak 122 titik di seluruh Kalimantan Tengah. Upaya serupa juga dilakukan di Kalimatan Selatan dan Kalimantan barat.
Kemenkes juga telah mendistribusikan logistik kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Distribusi logistik berupa masker, air purifier, oxygen concentrator, oxycan, obat tetes mata, dan obat-obatan. Di Sumatera Selatan, logistik yang diberikan berupa pemberian makanan tambahan (PMT) untuk bayi dan ibu hamil.
Kunjungan langsung
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek turun langsung dengan melakukan kunjungan provinsi terdampak. Dalam kunjungan ke Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019), Menkes didampingi Sekretaris Jenderal Oscar Primadi, Sesditjen P2P dr Ahmad Yurianto dan Plt Pusat Krisis Kesehatan Didik Budijanto, mengikuti rapat terbatas (ratas) yang dipimpin Presiden Joko Widodo bersama para menteri, di antaranya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Menkes menekankan upaya pencegahan harus dimaksimalkan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. “Puskesmas menjadi fasilitas pertama yang siaga melayani warga terdampak karhutla. Pencegahan sebelum terjadinya hal yang tak diinginkan harus dilakukan, terutama bagi masyarakat yang terserang ISPA,” katanya.
Menkes meminta jajaran Dinas Kesehatan harus siaga menghadapi masalah lingkungan ini. Menkes juga mengusulkan jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Riau menyiagakan ambulans Public Safety Center (PSC) 119 di berbagai titik untuk memudahkan warga terdampak karhutla bila mengalami gawat darurat.
Standar pelayanan PSC 119 adalah dimulai dari panggilan yang dilakukan oleh warga yang tengah mengalami gawat darurat kesehatan melalui nomor 119. Kemudian dilakukan layanan kegawatdaruratan dengan menerjunkan ambulans PSC beserta tenaga medis ke lokasi warga tersebut.
Terbukti, layanan PSC 119 dibutuhkan masyarakat. Seperti diceritakan Kepala Dinkes Riau Mimi Yuliani Nazir, seorang ibu sempat meminta anaknya yang masih balita H (13 bulan) untuk diselamatkan. Anak tersebut sudah 2 hari ini terserang, batuk berdahak, pilek dan mata merah berair terus akibat terpapar asap. Tim PSC 119 membawa pasien ke RSUD Arifin Ahmad untuk segera mendapat penanganan.
Teknologi tepat guna
Melihat banyaknya penderita ISPA, Menkes menyarankan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Penggunaan teknologi tepat guna sempat dimanfaatkan pada kasus karhutla 2017.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisi Kesehatan Kemenkes dr Ahmad Yurianto mengatakan, dua tahun lalu Kemenkes pernah bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung membangun save community pada masyarakat, salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.
“Setelah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron,” katanya saat rapat koordinasi dengan Menkes Nila.
Menkes menambahkan, pada musim kemarau, hal lain yang utama adalah air bersih. Ia mengatakan bahwa poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.
Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam 4 tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Terkait pemanfaatan teknologi tepat guna ini, Menkes mengatakan bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat karhutla.
Udara bersih untuk warga
Di Kalimantan Tengah, Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya melakukan langkah antisipasi dampak kesehatan akibat karhutla dengan menyediakan ruang oksigen. Ruang ini bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang membutuhkan oksigen dan tidak dipungut biaya.
Mobil oksigen ini sudah dioperasikan sejak 18 September 2019 dan sudah membantu masyarakat di daerah terdampak. Pada hari pertama beroperasi, tercatat sudah 30 masyarakat telah menikmati udara bersih keliling ini dari 2 daerah padat penduduk yang dikunjungi, yaitu Pelabuhan Rambang dan Pasar Besar Palangkasari.
Di samping itu, tim dari Kemenkes hadir di wilayah terdampak karhutla di Kalimantan Tengah untuk melakukan pendampingan serta mendistribusikan logistik kesehatan seperti masker, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan balita, serta air purifier.
Kemenkes terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah dampak kesehatan yang ditimbulkan karhutla. [*]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 September 2019.