Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB) yang beranggotakan Muhammad Fauzan Edy Purnomo PhD, Akhmad Zainuri MT (FT), Bambang Semedi PhD, Dhira K Saputra MSc (FPIK), dan Supriyono MAB (FIA UB) MSc mengembangkan perangkat monitoring keramba jaring Apung (KJA) berbasis tenaga surya, untuk meningkatkan keamanan produksi kerapu.

Ketua Pokmaswas Gili Bahari H Sakur mengatakan, pada saat ini terdapat lebih dari 400 petak KJA dengan komoditas utama adalah kerapu.

Walaupun produktivitas budidaya kerapu cukup baik, akan tetapi pada saat ini marak terjadi pencurian ikan pada keramba pembudidaya. Kondisi tersebut disebabkan ketiadaan sumber daya listrik untuk pemantauan, serta lokasi yang tergolong jauh dari jangkauan monitoring kelompok pembudidaya.

KJA berbasis tenaga surya terdiri atas perangkat solar panel, sistem penerangan, dan sensor secara otomatis bekerja apabila terdapat indikasi gerakan manusia di sekitar keramba.

Perancang sistem Akhmad Zainuri mengatakan penggunaan solar panel dilatarbelakangi oleh sulitnya akses listrik dari daratan Gili Ketapang, sehingga dengan menggunakan tenaga surya tidak membebani pembudidaya dengan biaya operasional.

Walaupun begitu, terdapat tantangan yang dihadapi oleh perangkat ini, yaitu kondisi gelombang yang terdapat pada perairan Gili Ketapang, serta ancaman korosi akibat air dan uap garam.

“Perangkat ini akan terus dipantau secara berkala, agar dapat membantu pembudidaya dalam mengamankan keramba masing-masing,” katanya.

Pada saat ini, telah terpasang dua unit perangkat monitoring pada dua area keramba di Gili Ketapang. Respons positif diberikan oleh kelompok pembudidaya, dan mengharapkan adanya tambahan perangkat serupa pada area-area lainnya di Gili Ketapang.

UB
Pemasangan salah satu keramba di Gili Ketapang.

Gili Ketapang merupakan pulau kecil di utara Probolinggo, dengan status sebagai Kawasan Konservasi Laut di Jawa Timur, dengan luas total kawasan mencapai 476,78 ha (Kepmen-KP 64/2020).

Sementara itu, daratan pulau ini mencakup wilayah seluas 72 ha dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai 13.095 jiwa.

Potensi daya dukung perairan di pulau ini cukup tinggi, dan dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya laut, wisata bahari dan perikanan tangkap. [*]