Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Literasi Digital untuk Generasi Alpha”. Webinar yang digelar pada Senin, 29 November 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Indri Dwi Apriliyanti (Dosen Manajemen Kebijakan Publik, FISIPOL UGM), Divdeni Syafri (Founder PT Let’s SMART Consulting and Professional Speaker), Andrea Abdul Rahman Azzqy (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Rizki Ayu Febriana (Business Coach UMKM).

Indri Dwi membuka webinar dengan mengatakan, kecakapan digital adalah kemampuan berpikir kritis (critical thinking) tentang data dan informasi. 

“Pendidikan perlu mempromosikan literasi digital dengan mendorong critical thinking (pemikiran kritis), belajar di luar kelas (merdeka belajar), berkomunikasi secara efektif, dan bersosialisasi dengan komunitas global,” tuturnya. Selain itu, perlu penyesuaian teknik pembelajaran, sebab cara pengajaran tradisional tidak lagi relevan. 

Divdeni Syafri menambahkan, aspek kehidupan tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Saat ini, hampir semua kegiatan harus dilakukan secara online

“Perilaku masyarakat sudah berubah. Terjadi pergeseran pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat dalam akses dan distribusi informasi. Saat ini, digitalisasi adalah peluang. Kamu bisa menciptakan inovasi dan survive,” katanya.

Menurutnya, literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi informasi secara efektif dan efisien dalam kehidupan sehari hari. Kemampuan teknologi yang positif dapat meningkatkan kemampuan literasi digital anak. 

Literasi digital yang harus dikuasai oleh guru bagi generasi alfa, yaitu kemampuan mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisa, memverifikasi dan mengevaluasi informasi di dunia digital. Hal ini bertujuan agar guru bisa membimbing peserta didik dalam menyaring informasi positif di era digital. 

Guru yang memiliki kemampuan literasi digital dapat melahirkan generasi alfa yang cakap teknologi digital berlandaskan etika dan budaya. Dampak positif buat anak dalam berinteraksi di dunia digital dalah sebagai alat komunikasi dengan keluarga, memperluas jaringan pertemanan, mengasah keterampilan anak.

Andrea Abdul turut menambahkan, masyarakat tahun kelahiran 2000-2021, cenderung lebih banyak menggunakan media sosial, serta sangat aktif dalam mempergunakan teknologi. “Era digitalisasi berbeda dari pendahulunya dan teknologi digital telah memungkinkan terbentuknya budaya yang lebih berjejaring, kolaboratif, dan partisipatif,” tuturnya.

Sebagai pembicara terakhir, Rizki Ayu Febriana mengatakan, karakteristik digital society yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur, dikarenakan tersedianya beberapa opsi. 

Mereka juga senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. Terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari, masyarakat digital lebih senang untuk mencari sendiri konten/informasi yang diinginkan. 

Tidak ragu untuk men-download dan upload, merasa tidak eksis bila tidak meng-upload. Mereka juga gemar berinteraksi di media sosial, berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama.

Maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan, transformasi digital mulai memunculkan kebiasaan baru. Namun, kebiasaan baru tersebut juga menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital.

Dalam sesi KOL, Indira Wibowo mengatakan, peran dari internet sangat bermanfaat sekali apabila kita sebagai masyarakat Indonesia, sebagai orangtua, sebagai pembimbing anak-anak. 

“Pentingnya digital skill, dan juga digital safety, itu akan membawa banyak berkah untuk pengembangan anak untuk bisa belajar online apalagi adanya class room online ini sangat membantu sekali banyak juga tontonan yang edukatif, maka dari ikut kita harus mengawasi ada juga dengan menggunakan aplikasi parental control,” pesannya.

Salah satu peserta bernama Pipit Fitria menanyakan, bagaimana caranya agar masyarakat kita bisa berubah kembali menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi adab, solidaritas, empati, dan etika?

“Orangtua harus disarankan selalu mengawasi dan terlibat saat anaknya menggunakan media elektronik, agar anak menerima paparan yang seimbang antara orangtua dan media elektronik atau dunia digital. Batasi anak bermain gadget, kalau anak usia di bawah 3 tahun kebawah jangan kenali di dunia digital dulu, perkembangan anak itu harus berinteraksi dan berkembang dengan orangtua,” jawab Divdeni.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]