Sebagai masyarakat Indonesia perlu disadari bahwa setiap dari kita merupakan bagian dari negara Indonesia yang majemuk, multikulturalis, sekaligus demokratis. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang terdiri dari 16.771 ribu pulau, lalu terdiri dari 34 provinsi, ribuan suku bangsa, dan 6 agama resmi. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk mewujudkan digital culture yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika secara merata ke seluruh daerah Indonesia.

Dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Kominfo dan Siberkreasi saat ini, merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan digital culture yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang selaras dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam konteks ruang digital, baik itu di media sosial, maupun platform-platform digital lainnya. Melihat berbagai tantangan yang ada, menjadi sangat penting bagi kita untuk memahami dan menerapkan mindful communication dalam berkomunikasi.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Yuk Tambah Produktif di Era Digital!” Webinar yang digelar pada Selasa (5/10/2021), pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, Penulis & Jurnalis), Daniel J. Mandagie (Kaizen Room), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), dan Ayonk (Aktor, Musisi & Host) selaku narasumber.

Mindful communication

Dalam pemaparannya, Daniel J. Mandagie menyampaikan, “Mindful communication merupakan komunikasi penuh perhatian yang melibatkan penerapan prinsip-prinsip perhatian dalam berhubungan dengan sesama. Prinsip-prinsip ini meliputi menetapkan niat, hadir sepenuhnya, tetap terbuka, tidak menghakimi, dan berhubungan dengan sesama kita dengan penuh belas kasih, empati, dan simpati. Bila seseorang tidak memiliki kompetensi ataupun wawasan mengenai pentingnya mindful communication, hal ini dapat berpotensi merugikan sesama kita, bahkan menyakiti atau menyinggung perasaan sesama kita.”

“Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk dapat menerapkan mindful communication di mana pun dan kapan pun kita berada. Sebab, mindful communication ini menunjukkan nilainilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita untuk menjalankannya. Dalam mindful communication, terdapat kompetensi dasar dalam budaya komunikasi digital yang harus dimiliki oleh kita sebagai warga negara Indonesia, khususnya di dunia digital: cakap paham, cakap produksi, cakap distribusi, cakap partisipasi, dan cakap kolaborasi.”

Ayonk selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa cara kita agar tetap produktif di masa pandemi adalah, walaupun ruang digital sudah bebas untuk diakses, tetapi kita sebaiknya harus membuka website yang membuat kita menjadi lebih produktif dan bermanfaat. Kita juga harus bijak dalam membuat konten, karena dengan adanya media sosial kita sudah harus mengerti ada dua hal berbeda; kita dapat disenangi oleh netizen atau kita “dibuang” oleh netizen. Oleh karena itu, kita harus membuat konten sepositif mungkin.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rahman menyampaikan pertanyaan “Apa yang perlu kita lakukan sebagai kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa agar terbebas dari penjajahan prinsip viralisme? Banyak orang sekarang berlomba-lomba ingin viral walaupun caranya salah dan bahkan menuai hujatan bagi diri sendiri hanya agar terkenal dan viral. Apa yang perlu diubah dari prinsip dan pola pikir seperti ini?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Samuel Berrit Olam. “Sesuatu hal itu tidak ada yang instan, maka dibutuhkan kerja keras untuk mencapai sesuatu. Begitupun juga keviralan, yang berawal dari memikirkan sesuatu konten yang dapat disebarluaskan ke masyarakat. Kita sebagai pembuat konten juga tentunya harus membuat konten-konten yang positif yang dapat disebarluaskan ke masyarakat dan tentunya dapat diterima di semua kalangan.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.