Digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia, yang membantu kehidupan kita sehari-hari. Media sosial sebagai bentuk produk dunia digital telah banyak mengubah dunia kini. Tidak semua hal-hal yang dibawa kemajuan teknologi adalah positif; terdapat juga hal-hal negatif dan ancaman yang dapat merugikan. Salah satu yang paling terlihat adalah semakin bergantungnya manusia terhadap ruang digital, dengan semakin mudahnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari semakin bertambahnya risiko yang muncul akibat semakin tersentralisasi manusia melalui perangkat dan dunia digital. Oleh karena itu, baiknya sebagai pengguna media digital dibekali dengan kompetensi literasi digital agar dapat mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam menggunakan perangkat dan dunia digital.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 10 September 2021, pukul 14:00-16:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Khairul Anwar (Marketing & Communications Specialist), Achmad Uzair (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Alviko Ibnugroho, SE, MM (Financologist, Motivator Keuangan dan Kejiwaan Keluarga & IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, ST (Digital Designer & Photographer), dan Ayu Rachmah (Automotive Enthusiast & Influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Alviko Ibnugroho, SE, MM menyampaikan informasi penting bahwa “Masalah yang dialami oleh pengguna digital Indonesai adalah perilaku netizen yang kurang terpuji. Selain dari masalah etika, terdapat juga isu keamanan digital yang tumbuh berbanding lurus dengan banyaknya pengguna internet. Kejahatan-kejahatan siber yang paling umum dilaporkan di Indonesia adalah skimming, cracking, pemalsuan data, deface website, hingga cyber-terrorism. Tersebarnya hoaks juga menjadi momok di ruang digital saat ini. Dalam segi budaya, kita harus bisa membawa budaya lama dan mentransformasi budaya tersebut seiring berjalannya dengan jaman secara positif. Oleh karena itu, pentingnya kita memahami literasi budaya, kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari budaya itu sendiri. Produk dari transformasi semoga membawa hal-hal positif dan berguna karena hal tersebut merupakan tindakan nyata dari perkembangan akal atau pikiran manusia. Internet membantu perubahan tersebut dengan menjadi masing-masing individu kreatif, bijak, dan inovatif dalam berinternet.”

Ayu Rachmah selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sebagai influencer dan automotive enthusiast di masa pandemi, saat ini kegiatan terkait kedua hal tersebut sedang diberhentikan lebih dahulu, dan ia sedang fokus kepada pekerjaan utama sebagai seorang apoteker. Dunia otomotif yang cendrung digeluti oleh laki-laki tidak mengurungkan niatnya untuk bisa menjadi content creator. Ia juga menyampaikan bahwa dampak dari hadirnya ruang digital saat ini seimbang; dengan bersosialisasi, berkomunikasi, perdagangan, dan belajar kini sangat terbantu dengan hadirnya ruang digital. Baginya, masa peralihan saat ini bisa dibilang merupakan paksaan, sehingga masih banyak aspek di kehidupan sehari-hari yang membuat orang masih berusaha beradaptasi. Pembelajaran literasi digital saat ini dapat mempermudah kita untuk bisa teredukasi, karena teknologi pintar menuntut pengguna untuk terus belajar dan menjadi lebih pintar dalam penggunaannya yang memberikan inovasi, keuntungan, serta efisiensi. Memaksimalkan teknologi pintar dalam kehidupan sehari-hai harus digunakan ke arah positif, dan bukan ke arah sebaliknya yang negatif.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sisko Prabnu menyampaikan pertanyaan “Saya lihat saat-saat ini memang banyak yang menggunakan gadget digital yang canggih dalam kehidupan sehari hari. Namun, mereka tidak terlihat hidup pintar dengan adanya perangkat digital ini, malah seperti diperbudak oleh digital. Mengapa hal ini bisa terjadi, terutama di kalangan masyarakat Indonesia?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Alviko Ibnugroho, SE, MM, bahwa “Intinya pengguna harus bisa lebih pintar dari perangkatnya. Orang Indonesia membeli perangkatnya didasari oleh dua alasan: pertama gaya hidup, atau kedua sesuai kebutuhan sehari-hari, sehingga yang dikejar adalah prestige-nya dibandingkan kegunaan aslinya. Selama gaya hidup itu tidak merugikan orang lain, silakan saja karena yang dapat merasa rugi adalah pengguna perangkat itu sendiri. Namun tentu saja hal itu sangat disayangkan, karena ada potensi untuk melakukan hal-hal positif dan inovatif daripada sebaliknya.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.