Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Membangun Potensi Anak di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 23 Juli 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Madha Soentoro (etnomusikolog dan pemerhati industri musik digital), Mochamad Aziz Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), Tutik Rachmawati PhD (Director of Center for Public Policy and Management Studies Parahyangan Catholic University), dan Andika Renda Pribadi (Kaizen Room).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Madha Soentoro membuka webinar dengan mengatakan, berdasar studi yang didanai oleh Unicef dan dilaksanakan oleh Kominfo, menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja tahu tentang internet dan 79,5 persen di antaranya adalah pengguna internet.

“Ada beberapa potensi ruang digital, yakni kecepatan informasi, akses yang luas dan tak terbatas, banyak fitur teknologi, menunjang kreativitas, optimalisasi sumber daya dan keterbukaan,” katanya.

Ia menambahkan, membangun potensi anak dalam ruang digital bisa dilakukan dengan memberikan wawasan yang cukup mengenai digital dan teknologi, memberikan kesempatan bagi anak untuk memilih dan mencoba, memberikan stimulus, mengamati pola dan tingkah laku anak dalam penggunaan teknologi, dan memberikan anak ruang eksplorasi.

“Digital dan teknologi merupakan wahana dan ruang bermain belajar yang baik bagi anak, peran orangtua adalah mengasuh dan mengawasi. Tantangan anak dan dunia digital, dengan kemandirian dan pengembangan diri yang semakin terasa, anak bisa menjadi semakin mengenali potensi yang ada di dalam dirinya,” katanya.

Mochamad Aziz turut menjelaskan, era digital yang tidak terbatas memungkinkan terjadinya proses lintas budaya serta terjadi persilangan budaya antara budaya yang satu dengan yang lainnya.

“Manfaat digital yakni mudah mendapatkan informasi, mempermudah komunikasi, menstimulasi kreativitas, dan memudahkan proses belajar,” jelasnya. Ia mengatakan, peran orangtua terhadap anak, yakni dapat menambah kemampuan dan skill menggunakan perangkat digital.

Selain itu, dapat mengarahkan penggunaan perangkat digital yang tepat, membagi, dan menyeimbangkan waktu penggunaan perangkat digital dengan kegiatan lain, serta meminjamkan perangkat digital sesuai keperluan.

Menurut Aziz, menanamkan budaya juga menjadi sangat penting untuk membentuk karakter dan kepribadian anak-anak. Pendidikan sejatinya adalah transformasi budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Anak harus dikenalkan dan diberikan contoh budaya yang berlaku.

Lalu, dengan mengenalkan budaya, anak-anak akan mengetahui identitasnya, juga memiliki kemampuan memetakan hal-hal yang baru apakah sesuai dengan budaya yang diajarkan orangtuanya atau tidak, serta memiliki kemampuan dalam menyaring kebudayaan asing yang masuk.

“Budaya asing tidak semua jelek, yang baik dan bagus diambil sehingga terjadilah akulturasi budaya. Tiga prinsip penting, yakni peran keluarga dalam proses kontuinitas budaya. Peran keluarga dalam proses konvergensi budaya. Peran keluarga konsensitrisitas budaya,” paparnya.

Tutik Rachmawati menjelaskan, tantangan dalam membangun potensi anak di era digital, yakni 25,42 persen pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak. Usia 5–12 tahun (7,93 persen), usia 13–15 tahun (7,86 persen), dan usia 16–18 tahun (9,66 persen).

“Produktif (untuk anak) tergantung tujuan hidup, kebutuhan, atau profesi. Membangun potensi anak di era digital bisa dilakukan dengan ekosistem pengembangan potensi anak dan aktif dalam ekosistem pengembangan potensi tersebut,” ujarnya.

Sebagai pembicara terakhir, Andika Renda mengatakan bahwa digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

“Untuk kegiatan positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Serta lebih bijak dalam menggunakan fasilitas tersebut,” jelasnya. Adapun tips aman bermedia digital, yakni batasi informasi pribadi, batasi penggunan aawai, kenali ancaman keselamatan, dan saring sebelum sharing.

“Aspek keselamatan anak di media digital, meliputi perundungan (bullying), perdagangan orang, pencurian data pribadi, pelecehan seksual dan pornografi, penipuan, dan kekerasan. Selain itu juga ada kecanduan, yang biasanya disebabkan oleh ketergantungan terhadap penggunaan media digital atau gawai,” beber Andika.

Dalam sesi KOL, Nindy Gita mengatakan, pemasalahan yang paling penting di era digital adalah anak-anak yang kecanduan gadget. Ini membuat susah ketika orangtua ingin membimbingnya agar membatasi bermain gadget.

“Orangtua juga kesulitan memberikan nasihat kepada anak dan ini tantangan. Bagaimana caranya supaya kita sebagai orangtua kosisten dan disiplin mendidik anak supaya tidak kencaduan gadget. Memberi contoh yang baik kepada anak atau juga orangtua harus mempunyai waktu bermain dengan anak,” katanya.

Salah satu peserta bernama Rosyida menyampaikan, salah satu cara mengembangkan potensi anak bisa dengan mengikuti lomba-lomba. Namun sayangnya, di masa pandemi ini mereka jadi jarang mengikuti lomba sehingga pengalamannya tidak terlalu banyak.

“Adakah platform yang menyediakan informasi mengenai beragam lomba yang bisa diikuti oleh para anak-anak untuk mengasah potensi mereka?” tanyanya.

“Kembali lagi peran keluarga sangat penting karena membangun ikatan emosional antara anak dan orangtua untuk menjadi pioner. Lalu ekosistem jika ikatan ini sudah terbangun ekosistem harus ditunjang,” jawab Madha.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]