Bermodal ketekunan dan keyakinan, kain songket produksi Nurlita kini telah menembus pasar mancanegara. Produk yang dinamai Elita Songket ini mulai dirintis dari bawah.
Di galeri sederhana yang berada di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Nurlita memulai usahanya pada 2003. Saat itu, karena keterbatasan modal dan tenaga kerja, ia hanya mampu memprodukasi 5 lembar kain per setengah bulan. Meski tidak banyak, Nurlita lebih mementingkan kualitas dari kain yang diproduksinya.
Untuk pemasarannya, Nurlita bersama suaminya, Fahrurozi, membawa produk mereka untuk ditawarkan ke sejumlah toko di Kota Palembang. “Jarak tempuhnya kalau dari rumah itu sekitar dua jam, saat itu pakai sepeda motor. Jualnya ke toko-toko di daerah Pasar 16 Ilir Palembang,” katanya.
Meski begitu, Nurlita dan suami tetap bertahan menjalankan usahanya. Secara bertahap, produk Elita Songket pun mulai dikenal dan banyak permintaan.
Oleh karena itu, Nurlita kemudian mengajukan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) ke Bank Sumsel Babel sebesar Rp 25 juta. Modal tersebut digunakannya untuk merekrut 10 karyawan dan menambah stok bahan.
“Setelah dapat modal, produksi alhamdulillah mulai meningkat. Awalnya bisa 15-20 lembar per dua minggu dan terus meningkat,” ujarnya.
Agar terus eksis, Nurlita juga membuat beberapa variasi motif Songket serta warna sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu, ia juga mulai berinovasi dengan memproduksi Kain Jumputan dan Gebeng.
Tidak mau berhasil sendiri, Nurlita kemudian memberdayakan tetangga di desa untuk ikut menjadi perajin kain songket bersamanya. Saat ini, setidaknya ada sekitar 200 pengrajin kain songket yang menjadi binaan Nurlita dan di bawah nama Elita Songket. Tak hanya itu, Elita juga menjadi penjamin para perajin tersebut untuk mendapatkan pinjaman modal KUR dari Bank Sumsel Babel.
Selain itu, setelah mendapatkan pendampingan dari Bank Sumsel Babel pemasaran songket tersebut mulai dikenalnya melalui platform media sosial seperti Intagram, Facebook, TikTok, dan sejumlah marketplace lainnya.
“Alhamdulillah penjualan sudah ke beberapa daerah lain di luar Sumsel. Seperi ke Medan, Jakarta, Bandung, hingga ke Malaysia,” imbuhnya.
Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Achmad Syamsudin, mengatakan KUR UMKM merupakan bagian dari upaya Bank Sumsel Babel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Jadi pelaku UMKM tidak hanya diberikan modal, tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk bisa berkembang dan memasarkan produknya,” jelasnya.
Tujuannya, agar para pelaku UMKM lokal khususnya di wilayah Sumsel dan Babel dapat “naik kelas” sehingga dapat turut berperan memajukan perekonomian, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat.
“Kami berharap KUR yang disalurkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan dan menjadi contoh bagi UMKM lainnya untuk terus berkembang,” pungkasnya.