Peran vital sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari tak terelakkan. Teknologi, yang membuat kita makin mudah menciptakan solusi dan bertukar informasi, punya tujuan utama menyelesaikan persoalan-persoalan manusia. Kini, kita ditantang dengan pertanyaan, seberapa jauh lagi teknologi bisa dimanfaatkan untuk membuat kehidupan kian mudah, bahkan bermakna?
Dampak positif teknologi membawa kita pada kemajuan yang dicapai masyarakat saat ini. Tanpa sains dan teknologi, kehidupan akan stagnan. Inovasi teknologi bermula dari disruptive technology, virtual lab, eksperimen, membuat prototipe, hingga berujung pada bisnis yang berbasis pada teknologi.
Kejelian Universitas Prasetiya Mulya dalam membaca perlunya menggabungkan kompetensi sains dan teknologi dengan bisnis mendorong universitas ini mendirikan School of Applied STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) pada Maret 2016, bersamaan dengan bertransformasinya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Prasetiya Mulya menjadi universitas. Ini adalah jawaban pembaruan pendidikan tinggi yang diiringi dengan keyakinan bahwa kolaborasi dunia sains-teknologi dengan dunia bisnis akan dapat berkontribusi banyak dalam masyarakat.
“Universitas Prasetiya Mulya tetap fokus memajukan bisnis Indonesia. Sekarang, kecenderungannya bisnis juga berkembang karena ada sains dan teknologi. School of Applied STEM ini berkeinginan untuk menghasilkan lulusan profesional di bidang yang ditekuni sekaligus mampu menjadi pelaku bisnis yang memunculkan inovasi-inovasi baru,” tutur Dekan School of Applied STEM Prof Dr Janson Naiborhu, Kamis (2/2).
Untuk generasi terkoneksi
Janson menambahkan, School of Applied STEM adalah tempat yang tepat bagi generasi terkoneksi (connected generation). Generasi ini memiliki sejumlah ciri umum, antara lain lebih kerap menggunakan waktunya untuk kegiatan produktif, berkeinginan membuka bisnis rintisan sendiri, dan siap menghadapi segala risiko usaha sebagai bagian dari proses belajar.
Selain menjalankan kegiatan perkuliahan itu sendiri, School of Applied STEM juga menggandeng komunitas dan siswa-siswa SMA yang punya minat di bidang sains dan teknologi untuk bergabung dalam Nextgen Innovation Studio. Program ini dirancang untuk menyiapkan generasi terkoneksi dalam membangun bisnis rintisannya sendiri. Di sini, komunitas akan mendapat pelatihan antara lain tentang design thinking, riset, kewirausahaan, pemasaran, membangun jejaring, hingga berinteraksi dengan investor.
Sementara itu, untuk mengoptimalkan pemahaman mahasiswa tentang keilmuan dan industri, School of Applied STEM berkolaborasi dengan lembaga pendidikan lain di dalam dan luar negeri, lembaga-lembaga riset, serta pelaku bisnis terkemuka. School of Applied STEM juga melengkapi diri dengan beragam laboratorium untuk kepentingan riset mahasiswanya. Padunya sains-teknologi dengan bisnis akan menciptakan peluang karier yang besar. Lulusannya bisa menjadi entrepreneurial engineer maupun professional engineer.
Pada September 2017, perkuliahan di School of Applied STEM akan dimulai dengan lima program studi, yaitu Computer Systems Engineering, Enterprise Software Engineering, Energy Engineering, Business Mathematics, dan Food Business Technology. Warna baru di Universitas Prasetiya Mulya ini akan menjadikan dunia pendidikan di Indonesia semakin dinamis.
Sistem komputer dan perangkat lunak
Luasnya cakupan ilmu School of Applied STEM menawarkan pilihan beragam bagi calon mahasiswa. Mereka yang sejak awal ingin mendalami lebih jauh sistem komputer dan perangkat lunak bisa belajar di Computer Systems Engineering (CSE) atau Enterprise Software Engineering.
Erwin Anggadjaja PhD, Faculty Member of Computer System Engineering, menjelaskan, program studi CSE yang bergelut di bidang rekayasa sistem komputer ini akan fokus pada dua bidang terapan masa depan, yaitu internet of things (IoT) dan ambient intelligence (Aml). “Tentu saja, pengetahuan itu disertai dengan pemahaman tentang bisnis dan manajemen.”
Struktur kurikulum CSE dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sains dan matematika, CSE body of knowledge, serta kewirausahaan dan tanggung jawab sosial. Lulusan CSE diproyeksikan untuk mempunyai kompetensi yang andal dalam bidang statistical/computing analysis, desain mikrokontroler, otomatisasi industri, smart system, user experience, ambient intelligence, jejaring dan keamanannya, serta internet of things (IoT).
Sementara itu, Enterprise Software Engineering menawarkan pengetahuan yang menyeluruh dalam siklus pengembangan perangkat lunak. “Perancangan perangkat lunak itu punya siklus yang panjang. Di sini, kita mempelajari semua siklus itu, mulai dari apa yang dibutuhkan atau requirements-nya, teknik formal mendesain, proses programming, sampai pengetesannya,” ujar Stanley A Makalew MSc, Faculty Member of Enterprise Software Engineering.
Stanley juga menekankan betapa prospektif dan relevannya kemampuan di bidang perangkat lunak untuk beberapa tahun ke depan. “Yang menarik, segala sesuatu sekarang didigitalkan. Semua akan butuh software,” katanya. Kesempatan berkarier lulusannya pun luas, antara lain software engineer, software developer, mobile application developer, system analyst, atau wirausaha bisnis digital.
Ilmu pengetahuan dalam bidang sains dan teknologi tak pernah habis digali. Jika kita bertanya-tanya seberapa jauh ini bisa dikembangkan—seperti juga tak pernah ada jawaban nilai angka yang paling tinggi—peluangnya tak berbatas. [IKLAN/NOV]