Pengguna media digital harus lebih berhati-hati dalam berinternet. Fenomena cybercrime ini seolah merujuk pada satu tren yang kita kenal atau sering kita tonton dibungkus dari sesuatu yang kita sebut prank. Memang di satu sisi ini menjadi hal yang bersifat hiburan, tetapi ini juga mengarah cybercrime.
Seringkali kita juga membaca ada platform atau website atau media yang populer mengalami kebocoran. Data yang dia kumpulkan semestinya tidak menjadi konsumsi publik, kemudian data ini menyebar dan bisa diketahui banyak orang. Penyebaran ini akhirnya bisa disalahgunakan, sehingga menjadi penting bagi kita untuk ketahui cara mencegahnya.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Rabu, 6 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (Art Enthusiast), Irfan Afifi (Budayawan dan Founder Langgar.co), Mathelda Christy (Praktisi Pendidikan dan Training), Andrea Abdul Rahman Azzqy SKom MSi MSi(Han) (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Ayonk (Aktor, Musisi, dan Host) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Mathelda Christy menyampaikan bahwa maraknya aktivitas digital membuat banyak kebiasaan baru dan memudahkan segala aktivitas kita. Pesan makanan menjadi mudah, kita mau kumpulkan tugas tinggal ketik saja lalu kirim. Guru-guru lebih mudah memeriksa tugas. Meningkatnya aktivitas digital, semakin meningkat juga potensi kejahatan.
Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Kita saat berada di dunia digital, ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Kita harus tahu juga bahwa pengguna internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa dan budaya. Penggunaan etika digital ini untuk menjaga keamanan kenyamanan orang lain juga.
“Ruang lingkup etika terdiri atas kesadaran (kita harus tahu di balik akun ada seseorang, bahwa orang -orang itu memiliki hati dan etika yang berbeda, sehingga perlu adanya kesadaran untuk kita bisa berhati-hati dalam berkomunikasi di dunia digital), kebajikan (menggunakan dunia digital sebagai konten yang positif), tanggung jawab, dan integritas,” jelasnya.
Ayonk selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia benar-benar terbantu dengan adanya media sosial, terlebih pada kondisi pandemi saat ini. Layaknya sebuah kehidupan pasti ada sisi positif dan negatifnya. Banyak sekali ujaran kebencian dan body shaming yang diterima. Kalau mengalami itu, usulnya adalah langsung delete atau report saja. Jangan langsung telan bulat-bulat apa yang kita dapat.
Di media sosial seharusnya bukan tentang siapa yang post duluan, tetapi tentang kebenaran informasi tersebut. Jadi, yang terpenting adalah membaca. Ia juga ingatkan bahwa karena kita ada di dunia maya, bukan berarti kita bisa posting apapun. Kalau kita berpikir seperti itu berarti kita juga tidak boleh marah kalau ada orang lain yang komentar macam-macam.
Salah satu peserta bernama Adelia menyampaikan, “Banyak sekali muncul berita korban dari pinjaman online yang merasa tidak melakukan pinjaman online. Apa yang harus dilakukan jika kita sudah terlanjur menjadi korban pinjaman online tersebut?”
Zahid Asmara menjawab, berbelanja di dunia digital tentunya membutuhkan autentikasi data pribadi. Bagaimana mengatasi hal ini, masalah kebobolan ini? Kita perlu mengelola akun-akun pribadi kita, misalnya yang satu terhubung dengan koneksi yang cukup private dan riskan, atau satu email lagi yang bisa diketahui publik.
“Rutin dalam sebulan 3 kali untuk cek email dan data-data pribadi tersebut apakah ada celah untuk dibobol. Banyak sekali platform yang bisa kita gunakan untuk cek seperti Katadata.com atau Cekdata.com untuk tracking data pribadi kita dengan pihak-pihak yang lain,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]