Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Literasi Digital sebagai Upaya Penguatan Kapasitas ASN”. Webinar yang digelar pada Sabtu, 13 November 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Alviko Ibnugroho, SE, MM – Financologist, Motivator Keuangan & Kejiwaan Keluarga, IAPA, Prof. Agus Pramusinto – Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara, Dr. Arie Budhiman, M.Si – Komisioner Komisi Aparatur Sipil Negara dan Novi Kurnia, Ph.D – Dosen Fisipol UGM, Japelidi.
Masyarakat digital
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Alviko Ibnugroho membuka webinar dengan mengatakan, masyarakat digital (digital society) adalah realitas hidup di abad ke-21.
“Di mana manusia dalam berbagai sektor kehidupannya terpaut dengan ITC dan teknologi digital,” ujarnya. Dalam menggunakan media digital, diperlukan literasi digital, yang membuat kita mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Lalu mampu memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar dan berkolaborasi dengan lebih banyak orang. Setidaknya ada 8 karakteristik smart Aparatur Sipil Negara (ASN) yakni integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa Asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Transformasi digital yang bergerak sangat cepat, mencakup semua aspek bisnis, pemerintah dan masyarakat mendorong perubahan-perubahan yang sangat cepat. Tipsnya, seluruh ASN harus selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi. Gunakan teknologi untuk hal yang bermanfaat.
Prof. Agus Pramusinto menambahkan, social media bisa digunakan sebagai sarana mendengarkan aspirasi warga, salurkan aspirasi warga dengan pemberian layanan yang mereka butuhkan, ASN perlu tingkatan kompetensi dalam melayani mereka.
Beberapa kelemahan yang dihadapi oleh ASN saat ini di antaranya mutu SDM ASN Indonesia tertinggal dari negara-negara maju ASEAN. Distribusi pegawai ASN ke seluruh daerah masih belum lancar.
Intervensi politik dalam manajemen ASN masih tinggi. Berkembangnya ideologi radikal anti NKRI dan anti Pancasila di kalangan Pegawai ASN. Praktik jual beli jabatan dalam manajemen ASN.
Dr. Arie Budhiman menjelaskan, pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan dan diprediksi kapan berakhir. Kondisi aktual tersebut menimbulkan dampak perubahan terhadap tatanan multi dimensi kegiatan politik, pemerintahan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, budaya, dan kemasyarakatan.
“Menghadapi perubahan situasi tersebut diperlukan adaptasi dan perubahan terhadap paradigma kehidupan secara berkelanjutan,” jelasnya. Paradigma baru ASN yakni pendekatan teknologi, pendekatan budaya baru dan pendekatan workplace.
ASN yang profesional bersih, kompeten, netral, dan berintegritas sangat berperan dalam menentukan efektivitas pemerintah mewujudkan visi pembangunan. Literasi digital pada instansi pemerintah, yakni wawasan digital ASN, keterampilan digital dan perilaku digital ASN.
Transformasi digital
Sebagai pembicara terakhir, Novi Kurnia mengatakan, ada 5 langkah percepat transformasi digital. Pertama percepat integrasi pusat data nasional, lalu siapkan kebutuhan SDM talenta digital untuk melakukan transformasi digital, siapkan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital secepat-cepatnya
“Segera lakukan percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital. Siapkan roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis. Diperlukan juga ASN profesional, bersih, kompeten, netral dan berintegrasi,” paparnya.
Dalam sesi KOL, Gusto Lumbanbatu mengatakan, untuk saat ini masih banyak stigma yang kurang tepat soal ASN. “Di sini posisi kita sebagai ASN muda ataupun yang dalam proses pengabdian diri kepada negara, saling bahu membahu kerjasama untuk mengubah stigma masyarakat dengan menunjukkan kualitas diri kita,” tuturnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Fitri Yulia Firdaus menanyakan, indikator penting apa saja yang harus diperhatikan dalam menjaga etika sebagai ASN dalam menggeluti dunia digital?
“Memang dalam dunia digital kita harus membiasakan diri, kita harus punya semangat terus belajar, jadi keingintahuan soal yang berkembang itu harus betul-betul kuat, yang penting paham. Jadi kita harus sama-sama memahami perubahan ini. Apa kira-kira yang bisa kita lakukan sebagai ASN kemudian membangun kreasi, inovasi, layanan publik yang betul- betul dan itu akan memudahkan ke masyarakat,” jawab Agus.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.