Selepas Maghrib, antrean penonton mulai terlihat di Ballroom Grand City Convex, Surabaya, untuk menyaksikan Konser Tunggal Tony Wenas: ‘The Piano Man’, pada Sabtu, (19/10/2024). Acara digelar oleh PAPPRI Live untuk menggalang dana bagi seniman musik yang membutuhkan. Pada acara Konser The Piano Man di Jakarta 7 Juni lalu, keuntungan dari konser dibagikan ke 220 seniman musik yang membutuhkan di 22 Provinsi kerja sama DPP PAPPRI dan DPD PAPPRI setempat.
Tepat pukul 20.00 WIB, konser yang digelar oleh PAPPRI Live ini, langsung dibuka oleh MC Ade Andrini, dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Penonton yang sebagian besar berasal dari kalangan dunia usaha tersebut langsung berdiri, dan bernyanyi dengan khidmat.
Mengenakan celana hitam, kemeja putih berbalut jas warna cream, Tony Wenas membuka penampilannya dengan lagu romantis ‘Babe’ dari band legendaris ‘Styx’. Tanpa jeda, Ketua Umum DPP PAPPRI langsung melantunkan ‘Happy Man’.
“Terima kasih Surabaya, telah meluangkan waktu untuk menyaksikan kami,” sapa Tony Wenas, usai melantunkan 2 lagu.
Bintang tamu yang pertama duet dengan Tony Wenas adalah Sara Fajira, penyanyi yang mencuat lewat lagu ‘Lathi’. Mengenakan busana hitam, Sara terlihat cantik, dewasa sekaligus kharismatik dalam lagu ‘Here We’ll Stay’, ynag dipopulerkan oleh Frida ‘ ABBA’ Lyngstad dan Phill Collins, pada 1982.
Menyusul kemudian penampilan Jimmo. Penyanyi Progressive Rock ini menyajikan 2 nomor lagu yang sangat populer pada era 80-an; ‘Why Can’t Wait Till Morning’ dari Phill Collins dan ‘Follow You Follow Me’ dari Genesis.
Lebih dari 500 penonton, yang sebagian besar duduk di round table, terlihat mulai masuk dalam atmosfer lagu-lagu nostalgia, yang notabene adalah lagu yang menjadi penanda perjalan karir musikal Tony Wenas sejak 1980.
Antuasiasme penonton mulai memuncak tatkala penyanyi bersuara emas, Eka Deli menyanyikan ‘The Prayer’ yang dipopulerkan Celine Dion dan Andrea Bocelli. Setiapkali Eka dan Tony, mencapai nada tinggi dengan mulus, aplaus penonton bergemuruh. Apalagi saat Sara Fajira, tampil untuk keduakalinya dengan lagu ‘Easy Lover’. Penonton pun larut dalam nada, bergoyang dalam irama, turut sing a long, bagai padusan suara.
Salah satu reportoar Tony Wenas yang paling disukainya dan ditunggu-tunggu oleh penonton, adalah nomor ‘The Piano Man’, yang kemudian menjadi nama acara dari konser tunggal Tony Wenas. Sarah Saputri, musisi asal Bandung ini, dipercaya untuk memainkan Harmonica. Sarah, menjadi magnitude dalam lagu karya Billy Joel itu.
Lebih kurang satu jam setelah pertunjukan berlangsung, Host Lilo, kemudian memanggil salah satu teman musikal Tony Wenas. Siapa lagi kalau buka Fariz RM.
Fariz tampil dengan menenteng Keytar (Keyboard Guitar Shyntesizer) warna merah. Lagu romantis ‘Hasrat & Cinta’ yang dulu dinyanyikan Andi Meriem Matalatta pun mengalun merdu.
“Tony adalah adik teman gue. Karena suaranya bagus, gue ajak dia nyanyi di band Symphony. Dan lagu berikut ini kita buat bareng,” ungkap Fariz RM, penyanyi dengan puluhan lagu hits ini, sebelum melantunkan ‘Lensa Kamar Putih’.
Penonton masih berharap lagu ketiga dari Fariz RM, tetapi ia telah silam, dan berganti Eka Dali. Lagu indah ‘Kala Surya Tenggelam’ dari Chrisye pun mengalun merdu. Penonton kembali larut dalam paduan suara yang semakin membahana.
Penampilan Tony Wenas kembali menarik perhatian penonton, setelah ia mendaulat musisi Dwiki Dharmawan dan Rio Sidik tampil dalam nomor ‘ Zanzibar’.
“Perkenalkan pemain trumpet asal Surabaya Rio Sidik pemain dan Dwiki Dharmawan. Dwiki adalah pemain Piano yang hebat, Tapi saya pemain piano yang asik,” canda Tony Wenas, disambut tawa penonton.
Setelah melepas Keytar (Keyboard Guitar Shyntesizer) miliknya, Dwiki menuju ke set keyboard di samping Tony Wenas. Ia membuka dengan intro lagu dari Toto, ‘Rossana’, yang dilantunkan oleh Kadri ‘Karmila’ Mohamad
Menjelang penghujung konser, lagu-lagu lawas semakin memesona penonton. Setelah Rossana, disusul dengan lagu abadi sepanjang masa, ‘Love of My Life’ dari Queen, dan lagu rock ‘Carryon My Wayward’ dari band legendaris, Kansas.
Sarah Saputri, kembali hadir di atas panggung. Kali ini selain main Harmonika dia juga turut bernyanyi dalam lagu ‘Lucy in The Sky with Diamond’. Dan penonton mulai bergoyang, saat Rio Sidik, tampil kembali dalam lagu ‘Galih & Ratna’ dan ‘Copacabana’.
“Terima kasih untuk semua penonton, sponsorship dan panitia pelaksana dan keluarga besar PAPPRI yang telah membuat konser ini berjalan lancar. Sampai ketemu pada Konser berikutnya,” tandas Tony Wenas sebelum melantunkan lagu terbaik sepanjang masa, ‘Bohemian Rhapsody’ dari Queen.
Kadri ‘Karmila’ dan Lilo, menjadi pamungkas dari Konser TunggalTony Wenas: The Piano Man, Goes to Surabaya. Mereka mengajak penonton yang tak beranjak dari tempat duduknya selama lebih kurang 2 jam dengan 22 nomor lagu yang diiringi oleh Krisna Prameswara (Music Director/Keyboard), Rere (Drum), Noldy (Guitar) dan kawan-kawan.
Konser tunggal ini merupakan pencapaian terbaik, dari perjalanan karir musikal Tony Wenas, selama lebih dari 40 tahun. Pergaulannya yang luwes, membuat Tony mendapat dukungan yang luar biasa dari banyak musisi.
“Jika konser di Jakarta membuat DPP PAPPRI bisa mendonasikan dana dari keuntungan konser kepada para seniman musik di 22 provinsi, semoga di Surabaya sama seperti Jakarta, atau bahkan bisa lebih,’ jelas Lexi Budiman Bendahara Umum PAPPRI.
Dalam industri musik Indonesia, kiprah musik Tony Wenas, telah dimulai pada tahun 1980. Itulah saat ia masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sampai detik ini, meski waktunya sebagian besar dicurahkan ke PT Freeport Indonesia, sebagai Presiden Direktur, tetapi kiprahnya sebagai musisi tak bisa ditinggalkan. Terbukti, seluruh energi musikalnya dicurahkan pada Konser Tunggal The Piano Man.