Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Strategi Belajar, Mengelola Motivasi dan Stress Saat Belajar Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 7 Oktober 2021 di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Tauchid Komara Yuda (Dosen Fisipol UGM), Septyanto Galan Prakoso (Dosen HI UNS, IAPA), Ibnu Novel Hafidz (Creative Entrepreneur), dan Mia Angeline (Deputy Head of Communication Department, Bina Nusantara University, Jakarta).
Tauchid Komara membuka webinar dengan mengatakan, multitasking tidak hanya memengaruhi memori, tetapi juga membuat tugas-tugas sederhana menjadi lebih sulit dan lebih melelahkan. “Maka hindari multitasking, fokus agar tidak terlalu lelah. Memprioritaskan jadwal istirahat, untuk setiap 20 menit yang Anda habiskan untuk melihat layar, luangkan waktu 20 detik untuk melihat sesuatu yang berjarak 20 langkah.”
Menurutnya, sebelum rapat, wajib mempersiapkan segalanya agar dapat membantu efisien dan menghemat banyak waktu dalam jangka panjang. Atur jadwal kerja untuk menghindari jam kerja yang terlalu panjang dan pastikan waktu istirahat yang cukup untuk pemulihan, serta istirahat secara teratur.
Septyanto Galan turut menjelaskan, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital dalam mencari, membuat, menggunakan dan menyebarkan informasi. “Literasi digital memungkinkan informasi bergerak cepat dan menjangkau lebih banyak orang di dunia, karena keterbukaan dunia digital.” Pendidikan di era digital meningkatkan potensi penggunaan media pembelajaran bagi para pengajar.
Menurutnya, tips mengatasi stres dengan sehat, yakni kerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah secara teratur dan sehingga tidak menumpuk. Kenali kemampuan diri kita untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, misalnya membatasi kegiatan ekstrakulikuler. Cobalah untuk tidak khawatir tentang hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.
Ibnu Novel turut menjelaskan, teknologi digital telah memporak-porandakan dunia konvensional. Apapun yang tidak mengadopsi digital akan ditelan persaingan. “Milenial tak bisa lepas dari smartphone karena ‘penyakit’ sosial yang disebut FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan kabar/ informasi.”
Dalam sesi KOL, Decky Tri mengatakan, kita harus paham bagaimana cara memanfaatkan digitalisme. “Kita bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada sekarang, harus dihadapi dengan perubahan yang metode pembelajaran juga semakin dinamis.”
Salah satu peserta bernama Anggi Clara Putri menanyakan, bagaimana sebaiknya kita membentuk support system keluarga agar dapat saling mendukung saat segala sesuatunya dilakukan secara online?
“Lingkungan yang tepat akan memberikan apa sebuah situasi yang tepat pula. Ini support system yang paling penting dalam dari keluarga adanya komunikasi itu penting seorang ayah ibu harus tahu bagaimana karakter keinginan kelebihan kekurangan dari anak-anaknya jadi tidak bisa dipaksakan,” jawab Mia.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]