Rasa haru dan sekaligus harapan merekah, menyaksikan dua siswa kelas 5 SD Bina Nusantara secara fasih menyampaikan hasil riset tentang mengapa kita harus mengelola laut secara berkelanjutan.

Presentasi itu dilakukan pada pembukaan Konferensi tahunan Sustainable Development Goals (SDGs) 2019 yang diselenggarakan di Jakarta, 8–9 Oktober, oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang mengambil tema “Ekosistem Lautan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Mengurangi Kesenjangan”.

“Selebrasi bersama”

Perjalanan SDGs telah mencapai empat tahun. Indonesia sebagai salah satu negara yang memelopori penyusunan SDGs dan berkomitmen melaksanakan secara inklusif, dari tingkat nasional hingga daerah, perlu sejenak merefleksikan apa yang telah kita capai bersama. Konferensi tahunan SDGs adalah sebuah sarana “selebrasi bersama”, wahana untuk saling berbagi, menginspirasi dan saling belajar para pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, pelaku usaha, filantropi, organisasi kemasyarakatan, media dan akademisi, mengenai sejauh mana pencapaian SDGs dan apa yang akan dilakukan setelah itu.

Konferensi SDGs dihadiri secara antusias sekitar 1.700 peserta, lebih banyak pendaftar lagi yang berminat hadir tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan tempat dan biaya. Kurang dari lima jam, pendaftaran daring di luar undangan langsung ditutup karena kuota telah terpenuhi. Antusiasme publik ini sungguh menggembirakan. Artinya, kesadaran tentang SDGs semakin menguat di berbagai kalangan masyarakat. Dibandingkan Konferensi SDGs tahun lalu yang hadir sekitar 700 orang, tahun ini berlipat lebih dari dua kali.

(FOTO-FOTO DOK BAPPENAS)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasio­nal/Kepala Bappenas sekaligus Koor­­dinator Nasional Pelaksanaan Pen­capaian SDGs Bambang Brodjonegoro menyampaikan, pembahasan konferensi mencakup pembelajaran-pembelajaran yang baik SDGs tingkat Asia Pasifik, pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem lautan, dukungan penelitian dan data, peran organisasi non-pemerintah, peran generasi muda termasuk para santri, serta inovasi pembiayaan SDGs.

Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan arahan pentingnya melaksanakan pere­n­canaan dan mewujudkan dalam tindakan. Ada beberapa hal yang ditekankan, yaitu menjaga sumber daya laut dan biota laut, meningkatkan sumber daya manusia di pesisir dan meningkatkan kontribusi pariwisata. Roadmap SDGs menuju 2030 juga sekaligus diluncurkan dalam konferensi. Roadmap SDGs Menuju 2030 menjadi salah satu dokumen SDGs paling penting saat ini, berisi proyeksi pencapaian pada 2030 dari sekitar 60 indikator SDGs terpilih. Roadmap mengungkapkan proyeksi business as usual dan skenario dengan intervensi, termasuk kebijakan, dan strategi serta keterkaitan antartujuan SDGs dan pembiayaan yang diperlukan.

Sumber: Roadmap SDGs Indonesia 2030 (Bappenas, 2019)

Sekretaris Eksekutif UN ESCAP Armida Alisjahbaba menekankan pentingnya kemi­traan dan kerja sama, termasuk kolaborasi dan kerja sama dalam bidang data yang sejalan dengan salah satu sesi paralel pada konferensi ini yang menekankan prioritas Data SDGs melalui Satu Data Indonesia, peer learning, leverage pencapaian SDGs dalam hal financing, peningkatan potensi pemuda dan perempuan, serta penggunaan teknologi dan tata kelola yang baik. Ia juga menekankan, Indonesia harus menunjukkan leadership dalam pelaksanaan SDGs, tidak hanya di tingkat Asia Pasifik, tetapi juga di tingkat global. Dalam sesi sarasehan yang diselenggarakan terutama untuk kalangan pesantren, Kiai Said Aqil Siradj menyampaikan bahwa santri penting menguasai ilmu dan teknologi agar menjadi maju serta berkontribusi pada SDGs.

Konferensi dilaksanakan dengan 3 sesi plenari dan 12 sesi paralel, semua sesi tersebut mengacu pada tema besar “Ekosistem Lautan Berkelanjutan”. Beberapa benang merah dari sesi tersebut antara lain, sumber pangan dari lautan antara lain ikan merupakan salah satu faktor dari banyak faktor yang mendukung penurunan prevalensi stunting dan kadar lemak dalam darah bagi penduduk yang mengalami obesitas. Dengan kita menyadari begitu pentingnya sumber pangan dari laut, pada sesi paralel yang membahas sisi ekonomi kelautan dibahas pentingnya alam terkonservasi dan pengembangan pariwisata. Ditekankan pula masyarakat perlu mendapatkan kesempatan usaha-usaha kepariwisataan berkelanjutan. Koordinasi pemerintah-swasta-masyarakat dalam mendukung pengembangan Geopark juga ditekankan, karena tren pariwisata telah berubah dan wisatawan cenderung ingin menikmati sekaligus teredukasi dari keindahan alam yang terkonservasi.

Sumber: Roadmap SDGs Indonesia 2030 (Bappenas, 2019)

Meskipun Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki masalah sampah laut yang besar, berbagai inisiatif sebenarnya telah banyak dilakukan, salah satunya di Surabaya dengan menukarkan sampah menjadi berbagai barang lain. Akan tetapi, inisiatif-inisiatif itu saja tidak cukup karena besarnya persoalan. Oleh karena itu, masih diperlukan komitmen dan gerakan dari semua sektor. Selain itu, ditekankan pentingnya menjaga air dan laut serta mencegah transboundary sampah.

Dari sisi pemangku kepentingan, pelaku usaha memegang peran penting dalam berbagai hal terkait pengelolaan lautan dengan melakukan bisnis yang berprinsip berkelanjutan dan menggunakan pola ekonomi sirkular (circular economy). Pemanfaatan dana filantropi perlu terus diarahkan untuk mencapai target-target SDGs karena potensi pemanfaatan filantropi sangat besar dan mengingat terbatasnya pendanaan pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan prinsip SDGs yaitu no one left behind.

Sumber: Roadmap SDGs Indonesia 2030 (Bappenas, 2019)

Media memegang peran besar dalam pemberitaan diharapkan tidak hanya mengungkapkan fakta, tetapi juga perlu menekankan perspektif pemberitaan ber­imbang dan tidak menyinggung komunitas tertentu. Media daring mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyampaian berita, tetapi tantangannya adalah akurasi berita. Istilah “bad news is good news” biasa digunakan kalangan pers untuk lebih menarik pembaca, tetapi jurnalis perlu juga memberi kesempatan berita positif sebagai inspirasi untuk menyelesaikan solusinya. Berita pelaksanaan SDGs mempunyai peluang untuk diungkapkan pada masyarakat luas, menjelaskan persoalan kompleks menjadi lebih sederhana dan menarik untuk masyarakat luas.

Saat ini, telah ada SDGs Center di 11 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. SDGs Center diharapkan menjadi mitra pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan di daerah untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SDGs yang berbasis data dan ilmu pengetahuan. SDGs Center juga diharapkan menjadi pionir dalam lingkup best practices dan sharing knowledge di tingkat global. Pada sesi peran pemuda, dibahas para pemuda sebagai generasi yang akan menikmati hasil dari upaya pencapaian SDGs kita saat ini hingga tahun 2030 dan sekaligus pelaku saat sekarang. Mereka adalah penggerak masa depan pencapaian SDGs. Untuk itu, sedini mungkin, pelaksanaan SDGs harus melibatkan anak muda karena youth voice matters.

Program kemitraan dengan pemerintah Australia untuk pemberdayaan memberikan manfaat besar bagi masyarakat akar rumput di pesisir pulau-pulau kecil. Beberapa contoh program, misalnya pemberdayaan perempuan nelayan melalui Sekolah Perempuan yang diinisiasi oleh LSM Kapal Perempuan yang memampukan perempuan nelayan untuk mendapatkan berbagai pelayanan dari pemerintah daerah. Selain itu, pemberdayaan masyarakat pada petani rumput laut dengan meningkatkan kualitas produksi dengan memberdayakan para petani dan bagaimana pemerintah memfasilitasi petani terhubung dengan pembeli.

Dalam sesi pembiayaan SDGs dibahas, pelaksanaan SDGs tidak akan dapat dilakukan secara optimal jika pembiayaannya tidak memadai. Pembiayaan investasi untuk SDGs memerlukan kontribusi dari berbagai pihak. Proyeksi kebutuhan pembiayaan SDGs telah tercakup dalam Roadmap SDGs menuju 2030 dan pembiayaan investasi untuk SDGs memerlukan kontribusi dari berbagai pihak karena pendanaan dari pemerintah saja tidak cukup. Sektor swasta dapat menjadi akselerator bagi pembiayaan maupun implementasi SDGs, selain itu diperlukan pula berbagai skema inovatif pembiayaan dan memperbanyak best practices sehingga keterlibatan peran swasta untuk pelaksanaan SDGs menjadi hal yang biasa di Indonesia.

Melihat antusiasme narasumber dan peserta, optimisme pencapaian SDGs sangatlah terasa. Namun, komitmen itu perlu terus dilaksanakan dalam berbagai aktivitas dengan terus bekerja, berjejaring dan bekerja sama pasca konferensi oleh semua pemangku kepentingan. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Oktober 2019.