Virus corona baru yang dikenal dengan Covid-19 seperti memaksa program Merdeka Belajar dipercepat. Guru-guru mau tidak mau harus melek internet dan belajar menyampaikan materi pelajaran lewat aplikasi dan sarana sosial media. Mereka bukan saja keluar dari ruang kelas, mereka bahkan tidak lagi dibatasi oleh dinding-dinding dan gerbang sekolah.

Mengubah pola mengajar dari sistem tatap muka di kelas menjadi pola mengajar daring memang memiliki banyak tantangan. Setiap unit pendidikan pasti punya tantangan yang berbeda.

Beruntung bagi Saint John’s Catholic School karena memang sudah mulai menggunakan aplikasi sebagai alat komunikasi antara guru, orang tua, dan murid.

Hal yang paling utama untuk ditingkatkan dalam masa Home Learning Program (HLP) adalah komunikasi. Komunikasi adalah faktor paling utama dalam kelancaran proses belajar mengajar jarak jauh ini.

HLP yang dimulai sejak 16 Maret 2020 ini kemudian diperpanjang, sesuai anjuran pemerintah hingga 20 Mei 2020. Selama dua hari pertama, guru-guru dan staf mempersiapkan semua keperluan HLP dari sekolah. Sejak 18 Maret 2020 guru dan staf juga mulai bekerja dari rumah.

Sejak pertama kali kabar akan merebaknya Covid-19 di Indonesia terdengar, pihak sekolah sudah langsung meningkatkan standar kebersihan sekolah. Persediaan hand sanitizer di wilayah sekolah diperbanyak dan diadakan pemantauan suhu badan bagi semua yang datang ke sekolah.

Walaupun proses disinfektan di sekolah tetap berlangsung, untuk mendukung Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka guru tetap diminta untuk mengajar dari rumah. Demikian pula staf pendukung sekolah, mereka semua harus melakukan tugasnya dari rumah.

Ruth Fitavera, kepala sekolah unit KB/TK menegaskan, “HLP sangat membutuhkan kreativitas, kerja sama dan daya juang. Untungnya guru-guru dan orang tua di unit kami sangat kreatif, koperatif, dan saling mendukung.”

Foto-foto: dok. Saint John’s Catholic School.

Saling mendukung antara orang tua dan guru pada saat ini sangat diperlukan. Keadaan memang memaksa agar anak tinggal di rumah, tapi bagaimana agar proses sosialisasi yang sudah dimulai oleh anak-anak usia dini ini tidak terputus.

Bagi anak-anak ini, bahkan hingga usia Sekolah Dasar, melihat teman-temannya melakukan hal yang juga ia lakukan di rumah merupakan penggenjot semangat mereka. Berbagi kegiatan mereka melalui sosial media, menjadi salah satu cara untuk menaikkan motivasi belajar sendiri di rumah.

Walaupun bisa tetap bersama melalui berbagai aplikasi yang memungkinkan pertemuan daring, bagi anak-anak, kerinduan untuk bertemu teman-teman di sekolah tetap tinggi.

Bagi remaja usia SMP dan SMA, belajar dari rumah menjadi tantangan untuk bisa lebih mandiri dalam belajar. Demikian juga tuntutan untuk disiplin waktu untuk mengikuti pertemuan daring, dan tentunya kejujuran dalam mengikuti ulangan ataupun ujian daring.

Alvina Gunardi, kepala sekolah SMP, menjelaskan, pemanfaatan E-school system yang memang sudah dipergunakan oleh Saint John’s Catholic School diusahakan semaksimal mungkin. Perpustakaan daring yang merupakan kerja sama dengan Diginusa dari kelompok Kompas Gramedia juga sangat bermanfaat dalam masa Home Learning Program ini.

“Guru-guru berusaha untuk memperkaya sumber-sumber belajar murid, selain dari materi buku dan guru, juga dari berbagai video pembelajaran dan sumber belajar lainnya,” jelas Alvina.

Memang kreativitas guru sangat dituntut dalam masa-masa ini karena bahan yang menarik akan membantu anak untuk lebih fokus belajar.

Selain ujian nasional yang ditiadakan, ujian internasional juga ditunda. Pandemi kali ini memang merupakan bencana di seluruh dunia, termasuk di UK, pusat penyelenggaraan ujian internasional IGCSE, As dan A level. Tapi sekolah tetap memperhatikan bahwa kompetensi yang perlu dipelajari anak tetap tersampaikan. Ujian sekolah dan ulangan-ulangan yang belum terlaksana, tetap dilaksanakan secara daring.

Selain proses belajar materi yang akademis, anak-anak juga diarahkan untuk membantu orang tua di rumah sebagai bagian dari pengembangan soft skill. Pelajaran olah raga untuk kebugaran tubuh dan mendapatkan sinar mentari yang menyehatkan anak juga menjadi perhatian guru-guru.

Satu hal lain yang juga sangat diperhatikan Saint John’s Catholic School adalah kesehatan mental. Anak-anak remaja yang biasa berkumpul bersama teman, mungkin saja menjadi gelisah di rumah. Karena itu konselor SMP dan SMA senantiasa membuka jalur konsultasi daring dengan murid-murid, bahkan di unit SMA konselor bersedia menerima konsultasi dari orang tua murid.

Sejak berdiri pada 2006 di BSD, sudah cukup banyak alumni Saint John’s Catholic School. Beberapa di antaranya menjadi dokter muda di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Ada pula orang tua murid yang juga dokter atau perawat di Puskesmas atau Rumah Sakit. Mereka berjuang langsung di lapangan.

Sebagai bentuk perhatian kepada alumni, dibentuk Saintjohners Care dalam upaya memberikan perhatian dan meningkatkan semangat mereka dalam pelayanan kesehatan yang mereka geluti. Demikian pula untuk kebutuhan APD yang semakin langka di pasaran, melalui PEMIKAT KAJ diusahakan untuk memberikan APD yang dibutuhkan di lapangan.

Masih ada juga orang-orang yang demi mata pencahariannya masih tetap harus bekerja di lapangan. Puji Tuhan, anak-anak kelas 12 tergerak untuk ikut membantu mereka juga dengan membagikan masker dan makanan bagi yang membutuhkannya.

Masa pandemi Covid 19 ini memang merupakan masa yang penuh tantangan bagi semua orang. Karena itu bersatu, bersama-sama menjalin komunikasi yang baik, merupakan jalan untuk bisa menghadapinya dan keluar dari situasi ini. Bersama-sama saling mendukung, saling menguatkan, agar kita bersama mampu memenangkan perang melawan Covid-19, dan pada akhirnya beroleh hikmat melalui proses perjuangan bersama ini.