Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Kreatif Lestarikan Nilai-Nilai Pancasila di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 29 September 2021 di Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Isharsono (Praktisi Digital Marketing, Founder IStar Digital Marketing Centre), Meidine Primalia (Kaizen Room), Trisno Sakti Herwanto SIP MPA (IAPA), dan Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini).
Isharsono membuka webinar dengan mengatakan, Pancasila itu adalah dasar negara dan tidak bertentangan dengan agama yang kita anut. “Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dikedepankan saat berinteraksi di ruang digital. Skill yang harus di kuasai dalam rangka tetap melestarikan nilai-nilai dasar Pancasila di ruang digital adalah dengan menguasai secara teknik, dan memahami konsep.”
Meidine Primalia mengatakan, etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiket) dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahwa menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama, demi meningkatkan kualitas kemanusiaan. Ruang lingkup etika yakni kesadaran melakukan sesuatu dengan sadar/memiliki tujuan,” ujarnya.
Sementara netiket adalah tata krama dalam menggunakan internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekadar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya.
Trisno Sakti turut menjelaskan, budaya digital adalah cara hidup yang muncul dan berkembang dalam bentuk sarana dan prasarana digital, untuk menjawab tantangan yang ada. Tantangan tertentu yang membuat membudaya seperti cyberbullying, kurangnya toleran, konsumtif terhadap privasi.
“Tantangan budaya digital bangsa indonesia seperti budaya Bhinneka Tunggal Ika dengan mempunyai tantangan negara majemuk, sumber daya yang beragam, lalu ada budaya cinta kasih dan persatuan dengan Indonesia rumah bersama, negara dengan banyak suku bangsa,” ucapnya.
Sebagai pembicara terakhir, Mikhail Gorbachev mengatakan, pada nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika pada sila pertama nilai utamanya adalah cinta kasih, saling menghormati perbedaan kepercayaan di ruang digital.
“Pada sila kedua nilai utamanya adalah kesetaraan memperlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi di ruang digital. Sila ketiga nilai utamanya adalah harmoni mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital,” katanya.
Sila keempat nilai utamanya adalah demokratis dengan memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi dan berpendapat di ruang digital. Untuk sila kelima nilai utamanya adalah gotong-royong dengan bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna.
Dalam sesi KOL, Shafa Lubis mengatakan, ruang digital tanpa batas menyediakan informasi yang banyak. Namun hal itu bisa dibuat tantangan dan keuntungan. “At same time kita bisa mengetahui berita-berita yang benar faktanya atau bohong. Kita itu bisa banget menanggulangi berita-berita bohong itu dengan memperbanyak literasi digital.”
Salah satu peserta bernama Rokima menanyakan, bagaimana cara mengenalkan budaya Pancasila kepada generasi muda anak zaman sekarang?
“Menurut saya kalau dilihat Pancasila dasar dari Indonesia, berbicara soal dasar ketika tidak ada mata pelajaran ini mendasari nilai Pancasila. Tetapi hari ini pendidikan itu dimulai dari keluarga, sekarang ini tantangan bagi orangtua harus sering update,” jawab Trisno.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]