Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Meningkatkan Potensi Diri di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (15/10/2021) di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Luqman Hakim – Content Writer, Abdul Rohim – Redaktur Langgar.co, Imam Baihaqi, MH – Konsultan Pemberdayaan Desa, Bondan Wicaksono – Akademisi & Penggiat Masyarakat Digital.
Teknologi digital
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Luqman Hakim membuka webinar dengan mengatakan, perkembangan teknologi digital berpengaruh pada kehidupan manusia sebagai penggunaannya (user).
“Dunia terus menerus berubah, karenanya adaptasi yang baik adalah skill yang wajib dimiliki. Tetapi perlu diingat bahwa yang berubah hanyalah dunianya, manusianya tetap. Dunia digital membuka banyak peluang sekaligus tantangan, sebagai pengguna kita tinggal memilih di posisi mana kita hendak berada,” tuturnya.
Menurutnya, pilihan yang bijak adalah berselancar di dunia digital untuk hal-hal positif dan bermanfaat, dengan landasan kesadaran bahwa teknologi digital ini hanyalah sarana/alat dan kita adalah tuannya.
Ruang digital memungkinkan kita mengunduh dan mengunggah informasi. Segala aktivitas kita di ruang digital dicatat menjadi jejak digital, hal ini menjadi bermanfaat bagi kita apabila dikelola dengan baik untuk citra diri (personal branding).
Abdul Rohim menjelaskan, ruang digital (dunia maya) adalah realitas kebudayaan baru, yang seharusnya tidak merubah kehidupan kita di dunia nyata. Kita harus mampu memahami logika era digital ini secara holistic dan komprehensif, agar tidak terjebak pada nalar konsumtif yang tidak produktif.
“Kurangnya pemahaman atas penggunaan informasi digital secara bijak. Dalam kerangka nasionalisme kita akan dipecah belah karena terjadi polarisasi sosial di tengah masyarakat,” jelasnya.
Era digital seharusnya berada di genggaman untuk kita kendalikan, bukan kita yang sebaliknya dikendalikan. Menjaga ruang digital itu berusaha ikut terlibat untuk dapat menggerakan orang-orang untuk memproduksi kebaikan dan konten positif di setiap aktivitas digital kita.
Kecerdasan budaya
Imam Baihaqi turut menjelaskan, kecerdasan budaya yang dibutuhkan bagi pengguna internet, harus memiliki kapasitas 3 kecerdasan agar tidak terjebak pada zona negatif internet.
“Pertama kecerdasan sosial, yakni kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan sosial dengan orang lain. Lalu kecerdasan emosional, yang merupakan kemampuan dalam memahami dan menghadapi emosi diri sendiri dan emosi orang lain,” tuturnya.
Selain itu, ada kecerdasan spiritual, kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ketiganya merupakan kecerdasan budaya/kecerdasan interpersonal, yakni kemampuan untuk memahami, mengelola, dan berhadapan dengan emosi orang lain dalam konteks antar budaya.
Adapun potensi diri yang perlu ditingkatkan warganet Indonesia yakni wajib memiliki kecakapan literasi digital, sehingga mampu memanfaatkan teknologi digital untuk kemajuan bangsa.
Lalu kemampuan mengendalikan diri, menghargai perbedaan dan menjaga harkat-martabat kemanusiaan. Memiliki kepekaan pada kebaikan dan kepedulian sosial terhadap kaum lemah, memahami aturan hukum dan mentaatinya, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mengembangkan rasa cinta kasih ke sesama warganet.
Sebagai pembicara terakhir, Bondan Wicaksono mengatakan, saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi.
“Maka diperlukan keamanan perangkat digital. Faktanya, salah satu celah terbesar dalam teknologi digital ada pada pengguna, baik karena pengguna lalai dalam mengoperasikan perangkat maupun lupa mengaktifkan fitur pengaman,” tuturnya.
Dalam sesi KOL, Puty Nurul mengatakan, dengan adanya peran digital di tengah pandemi seperti ini menjadi sangat penting. “Selama pandemi ini memang kita lumayan mengikuti tren, karena memiliki banyak waktu luang dan yang paling penting itu adalah saatnya kita membangun brand image,” tuturnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Kafin Shofiyudin menanyakan, bagaimana cara kita untuk menentukan sebuah konten yang menarik, dan diminati banyak audien?
“Pertama kita perlu tahu bagaimana cara kerja media tersebut seperti apa, misalnya ingin buat konten di Instagram. Nah saya harus tahu bagaimana cara kerja di Instagram contohnya yang lagi naik daun ini Reels. Nah, kita fokuskan ke situ karena itu yang memungkinkan konten kita dilihat banyak orang, kemudian analytic dari followers aktif pada jam berapa sehingga kita bisa upload konten di waktu prime time,” jawab Luqman.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.