Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) tak hanya fokus terhadap upaya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove. Lembaga ini juga ambil bagian pada sektor pendidikan, di antaranya melalui program Peatland Community Engagement and Transdisciplinary Learning-Indonesia (PEATLI).

PEATLI merupakan kerja sama antara BRGM dengan The University of Queensland sejak 2019. Melalui program ini, mahasiswa dimungkinkan untuk berinteraksi dengan BRGM, pemerintah daerah, para pemangku kepentingan, serta masyarakat di sekitar lahan gambut.

Pada 25–29 November 2022, program ini digelar di Desa Limbung, Desa Kuala Dua, dan Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Di Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) tersebut, para peserta belajar dan melakukan observasi lapangan yang kemudian hasilnya disampaikan kepada pihak BRGM sebagai bahan masukan.

Mahasiswa The University of Queensland yang mengikuti program tersebut tinggal di sekitar lokasi sekat kanal dan mempelajari kegiatan revitalisasi mata pencaharian masyarakat. Mereka juga berkomunikasi dengan masyarakat setempat, termasuk kelompok wanita dengan menggunakan Participatory Situation Analysis (PSA).

Salah seorang mahasiswa peserta PEATLI di Desa Limbung, Will Felesina, mengatakan, kehadiran BRGM memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. “BRGM telah membuat 1 hektar demplot sebagai bagian dari program revitalisasi mata pencaharian masyarakat (R3), dan menjadi contoh bagi para petani bagaimana mengelola lahan gambut secara berkelanjutan,” ujarnya.

Di desa tersebut, lanjut Felesina, masyarakat mempraktikkan metode pertanian berkelanjutan, yakni dengan beralih dari metode tebang dan bakar (tradisional) ke metode pembersihan yang lebih manual. Proses pengolahan lahan gambut dengan metode tersebut sangat membantu karena lahan menjadi terbebas dari hama sekaligus meminimalkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Positif

Kegiatan rewetting atau menahan air agar gambut tidak mengering pada musim kemarau yang dilakukan BRGM juga tidak luput dari observasi. “Tidak ada keraguan, sekat kanal yang dibangun oleh BRGM memiliki efek positif signifikan terhadap kehidupan masyarakat lokal. Sekat kanal yang dibangun telah menyebabkan peningkatan muka air tanah dan peningkatan kelembaban tanah,” jelas Will Andreas, mahasiswa The University of Queensland yang ikut pada program tersebut.

Ragam Dukungan bagi BRGM dalam Upaya Restorasi Gambut
Dialog antara kelompok mahasiswa dan petani lokal di atas lahan gambut yang telah dimanfaatkan di Desa Kuala Dua, salah satu lokasi DMPG BRGM.

Berdasarkan hasil pengamatan Andreas, tanah gambut telah berangsur kembali seperti spons dan berfungsi membantu mitigasi banjir. Secara umum, banjir dan kebakaran telah berkurang secara signifikan sejak intervensi BRGM. “Kami melihat, semua pemangku kepentingan memuji implementasi sekat kanal secara keseluruhan,” tegasnya.

Selain mempelajari tentang hal-hal pembangunan fisik dan sosial-ekonomi dari kegiatan restorasi gambut, kelompok mahasiswa dari berbagai jurusan ini juga mengamati aspek lain yang memiliki hubungan erat dengan restorasi gambut.

Hal tersebut diungkapkan Bella, salah satu mahasiswi Jurusan Ilmu Kesehatan yang belajar di Desa Kuala Dua. “Dari segi kesehatan, kegiatan BRGM yang menjaga kebasahan lahan gambut sehingga dapat mencegah kebakaran lahan secara tidak langsung juga dapat menurunkan risiko penyakit saluran pernapasan. Selanjutnya, masyarakat juga perlu diberikan edukasi ketika menghadapi bencana kebakaran lahan seperti penggunaan masker, segera mendatangi bantuan medis, dan peraturan kesehatan” ujarnya.

Apresiasi

Sementara itu, Kepala Sub Kelompok Kerja Restorasi Gambut Kalimantan Barat Darmawan mengapresiasi upaya mahasiswa The University of Queensland yang telah belajar mengenai upaya restorasi gambut di desa yang menjadi lokus DMPG Kalimantan Barat.

“Kami mengucapkan terima kasih karena program PEATLI-3 menjadikan Desa Limbung, Desa Kuala Dua, dan Desa Arang Limbung, Kalimantan Barat, sebagai lokasi pembelajaran. Hal ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi masyarakat karena upaya mereka dalam merestorasi gambut mendapat perhatian dan kunjungan dari luar negeri,” ujar Darmawan.

Sementara itu, Associate Professor of the Centre for Communication and Social Change The University of Queensland Elske Van de Fliert merasa senang saat mengikuti kegiatan masyarakat dalam merestorasi gambut.

“Kami senang ketika sampai di sana, kami benar-benar disambut dengan baik selama di Kubu Raya. Melalui kegiatan PEATLI, saya mendapatkan ilmu terkait kegiatan restorasi gambut dan akan menginformasikan kepada rekan-rekan yang ada di Australia,” jelas Elske.

Elske berharap, program PEATLI dan BRGM dapat terus berlanjut. Kegiatan restorasi gambut yang berlangsung di Indonesia juga diharapkan akan terus mendapat dukungan lebih luas dari negara-negara di dunia.

Baca juga: BRG Gelar Platihan Sekolah Lapang Tanpa Bakar di Pesantren