Virus dan racun yang menjangkit ruang digital dapat berupa berita bohong, pornografi, ujaran kebencian/SARA, perjudian, penipuan, phishing, radikalisme/terorisme, narkoba, dan pelanggaran HAKI. Hal-hal tersebut disebabkan karena pengguna media digital banyak meninggalkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam berinteraksi di ruang digital, yang memicu tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi, membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital, ataupun membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.
Budaya Indonesia membicarakan sistem nilai yang dihayati (oleh bangsa Indonesia sebagai kolektif-komunal) dan nilai itu adalah sesuatu yang diyakini baik dan menjadi standar perilaku dalam kehidupan berbangsa yang direpresentasi Pancasila, yang dirumuskan oleh kolektif-komunal (bukan personal) sebagai sistem nilai. Pancasila sebagai pedoman mengatur dan mengarahkan tata perilaku dalam interaksi antar-anak bangsa dalam segala aspek kehidupannya, termasuk di ruang digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Hindari Virus dan Racun di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 24 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Dr Ida Ayu Putu Sri Widnyani SSos MAP (Dosen Universitas Ngurah Rai dan IAPA), Mathelda Christy (praktisi pendidikan dan training), Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya dan IAPA), Sigit Widodo (Internet Development Institute), dan Ken Fahriza (data analyst, influencer) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya Ida Ayu Putu Sri Widnyani menyampaikan bahwa racun di ruang digital merupakan zat yang berpotensi memberi efek berbahaya bagi organisme, dengan membahayakan langsung pengguna. Dalam konteks ruang digital dapat berupa kata, gambar, teks yang membuat tidak nyaman, dan memengaruhi pikiran kita. Pengguna pun selain menjadi obyek dapat menjadi subyek.
Dampak pengguna akan racun dapat menyebabkan stres atas kerusakan perangkat dan akan data dan konten yang dapat merugikan, sehingga dibutuhkan literasi dalam menghindari virus dan melawan kabar bohong di ruang digital, seperti verifikasi sebelum membagikan, pahami maksud informasi dengan seleksi dan identifikasi hal-hal informasi tersebut, dan jangan asal menyebarkan tanpa memastikan kebenarannya.
“Dalam rangka menangkal virus dan racun di ruang digital, perlu pahami perangkat digital, aplikasi percakapan beserta kelebihan dan kekurangannya, perbaharui secara rutin, dan non-aktifkan fitur untuk mengendalikan informasi,” jelasnya.
Ken Fahriza selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa mengelola data-data penjualan atau hal hal yang populer untuk menjadi informasi yang dapat berguna terhadap bisnis atau perusahaan, yang kini bisa dijalankan dari rumah di masa pandemi saat ini. Itulah salah satu keuntungan dari era digital saat ini. Selain itu, kita dapat mendapat berbagai macam informasi yang berguna dalam mengasah keterampilan kita dan berkomunikasi dengan orang-orang dari luar negeri maupun dari manapun, kapanpun secara real-time.
Dengan pengalamannya dalam berkecimpung di dunia digital, ia sudah sadar dan terlatih dalam mendapatkan hal-hal yang berisiko di ruang digital seperti tautan yang mencurigakan. Ia sering juga membantu anggota keluarga atau orang-orang terdekat yang masih sering terjebak virus dan racun digital karena mengakses tautan yang berbahaya.
Untuk mengetahui perkembangan digital dengan baik dan melindungi dari ancaman digital, penting masyarakat dalam berliterasi digital. Selain itu, racun yang berupa konten-konten negatif harus bisa dihindari dan kita harus berperan aktif dalam melaporkan konten-konten tersebut tanpa perlu merasa terpancing atau merespons atas aksi-aksi tersebut. Kita juga harus selalu cek kebenaran informasi yang diterima di grup WhatsApp, dan ikut menghimbau orang-orang terdekat kita ketika ikut menyebarkan informasi tersebut.
Salah satu peserta bernama Muhamad Nur menyampaikan, “Bagaimana cara kita menganalisa sebuah aplikasi untuk suatu kepentingan bisnis agar tidak terjadi hal tidak diinginkan seperti tercurinya data pribadi?”
Ida Ayu Putu Sri Widnyani menjawab, “Harus dimulai dengan menganalisa aman apa tidaknya suatu aplikasi melalui rating serta review di layanan Appstore atau Playstore. Selain itu, penting untuk pahami dan baca secara detail syarat dan ketentuan ketika ingin mendaftar aplikasi tersebut.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]