Saat sekarang di mana segala kegiatan serba dibatasi, kita mengandalkan teknologi dan media digital untuk berinteraksi. Selain untuk berinteraksi dan bersosialisasi, kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari seperti belanja online dan mendengarkan musik.

Selayaknya dengan dunia nyata, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam dunia digital, sehingga butuh menerapkan yang disebut sebagai digital skills atau keterampilan digital.

Apa yang dimaksud digital skills?

Digital skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan peranti lunak TIK serta sistem operasi digital, mulai dari website hingga beragam aplikasi pada smartphone yang kita gunakan sehari-hari.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Paham Digital, ‘Jebakan Batman’ Hilang”. Webinar yang digelar pada Jumat (30/7/2021) pukul 14:00-16:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Erista Septianingsih (Kaizen Room), Jarot Waskito, S.Pd. (Videografer & Penulis Naskah Film), Anang Dwi Santoso, S.I.P., M.P.A. (Dosen Universitas Sriwijaya & IAPA), Adetya Ilham (Kaizen Room), dan Komo Rizky (Aktor & Presenter TV) selaku narasumber.

Literasi digital

Dalam pemaparannya, Anang Dwi Santoso, S.I.P., M.P.A. menyampaikan, “Literasi digital salah satu literasi yang harus kita punya di samping literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi finansial.”

Apa manfaat literasi digital? Untuk melawan konten negatif dan menciptakan masyarakat dengan pola kritik kritis. Konten positif apa saja yang bisa kita bagikan di media sosial? Konten informatif seperti event-event dan review, konten menghibur seperti meme, gambar lucu, tebak-tebakan, dan juga konten inspiratif dalam bentuk kata-kata mutiara. Kemudian ada konten edukatif seperti tutorial, tips and tricks.

Apa saja yang tidak boleh kita bagikan di internet? Pertama adalah hoaks, yang merupakan informasi dan berita yang sumbernya tidak jelas, dan pesannya tidak mengandung 5W 1H. Kedua adalah pornografi, yang kalau menyebarkan ada hukuman selama 6 bulan hingga 6 tahun. Lalu ada ujaran kebencian yang mengandung SARA dan provokasi yang bisa tersebar juga melalui dakwah.

“Hindari juga melakukan cyberbullying dalam bentuk menyebarkan informasi yang tidak benar mengenai sesorang atau menyebarkan foto seseorang yang membuat seseroang malu. Bila menemukan konten-konten seperti itu, adukan ke Kominfo. Sebelum membagikan informasi, pastikan informasi tersebut benar atau tidak, bermanfaat atau tidak, mendesak atau tidak,” papar Anang.

Aman berinternet

Komo Rizky selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, dampak positif dari hadirnya dunia digital sekarang adalah kita lebih gampang untuk berekspresi, memperlihatkan siapa kita ke banyak orang, membangun personal branding, dan memacu para content creator untuk terus membuat konten-konten yang bagus.

Negatifnya, ia menganggap, pengguna media digital seakan dimanjakan dengan konten-konten yang begitu banyak dibuat orang, dan tidak lupa banyak penipuan juga yang sekarang merambah ke digital. Sebagai influencer pun ia lebih selektif untuk memilih paid promotion atau endorsement karena ada saja akun penipu yang menggunakan foto-foto dari para influencer lainnya.

Lalu bagaimana caranya agar aman berinternet? Ia sampaikan bahwa penting untuk pikirkan apa yang ingin kita post, dan pikirkan juga apa yang ingin kita dapatkan dari internet. Kita sebagai pengguna internet harus mempunyai batasan tersendiri tentang apa yang ingin kita terima dan kita bagikan.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Anisya menyampaikan pertanyaan, “Ketika para pengguna media sosial yang belum memahami literasi digital meninggalkan jejak digital yang negatif, apa kemudian langkah yang harus ditempuh untuk membersihkan jejak negatif itu dan memperlihatkan hal positif ke depannya ketika pengguna itu telah sadar akan pentingnya literasi digital?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Jarot Waskito, S.Pd. “Dunia digital, utamanya media sosial, mampu membangun personal branding. Jadi kalau kita memperlihatkan sesuatu yang baik di sosial media, yang akan tampak di dunia nyata pun seperti itu. Begitu juga sebaliknya. Jadi, kalau memang di antara kita ada yang pernah share sesuatu yang kurang baik, segera dihapus saja,” ujarnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.