Pertamina menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan kawasan wisata edukasi mangrove pertama di Kota Semarang. Lokasinya berada di Dusun Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Emas, Kecamatan Semarang Utara.
Hal itu ditunjukkan dengan melakukan studi banding yang dijalankan oleh kelompok masyarakat yang tergabung dalam program tanggung jawab perusahaan (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ke lokasi Wisata Mangrove Karangsong di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu hingga Jumat (20-22/7/2022).
Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengatakan, kegiatan diikuti sedikitnya 30 orang yang terdiri atas anggota Kelompok Peduli Lingkungan Camar dan Kelompok Usaha Bersama Merah Delima sebagai pengelola kawasan wisata edukasi Mangrove Pertamina di Tambakrejo, Semarang.
“Kedua kelompok masyarakat tersebut merupakaan binaan kami yang ada di sekitar salah satu unit operasi kami, yaitu Integrated Terminal Semarang. Kelompok Camar fokus kepada kegiatan pelestarian tanaman mangrove, sementara kelompok Merah Delima berfokus pada kegiatan usaha produk olahan mangrove,” jelas Brasto.
Menurutnya, kunjungan studi banding ke kawasan wisata mangrove di Karangsong merupakan salah satu bentuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola tanaman mangrove. Tidak hanya untuk pelestarian alam tapi juga untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
“Wisata Mangrove Karangsong merupakan salah satu kawasan desa wisata mangrove terbaik yang ada di Indonesia, di mana pengelolaannya berbasis pemberdayaan kelompok masyarakat. Dalam hal ini melalui program CSR dari Refinery Unit Balongan PT Kilang Pertamina Internasional,” ungkapnya.
Selain itu, menurut Brasto, secara geografis lokasi kawasan mangrove Karangsong dan Tambakrejo memiliki kesamaan, yaitu berada di sisi utara pulau Jawa. Sehingga memungkinkan karakteristik alam yang tidak jauh berbeda.
“Untuk itu kami berharap kelompok binaan kami dapat menyerap ilmu pengetahuan maupun pengalaman tentang bagaimana teknik penanaman dan pemeliharaan mangrove yang benar hingga inovasi dalam mengembangkan produk olahan turunan mangrove untuk tambahan pendapatan,” imbuh Brasto.
Juraimi, Ketua Kelompok Peduli Lingkungan Camar, menceritakan pengalamannya di tengah-tengah kegiatan studi banding. Ia mengaku senang dapat mempelajari banyak hal terkait pengelolaan tanaman mangrove yang mampu memberikan keuntungan ekonomi.
“Ternyata dari tanaman mangrove yang kita tanam ada banyak sekali olahan produk yang memiliki nilai jual, seperti dodol, keripik peyek, kopi, nugget, sirup, wedang, dan sebagainya,” ujar Juraimi.
Komitmen ESG, kontribusi terhadap serapan Karbon
Brasto menjelaskan, program ini merupakan wujud dari penerapan komitmen ESG (environment, social, governance) yang dijalankan Pertamina.
“Selain itu program ini juga ikut kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), poin 13 (Penangangan Perubahan Iklim), dan poin 14 (Ekosistem Lautan),” jelasnya.
Program CSR Wisata Mangrove Tambakrejo telah mulai dirintis pada 2018. Sejak itu telah dijalankan kegiatan penanaman dan pemeliharaan mangrove secara berkala sedikitnya 25.000 batang di lahan sekitar 2 hektar.
“Program ini tentu memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi alam, seperti serapan karbon sebesar 76,5 ton CO2 per tahun berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Sucofindo pada 2021. Selain itu, penanaman mangrove juga berperan penting dalam mencegah terjadinya abrasi di kawasan sekitar pantai,” terang Brasto.
Pada 2021, Kawasan Mangrove Tambakrejo mulai dibuka sebagai satu-satunya wisata mangrove yang ada di Semarang dengan menyediakan beerbagai fasilitas, di antaranya jalur pejalan kaki sepanjang kurang lebih 200 meter.
“Selain dapat menikmati keindahan alam di sana, pengunjung juga dapat mempelajari jenis-jenis tanaman mangrove sebagai bentuk keanekaragaman hayati yang dijalankan oleh Pertamina dan masyarakat sekitar,” pungkasnya. [*]