Hanya selisih dua hari dari peringatan Hari Pahlawan pada 10 November, Indonesia juga memperingati Hari Kesehatan Nasional pada 12 November. Sehubungan dengan dua hal itu, tahun ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyelenggarakan acara “Anugerah Menteri Kesehatan Tahun 2018” di Auditorium Siwabessy Gedung Sujudi, Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta, Senin (12/11). Acara ini merupakan bentuk apresiasi Kemenkes terhadap sosok individu dan tokoh yang telah berjasa dan berkontribusi dalam mendukung program-program pembangunan kesehatan.

Penghargaan yang diberikan terdiri atas Penghargaan Anugerah Menteri Kesehatan untuk sosok-sosok inspiratif yang berjuang dalam sunyi di tengah segala keterbatasan, berhasil menaklukkan aneka tantangan, berani melawan nasib, rela berkorban tanpa pamrih, dan berbuat untuk sesama di bidang kesehatan; Penghargaan tokoh yang berdedikasi di bidang Kesehatan; serta Penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala yang diberikan kepada keluarga Kementerian Kesehatan yang menjadi korban kecelakaaan Lion JT610.

Para penerima penghargaan kategori Penghargaan Anugerah Menteri Kesehatan 2018 adalah Abie Wiwoho Hantoro sebagai Inovator Sistem Biofilter Komunal dari Bekasi, Dudi Krisnadi sebagai Pendiri Kampung Konservasi Kelor dari Blora, Eros Rosita Bidan Desa di Kawasan Baduy dari Lebak, Saiful Rumain perawat di Pedalaman Maluku dari Seram Bagian Timur, dan Maria Magdalena Endang Sri Lestari Pendiri Rumah AIRA dari Semarang.

Dalam kesempatan ini juga diberikan Penghargaan Tokoh Berdedikasi Di Bidang Kesehatan Tahun 2018, mereka adalah Prof KH Nasaruddin Umar MA PhD (Imam Besar Masjid Istiqlal) yang berperan aktif dalam proses pemberian edukasi keagamaan dalam menyukseskan program imunisasi secara nasional, Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) FAAP (Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia) berperan aktif menggerakan organisasi profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam menyukseskan program imunisasi secara nasional, Prof Dr drg Tri Budi Wahyuni Rahardjo MS (Guru Besar Bidang Gerontology UI) dengan berperan aktif melakukan berbagai aktivitas di bidang penelitian dan organisasi kelanjutusiaan di Indonesia, dr Agus Suryanto SpPD-KP MARS MH (Direktur Utama RSUP Dr Kariadi Semarang) berperan aktif melakukan inovasi dan efisiensi dalam pengelolaan rumah sakit di era JKN, dan Nur Basuki ST MPH (Pranata Laboratorium Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan Yogyakarta) yang berhasil mematenkan dua produk di 2018, yaitu Kit Penjernih Air dan Pewarna Makanan/Minuman Alami.

“Diharapkan penghargaan ini dapat memotivasi rekan-rekan untuk terus bekerja dan berkarya. Sedangkan, untuk jajaran pemerintah atau stakeholders, saya sangat berharap agar karya atau inovasi mereka menjadi pemantik untuk membantu mereka dengan kebijakan-kebijakan ataupun dana-dana CSR dalam pengembangan program-program kesehatan, terutama untuk mereka yang telah mengabdi dengan biaya sendiri di tempat yang sulit dijangkau,” ungkap Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek.

Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Oscar Primadi menjelaskan proses pencarian dan penilaian terhadap sosok penerima penghargaan Anugerah Menteri Kesehatan diawali dengan kerja sama dengan Harian Kompas. Dari data yang diperoleh dari Litbang Kompas terdapat 36 sosok individu yang menjadi nominasi. Kemudian, tim internal Kementerian Kesehatan dengan beberapa kriteria atau indikator melakukan seleksi sehingga diperoleh 10 nominator terbaik.

“Tahap berikutnya dilakukan verifikasi lapangan oleh tim terhadap 10 nominator tersebut untuk mendapatkan validitas informasi serta testimoni dari penerima manfaat. Tahap terakhir yaitu penilaian oleh tim juri yang terdiri atas internal maupun eksternal Kementerian Kesehatan. Hasil dari penjurian telah menetapkan 5 sosok individu yang berhak mendapatkan penghargaan Anugerah Menteri Kesehatan,” papar Oscar.

Untuk Penerima Ksatria Bhakti Husada Arutala Tahun 2018 adalah Keluarga (Alm) dr Ibnu Fajariyadi Hantoro SpPD. “Pemberian apresiasi Penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala untuk keluarga Kemenkes yang menjadi korban kecelakaan Lion JT 610 sebagai bentuk belasungkawa dari Kemenkes kepada keluarga yang ditinggalkan dan turut mendoakan semoga almarhum diterima di sisi Sang Pencipta serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran,” kenang Nila.

Selalu terapkan pola hidup sehat

Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 tahun ini mengangkat tema “Aku Cinta Sehat” dengan subtema “Ayo Hidup Sehat, Mulai Dari Kita”. Tema tersebut sejalan dengan program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga, yaitu mengajak seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada dasarnya merupakan integrasi pelaksanaan program-program kesehatan baik Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) secara berkesinambungan dengan target/fokus kepada keluarga. Selain penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, pembangunan kesehatan juga perlu melibatkan lintas sektor melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Foto-foto: Iklan Kompas/ Achdiyati Sumi & dokumen Kementerian Kesehatan RI

“Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan program kesehatan tidak terlepas dari peran masyarakat dan lintas sektor terkait. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan mendorong terlaksananya Germas. Germas mengajak kerja sama lintas sektor dan lintas program dalam mewujudkan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, yang pada akhirnya dapat membentuk bangsa Indonesia yang kuat,” tegas Nila.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa perilaku makan buah dan sayur yang cukup, yakni 5 porsi per hari sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baru mencapai 5 persen. Sementara itu, perilaku aktivitas fisik juga masih perlu ditingkatkan karena masih 33,5 persen penduduk di atas 10 tahun yang aktivitas fisiknya kurang.

“Saya berharap bahwa Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Program lndonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dapat diimplementasikan lebih operasional dan konkret di tengah-tengah masyarakat,” tutup Menkes. [ACH]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 17 November 2018