Tidak setiap hari kita bisa berlari di tengah suasana perdesaan di kawasan salah satu keajaiban dunia. Keunikan ini berhasil menjadi magnet bagi para pelari. Para finisher pun tak hanya membawa pulang medali, tetapi juga rindu yang membekas di hati. Borobudur Marathon 2018 powered by Bank Jateng kali ini juga menyisakan inspirasi dan energi yang terus membara di hati setiap orang yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak.
Ini menjadi kali kedua bagi Teddy Wahyu (41) mengikuti ajang Borobudur Marathon. Sebelumnya mengikuti kategori 10K, kali ini, ia menjadi peserta half marathon. Pengalaman kedua dalam Borobudur Marathon makin memantapkan niatnya untuk ikut di kategori maraton, yang menjadi target selanjutnya di Borobudur Maraton tahun depan.
“Lari di Borobudur Marathon itu enggak berasa capek karena ada banyak banget cheering zone. Tapi tahun ini lebih variatif karena keterlibatan masyarakat lokal dan banyak menampilkan kesenian tradisional. Jadi, rasanya baru mau capek sedikit, enggak jadi karena terhibur pertunjukan-pertunjukan dan disemangati terus,” terang Teddy.
Hal ini pun diakui Gaby Josephine (41), peserta maraton yang sudah enam kali mengikuti ajang maraton. “Antusiasme warga lokalnya bagus banget. Dari anak-anak SD sampai embah-embah semua menyemangati jadi kita ikutan senang. Sementara itu, track-nya kan bikin lelah, ini paling sadis track-nya di Indonesia,” ujarnya.
Bahkan, ujar Teddy, ketika ada pelari yang kelelahan, warga tidak segan segera membawakan teko air dari dalam rumahnya dan menawarkannya. “Mereka menawarkan, ‘Minum dulu Mas’. Ini yang membuat (Borobudur Marathon) berbeda dari ajang-ajang lain. Bahkan, saat kita melewati jalan umum dan jalanan ditutup sehingga menyebabkan kemacetan panjang, tidak ada suara-suara klakson yang diarahkan ke kita. Pengendaranya malah mematikan mesin kendaraan, ke luar dari mobilnya, lalu menepuki dan menyemangati kita. Mereka sadar bahwa acara ini juga penting buat mereka. Menurut saya, sosialisasi panitia ke warga sekitar ini amat bagus.”
Keterlibatan warga lokal selama ajang Borobudur Marathon 2018 powered by Bank Jateng memang banyak menjadi sorotan dan diacungi jempol. Hal ini pun tak lepas dari esensi utama Borobudur Marathon, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkolaborasi dengan harian Kompas dan disponsori oleh Bank Jateng.
Borobudur Marathon berlandaskan pada tiga nilai utama, yakni tumbuh dalam keselarasan, keterlibatan budaya lokal, dan olahraga wisata. Nilai-nilai budaya lokal diangkat dalam berbagai rangkaian acara, lewat atraksi dan atribut khas Magelang yang dikemas dalam cheering zone, homestay, dan memfasilitasi pengembangan potensi wisata di kawasan Candi Borobudur dan Magelang.
Tumbuh bersama
Borobudur Marathon pun tumbuh bersama warga sekitar. Tahun ini, setidaknya ada 26 ribu supporter yang melibatkan 35 sekolah dan 19 desa. Sosialisasi kepada warga sekitar pun dilakukan secara terstruktur yang diawali dengan menggelar acara Tilik Ndeso di Balai Ekonomi Desa Candiredjo, Magelang, Jawa Tengah. Tujuannya untuk menggali potensi lokal untuk ditawarkan kepada pelari dan wisatawan sehingga Borobudur Marathon benar-benar bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Tim Tilik Ndeso menemukan berbagai atraksi wisata, kerajinan, dan kesenian yang bisa dikunjungi pelari dan wisatawan.
Lewat Tilik Ndeso itu, diketahui bahwa masyarakat sudah mulai paham dengan ajang Borobudur Marathon dan merasakan dampak langsung. Terutama pada masyarakat yang berada dalam radius 5–10 kilometer, dengan peningkatan pendapatan hingga 20 persen.
Sebagai catatan, sejak Borobudur Marathon 2017, jumlah homestay di kawasan Borobudur bertambah, para pemilik homestay juga meningkatkan kualitas pelayanan, dan menghadirkan berbagai pilihan untuk disesuaikan dengan kebutuhan tamu.
Dalam kegiatan Tilik Ndeso ini pula dilakukan sosialisasi lebih jauh terutama tentang cheering yang baik dan benar kepada para kepala desa dan kepala sekolah. Industri kreatif, pelaku pariwisata, seni, dan kreatif pun mendapat sesi tersendiri sehingga seluruh pihak terkait dapat terangkul.
“Acara yang hebat adalah acara yang dapat melibatkan masyarakat serta seni dan budaya sehingga dapat berdampak positif terhadap kehidupan dan ekonomi masyarakat. Hal ini yang menjadi alasan utama Bank Jateng ingin berkolaborasi dan terlibat dalam acara yang kental akan budaya seperti Borobudur Marathon” ujar Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno.
“Tumbuh dalam Keselarasan” (“Raising Harmony”) memang menjadi tema Borobudur Marathon 2018. Melalui semangat jumbuhing kaping lan daya—yang berarti semakin bertumbuh dibutuhkan tidak hanya sekadar niat, melainkan usaha maksimal—serangkaian kegiatan itu menjadi bagian dari perjalanan menuju puncak Borobudur Marathon 2018.
Melengkapi perjalanan menuju hari puncak, digelar pula sosialisasi tentang pentingnya latihan sebelum mengikuti lomba maraton dan half marathon, mengetahui mengapa di ajang ini peserta maraton terbatas, pentingnya aturan cut off point dan cut off time, dan alasan peserta tidak boleh mengganti data. Sosialisasi ini dilakukan di enam kota, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, serta Malang dengan melibatkan komunitas lari di daerah setempat.
Borobudur Marathon 2018 boleh saja telah berakhir pada 18 November 2018. Namun, cerita dan pengalaman yang terukir selama race day masih membekas dalam benak para peserta. Tidak sedikit yang terinspirasi dan makin bersemangat berlari saat melihat peserta lain yang telah menapak usia senja tetap tekun memacu derap kaki di jalur maraton. Ada pula yang terenyuh saat melihat pasangan oma-opa berlari bersisian sebagai peserta maraton. Dan ikut senang dapat membantu peserta virgin marathon (pertama kali mengikuti ajang maraton) mengukir senyum bahagia kala melewati garis finis.
“Walau tidak kenal, kita saling bantu kalau ada peserta lain yang mengalami injury atau kelelahan di tengah jalan. Saya bantu dua orang yang virgin marathon dan mereka terlihat senang sekali akhirnya bisa finis. Dengan pengetahuan soal mengatasi injury dan pengalaman, kita bisa bantu orang lain,” pungkas Gaby.
Tekad kuat, persiapan latihan yang benar, dan semangat tinggi. Borobudur Marathon 2019 pun telah dinanti. [ADT]
foto dok Kompas.