Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Empowering Woman in Digital Era”. Webinar yang digelar pada Kamis, 22 Juli 2021 di Kabupaten Lebak, ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Mathelda Christy Natalia T (Kaizen Room), Santi Indra Astuti SSos MSi (Dosen Ilmu Komunikasi UIB), Novi Widyaningrum SIP MA (Researcher Center for Population and Policy Studies UGM), dan Dr Putu Eka Trisna Dewi SH MH (Dosen Universitas Ngurah Rai).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Mathelda Christy membuka webinar dengan mengatakan, dalam melakukan aktivitas di dunia digital diperlukan kecakapan digital (digital skills).
“Digital skills merupakan kemampuan kita dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat digital, aplikasi komunikasi, dan jejaring untuk mengakses dan mengelola informasi,” ujarnya.
Selain itu, digital skills juga memungkinkan kita untuk membuat dan berbagi konten digital, lalu berkomunikasi dan berkolaborasi, melakukan pembelajaran, pekerjaan, problem solving, dan lain sebagainya.
Setidaknya ada empat Indikator dalam area digital skills, yakni pengetahuan tentang lanskap digital, pengetahuan tentang mesin pencarian informasi, pengetahuan tentang aplikasi percakapan di media sosial, dan pengetahuan aplikasi dompet digital.
Saat ini, konten yang sifatnya menghibur menjadi favorit, yang mengangkat suatu masalah/kejadian yang bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari publik. “Dalam hal ini perlu juga diingat bahwa pembuatan konten-konten yang menghibur ini tetap harus memiliki batasannya, misalnya tidak ada unsur-unsur yang dimaksud untuk merugikan orang lain dan juga tidak ada unsur perundungan,” jelas Mathelda.
Novi Widyaningrum menjelaskan, komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan batas-batas budaya. Setiap batas geografis dan budaya, juga memiliki batasan etika yang berbeda.
“Untuk itulah diperlukan etika, sebagai pedoman perilaku yang sifatnya mutlak. Sedangkan etika internet (etiket) adalah pedoman tingkah laku ketika berinteraksi dengan orang lain yang sifatnya relatif,” katanya.
Lalu, di dalam dunia digital dikenal dengan hak digital yang merupakan hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.
Hak digital terdiri atas hak untuk mengakses, hak untuk berekpresi, hak untuk merasa nyaman. “Menjadi perempuan digital yang baik perlu berpikir kritis, meminimalisasi unfollow, unfriend, dan block untuk menghindari echo chamber dan filter bubble serta gotong-royong kolaborasi kampanye literasi digital,” ucapnya.
Santi Indra Astuti menambahkan, tantangan bermedia digital saat ini adalah menjadikan sarana ini berbudaya dan bermartabat. Sebab, dampak negatif dari media digital mengakibatkan beberapa hal seperti menipisnya kesopanan dan kesantunan, dan menghilangnya budaya Indonesia.
“Selain itu, media digital menjadi panggung budaya asing, dan meninmbulkan kebebasan berekspresi yang kebablasan, berkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan, sampai dengan menghilangnya batas-batas privasi,” katanya.
Untuk itu, Santi mengatakan perlunya pemahaman nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital. “Perempuan yang bijak bermedia digital akan menciptakan ruang digital yang berbudaya dan bermartabat.”
Sebagai pembicara terakhir, Putu Eka Trisna Dewi memaparkan, saat ini perempuan sering berbelanja di e-commerce yang merupakan kegiatan bisnis menyangkut konsumen, manufaktur, pedagang perantara, dengan menggunakan internet.
E-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan hak.
“Transaksi komersial ini terdapat di dalam media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak. Bisnis online adalah menjual atau promosi yang dilakukan dengan cara online atau menggunakan internet dengan saling berkomukasi,” ujarnya.
Putu menambahkan, kelebihan bisnis online yakni mudah dilakukan, jangkauan lebih luas, proses lebih cepat, membuka lapangan pekerjaan, dan efisien.
Dalam sesi KOL, Tyra Lundy mengatakan betapa pentingnya saat ini bagi kita menguasai literasi digital. Terutama kaum perempuan yang nantinya berperan banyak dalam hal mengajarkan sesuatunya kepada anak di rumah.
“Saat ini sering kita temukan kasus di mana sesama perempuan bukannya saling support tetapi malah saling menjatuhkan sesama lainnya. Perlu kita terapkan istilah woman support woman dengan lebih baik lagi. Salah satunya yaitu dengan mengikuti program literasi digital ini,” jelas Tyra.
Salah satu peserta bernama Dieska Indah Sari menanyakan, bagaimana cara kita melindungi diri dari bullying?
“Kita harus menyadari persona apa yang ingin kita publish di sosial media, sikap kita, dan perilaku juga. Untuk yang mem-bullying, bisa kita hindari dengan cara langsung block atau report akunnya. Kalau itu keluarga terdekat bisa beri penjelasan yang baik, tentang buruknya dampak bullying,” jawab Novita.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]