Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh di Saat Pandemi Covid-19”. Webinar yang digelar pada Senin (16/8/2021) di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si – Dosen Fisipol UGM, IAPA, Erwan Widyarto – Mekar Pribadi, Penulis & Jurnalis, Dr. Rusdiyanta, S.I.P., S.E., M.Si – Dekan FISIP Universitas Budi Luhur dan Mia Angeline – Deputy Head of Communication Department, Bina Nusantara University, Jakarta.

Belajar daring

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Dr. Bevaola Kusumasari membuka webinar dengan mengatakan, saat ini untuk pembelajaran banyak anak-anak yang gampang bosen dan kurang paham dengan adanya pembelajaran secara online.

“Masalahnya ada di kita karena kita harus beradaptasi lagi dengan adanya ruang digital. Tidak hanya terus menerus belajar tetapi dengan adanya sekolah daring menjadi saat yang tepat untuk mengenal hal baru, memahami hal yang baru, belajar juga dapat mengingat sesuatu,” tuturnya.

Ia menambahkan, cara belajar yang paling gampang nyantol di otak, adalah dengan cara proses mengulang, jadi kita bisa melakukan dengar-tulis-lalu cerita, agar cara belajar kita lebih gampang, proses pengulangan bermanfaat untuk memperkuat memori belajar.

Belajar tidaklah terbatas pada membaca buku pelajaran, akan tetapi belajar bisa dari apapun dan di mana pun. Tak kalah penting, perasaan anak ikut memengaruhi proses belajar. Jika anak senang, maka panca indranya akan bekerja lebih baik dan konsentrasi lebih lama.

Sebaliknya, jika anak dalam kondisi lelah, mengantuk, serta lapar, panca indranya tidak mampu bekerja dengan baik, sehinggga konsentrasinya tergantung yang berakibat anak tidak mampu mengingat apa yang dipelajari.

Jika suasana belajar menyenangkan, anak akan belajar lebih baik dan mudah diarahkan. Setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing, orang tua diharapkan mengenal dan memahami gaya belajar anak, sehingga memudahkan dalam mendampinginya belajar.

“Gaya belajar yang baik untuk anak agar lebih semangat yakni secara visual, karena anak cenderung lebih suka dan mudah menerima informasi dengan cara melihat. Lalu auditori, dan kinestetik. Tak lupa untuk membuat jadwal kegiatan, komunikasi positif dan ingatkan waktu,” jelasnya.

Aman berinternet

Dr. Rusdiyanta menambahkan, perkembangan teknologi bukan sekadar perubahan, namun revolusioner. Kemajuan teknologi tetap harus berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang diperintahkan oleh Tuhan YME, dengan sentuhan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi para penggunanya.

Saat ini, terapat dua wajah teknologi digital yakni dystopia, kondisi kehidupan masyarakat yang tidak diinginkan bahkan sangat menakutkan (penipuan, pornografi, perundungan, hoaks. Berikutnya, utopia, atau kondisi ideal yang diinginkan/dicita-citakan (pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan hal-hal yang positif).

“Internet membuka akses ke konten yang lebih luas untuk pengajaran, bukan hanya buku namun sumber lain. Tips-tips anak lebih aman saat berinternet yakni berkomunikasi dengan terbuka, gunakan fitur perlindungan teknologi, temani anak saat mengakses internet, ajarkan anak untuk tetap berperilaku baik di dunia maya,” katanya.

Erwan Widyarto turut menjelaskan, digital culture atau budaya digital adalah sebuah konsep yang menggambarkan gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi sebagai manusia.

Saat ini dengan adanya ruang digital hampir semua aktivitas dilakukan secara daring, contohnya silaturahmi virtual, konser streaming, pelatihan webinar, belanja online, ngaji online, pemilu e-voting, sekolah e-learning.

Dari adanya pembelajaran secara daring maka pastinya ada beberapa perbedaan yang terjadi dan ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya yakni kreativitas tanpa batas dalam pembelajaran. Muncul kolaborasi guru dan orangtua. Melek teknologi informasi.

“Sisi negatifnya jika sekolah dari rumah/daring yakni tidak ada pembelajaran di kelas. Pembelajaran lebih berat. Meningkatnya risiko penyalahgunaan internet oleh anak. Banyak yang belum siap,” ungkapnya.

Serangan digital

Sebagai pembicara terakhir, Mia Angeline mengatakan, pada saat ini tantangan Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ) antara lain kurang interaktif, sulit berinteraksi dengan teman, banyak distraksi, kurangnya keahlian digital.

Selain itu, dalam bermedia digital juga pasti tidak luput dari adanya kejahatan ataupun hal negatif. Tipe serangan digital tersebut adalah, rekayasa sosial, malware, sniffing.

Untuk menghidari serangan digital, beberapa tipsnya antara lain, lindungi perangkat dan lindungi Identitas diri serta hati-hati dengan jejak digital. “Dengan adanya ruang digital sebagai proses pembelajaran jarak jauh, mengenai keamanan dan kenyamanan bermedia digital haruslah seimbang.

Dalam sesi KOL, Shafa Lubis mengatakan, tiap individu mempunyai tingkat stres berbeda-beda. “Maka dari itu kita harus memotivasi untuk diri sendiri, ketika kita membuka internet kita harus tahu visi kita apa, jadi bisa lebih banyak lagi sesuai yang kita inginkan dan cocok untuk kita,” katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sonya menanyakan, seberapa efektifkah pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 ini?

“Tentu efektif, dari pada tidak belajar sama sekali, dan belajar harus daring, sekarang tinggal bagaimana kitanya bisa memanfaat sebaik mungkin yang terjadi sekarang, dan terus menikmati keadaan sekarang daripada tidak sama sekali,” jawab Bevaola.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.