Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Melindungi Anak dari Cyberbullying di Dunia Maya”. Webinar yang digelar pada Jumat, 23 Juli 2021 di Kota Cilegon, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Zainuddin Muda Z Monggilo (Dosen Ilmu Komunikasi UGM), Oetari Noor Permadi (Mekar Pribadi, praktisi pendidikan dan budaya), Novi Widyaningrum SIP MA (Periset Center for Population and Policy Studied UGM), dan Fransiska Desiana Setyaningsih MSi (Dosen Unika Widya Mandira Kupang).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Zainuddin Muda membuka webinar dengan mengatakan, pentingnya cakap bermedia digital.
“Sebab, kita tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunanya untuk sebesar-besar manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,” katanya.
Dalam bermedia digital, netizen harus waspada terhadap ancaman perundungan atau bullying. “Walaupun kadang dikatakan cuma bercanda, kok, jangan dianggap serius, kerap dijadikan alasan untuk membenarkan perundungan, dan bullying tidak saja merusak secara fisik, tetapi juga psikis,” ungkapnya.
Menurut Zainuddin, kita harus mengetahui macam-macam bentuk bullying, di antaranya secara sosial, cyberbullying, bullying secara fisik, dan bullying secara verbal. Perundungan anak di Indonesia berada di tingkat ke-5 pada 2018.
“Perundungan anak di Indonesia jika luka fisik bisa dicari obatnya. Namun luka batin sangat tidak mudah dicari obatnya dan bahkan tidak kelihatan. Selain adanya perundungan, di negara kita juga marak terjadi ancaman hoaks, ancaman ujaran kebencian,” jelasnya.
Novi Widyaningrum memaparkan, kita harus memiliki etika yang baik karena komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan batas-batas budaya.
“Kita juga dapat mengontrol anak saat anak bermain internet ataupun gadget, dengan mengontrol batas kapan anak Anda dapat menggunakan ponsel dan berapa lama setiap harinya. Bisa juga dengan persiapkan pusat pengisian baterai di satu lokasi terpusat di rumah Anda,” kata Novi.
Selain itu, orangtua hendaknya memilih konten streaming untuk anak dengan memastikan anak hanya memiliki akses ke konten yang sesuai dengan usianya. Selain itu, cari konten berisi edukasi yang menarik.
Oetari Noor Permadi menambahkan, perundungan biasanya memakai teknologi digital melalui media sosial, chatting, gim, dan ponsel. Dampak buruk daring adanya cyberbullying akan memengaruhi seseorang dalam banyak cara, akan mengenai fisik, emosional, mental.
“Ketika kita terkena perundungan yang harus dilakukan adalah tetap tenang, abaikan, kumpulkan dan simpan bukti-bukti, ceritakan ke orangtua atau keluarga/teman dekat. Laporkan via telepon pelayanan sosial anak, serta blokir akun pelaku,” katanya.
Fransiska Desiana Setyaningsih turut memaparkan, menurut penelitian, dari 193 remaja usia 12-15 tahun telah mengalami bullying secara online, dan tidak berani melaporkan yang dialaminya.
“Bullying atau perundungan merupakan perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan oleh individu atau kelompok, baik secara verbal, fisik, maupun sosial yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, kita harus memberikan pemahaman tentang dunia digital dengan memberitahu bahwa dunia digital sama dengan dunia nyata, lalu punya aturan saat berinteraksi. Dampak buruk cyberbullying, yaitu depresi, mengganggu kesehatan fisik dan mental, hilangnya kepercayaan diri, dapat memicu keinginan untuk bunuh diri.
Dalam sesi KOL, Neshia Sylvia mengatakan bully pada dasarnya adalah efek jahat dari internet, pengguna internet lebih rentan terkena bully, maka bisa dihindari saja hal-hal yang negatif. Cyberbullying sangat berbahaya karena bisa meninggalkan jejak-jejak digital dan bisa direkam oleh internet.
“Peran orangtua sangat diperlukan agar anak-anak dapat terhindar dari cyberbullying. Kita juga bisa memberi tahu sejak dini bahwasannya hal tersebut adalah jahat sehingga di kemudian hari tidak menjadi pelaku bullying,” jelasnya.
Salah satu peserta bernama Roland menanyakan, bagaimana langkah tepat bagi orangtua yang tidak terlalu mahir teknologi untuk mendidik anak agar ia tidak menjadi pelaku cyberbullying?
“Kita memperlakukan dunia maya harusnya sama dengan apa yang dilakukan di dunia nyata. Mau tidak mau orangtua harus meng-upgrade kemampuannya untuk mendisiplinkan dan mengajari anak-anak. Karena harusnya orang tua dapat mendampingi terus anak-anaknya,” jawab Novi.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]