Modus penipuan yang tren di berbagai industri digital dari tahun 2018 sampai sekarang yaitu adanya penipuan mengatasnamakan perusahaan ternama, di mana penipu meminta kode OTP baik via telepon atau SMS, lalu penipu meminta kirim sejumlah uang ke akun uang elektronik korban atau akun bank. Terkait hal itu bahwa masih sering terjadi kepada masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak yang belum bisa mengenali ciri-ciri penipuan online. Beberapa di antaranya adalah menawarkan harga barang jauh lebih murah, akun media sosial atau marketplace yang baru dibuat, tolak bayar di tempat (COD), toko tak mau didatangi, tolak kirim foto atau video dan nama calon pembeli atau penjual, informasi produk sangat minim, kalau tertipu alasan barang tertahan di bea cukai. Adapun yang masih belum bisa memahami pentingnya menjaga data pribadi di internet, yang bisa berakibat memudahkan kejahatan seperti beli data, ambil alih akun, meretas akun layanan, intimidasi/cyberbullying, pendaftaran akun pinjaman online, dan lain sebagainya.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Selasa, 19 Oktober 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Seno Adi Nugroho (Co-Founder Rempah Karsa), Septa Dinata, AS, MSi (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Wulan Furrie, MIKom (Praktisi & Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial), dan Ken Fahriza (Data Analyst) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Wulan Furrie, MIKom menyampaikan informasi penting bahwa cara menghindari penipuan online yaitu waspadai orang yang menghubungi dari luar daftar kontak, ketahui dengan siapa Anda berurusan, jangan buka email atau jendela pop-up yang mencurigakan, berhati-hati ketika berbelanja online, amankan data personal, serta pilih kata sandi yang seksama (sulit ditebak). Cara meminimalisir kejahatan virtual yaitu dengan melindungi komputer, melindungi identitas, amankan e-mail, melindungi account, dan selalu cari informasi agar selalu up-to-date dengan perkembangan, karena beberapa penipuan online sangat terorganisir dan meyakinkan, serta orang di baliknya sulit ditangkap. Tetap update informasi tentang strategi penipuan terbaru. Jangan lupa kontrol emosi dan jaga etika di media sosial, perhatikan keamanan digital, dan hindari transaksi hanya demi gengsi.

Ken Fahriza selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dengan adanya literasi digital, ia berharap masyarakat akan semakin cakap digital. Terkait itu, maka ia tidak pernah share data pribadi di media sosial, dan secara berkala mengganti password akun sosial media; satu password jangan untuk beberapa akun. Kita harus lebih teliti dalam berselancar di internet, misalnya jangan sampai terjebak website yang mirip dengan website aslinya; bisa dilihat dari domainnya. Kita harus lebih paham dengan domain, harus lebih teliti dalam berselancar di digital dan jangan cepat tergiur.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Riski Giovani menyampaikan pertanyaan “Bagaimana membuat generasi muda agar lebih mengerti aturan dalam bermedia digital sehingga tidak seenaknya melakukan plagiarisme, menghargai perbedaan, dan selalu sopan bernetiket karena keadaban digital sangat penting? Juga agar selalu menjadi warga digital yang lebih mempunyai empati.”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Septa Dinata, AS, MSi, bahwa “Perlu sejak dini sebagai orang tua mengajarkan kepada anak bahwa harus ada balance; ada waktu yang dihabiskan di media digital dan dunia real. Maka usahakan untuk membangun percakapan di rumah, jangan menghabiskan waktu sendiri berjam-jam bermain gadget. Ajak berbincang dan menanyakan kesulitan yang sedang dihadapi dan tanya ketertarikan apa yang sedang dia cari. Terlebih lagi di era pandemi yang memang tuntutannya banyak di rumah; saatnya utamakan membangun koneksi dengan anak-anak.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.