Kehadiran teknologi diperuntukkan untuk memudahkan kita menjalankan keseharian. Namun, tidak bisa dimungkiri muncul tantangan baru berupa hal-hal negatif seperti penyebaran hoaks, perundungan siber, dan aksi penipuan online lainnya.
Dalam suatu riset mengenai 10 keahlian yang akan diminati dan dicari-cari pada 2025, antara lain keahlian berpikir secara analitik dan berinovasi, belajar strategi secara aktif, memecahkan masalah secara kompleks, berpikir dan menganalisis secara kritis, kreativitas dan orginalitas, jiwa kepemimpinan dan pengaruh sosial, penggunaan dan pengawasan teknologi, design teknologi dan pengkodean, berpikir fleksibel dan lebih toleran, serta memecahkan masalah dan idea atas berbagai macam sudut pandang. Semua keahlian tersebut dapat dipertajam dengan penggunaan media digital secara tepat.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Cakap Ber-Media Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 26 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Daniel John Mandagie (Kaizen Room), Rusman Nurjaman (Peneliti dan Penulis), Denik Iswardani Witarti (Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur), Dewi Rahmawati (Product Manager Localin), dan Billy Wardana (Top 3 Mamamia Indosiar) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Rusman Nurjaman menyampaikan bahwa dalam beretika digital didasari prinsip kesadaran dengan memiliki tujuan di ruang digital, memiliki integritas dalam menyampaikan kejujuran dan menghargai hak cipta, dilakukan berlandaskan kebajikan akan menjunjung kemanusian dan mengandung unsur kebaikan, dan memiliki tanggung jawab atas segala aktivitas digital dan konsekuensinya.
Memahami etika digital dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan kehadiran kemajuan teknologi untuk diri kita sendiri secara positif, terutama ketika adanya interaksi dengan berbagai macam pengguna dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk menghindari benturan-benturan yang mungkin terjadi. Dalam konteks transaksi (bisnis), etika diperlukan untuk menyemai kesadaran bertransaksi secara etis (fair, menghargai hak konsumen, saling menguntungkan, dan lain sebagainya).
“Untuk menerapkan prinsip-prinsip etika baiknya untuk tidak membagikan konten yang mencurigakan, dengan menyaring tiap informasi yang diterima maupun dibuat sebelum disebarluaskan. Untuk bijak bermedia digital kita harus selektif dalam mengenal individu dari internet, paham sosial media bukan ruang pameran sehingga kurang mengumbar kehidupan pribadi hingga menyebarkan informasi atau data sensitif, cantumkan sumber kalau ada, tampilkan karya positif, bagikan pandangan politik secara bijak dan santun, dan berinteraksi dengan tidak hanya pasif saja,” terangnya.
Billy Wardana selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa secara pribadi ia menggunakan media sosial untuk personal branding untuk diri sendiri dan produk yang ditawarkan, terutama karena kini terbatasnya kesempatan temu sapa kepada orang lain. Di luar personal branding pun ia suka berbagi mengenai kesibukan sehari-hari.
Literasi digital sangat penting untuk membuat kita terus belajar, maupun sebagai KOL dan moderator. Kita mengetahui hal-hal baru yang bermanfaat. Walaupun zaman sudah maju, dengan lekatnya sosial media dan internet untuk kehidupan sehari hari, diharapkan jangan hanya meng-upgrade perangkat kita tapi upgrade diri sendiri juga dalam menerima berbagai informasi, terutama sebelum ingin dibagikan lagi. Harus dipahami semua yang dilakukan di internet adalah permanen, sehingga jangan sampai apa yang kita bagikan dapat merugikan diri sendiri di ke depannya.
Salah satu peserta bernama Sri Rejeki menyampaikan, “Salah satu pekerjaan yang sedang tren yaitu content creator yang bisa bekerja di mana saja termasuk di rumah. Apakah ada tips supaya kita tidak meremehkan pekerjaan meskipun bekerja di rumah, dan apa pesan untuk mereka yang baru mulai jadi content creator dan tips apa buat pemula agar konsisten dalam membuat konten?”
Daniel John Mandagie menjawab, intinya segala sesuatu pekerjaan bisa dilakukan dari rumah, walaupun memang masih banyak yang menganggap bekerja dari rumah tidak berarti kita tidak produktif dan malas. Sehingga kita harus bantu menyebarkan untuk ikut webinar literasi digital untuk teredukasi bahwa mungkin untuk bekerja dari rumah.
“Untuk menjadi content creator harus dimulai dengan menjadi content creator yang seperti apa, target audiensnya, dengan melakukan riset terhadap content creator lainnya. Hal terpenting adalah adanya kolaborasi dari berbagai content creator, dimulai dengan ikut serta dalam komunitas yang seminat, untuk menciptakan karya-karya yang sebaik mungkin,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]