Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Siapkan Talenta Digital Menuju Indonesia 5.0”. Webinar yang digelar pada Jumat, 26 November 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Aidil Wicaksono (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma, Founder dan CEO Kaizen Room), Reza Praditya Yudha (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma), Kiayati Yusriyah (Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma), dan Edy Prihantoro (Ketua Program S2 Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma).

Aidil Wicaksono membuka webinar dengan mengatakan, soft skill yang kita miliki bisa kita gali lebih dalam dan bisa kita gunakan. “Kuncinya adalah connected saling terhubung bisa terhubung dimanapun di sisi manapun tanpa kita bertemu,” tuturnya.

Reza Praditya mengatakan, semua sudah terintegrasi mau kita dimana itu semua sudah terkoneksi dengan internet. “Etika itu berbicara baik dan buruk yang harus kita konsepkan jadi bukan hanya infrastruktur saja media internet komputer tapi kita butuh orang orang untuk membuat nyaman semuanya,” tuturnya.

Etika digital meliputi mengendalikan dan melindungi identitas pribadi, memahami kebermanfaatan unggahan, mengendalikan waktu dalam menggunakan media digital, mencari, memilih, memverifikasi informasi.

Kiayati Yusriyah turut menjelaskan, hambatan dalam transformasi digital itu yang paling besar adalah tantangan budaya, tantangan perilaku. Nilai utama ruang digital yakni kreativitas untuk menjelajahi berbagai sudut pandang dan potensi media digital.

“Lalu kolaborasi di media digital untuk mengasah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi. Berpikir kritis dalam bermedia dan memanfaatkan media digital untuk kegiatan positif,” jelasnya.

Digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. Kita dituntut untuk menghargai segala perbedaan.

Kita juga dituntut memprioritaskan upaya menjaga konten budaya yang diproduksi. Dalam proses produksi konten, jangan lupa ada pihak lain, atau orang lain dalam konteks budaya yang berbeda, yang mungkin tidak nyaman ketika kegiatan ritual budaya maupun ibadah kepercayaan/keagamaannya diekspos.

Sebagai pembicara terakhir, Edy Prihantoro mengatakan, internet merubah masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, pandemi mendorong perubahan lebih cepat, transformasi digital menjadi pilihan.

“Kita bebas menggunakan media untuk belajar, berkomunikasi, mencari teman. Tapi ada pertanggungjawaban pada setiap konten yang kita upload kolom komentar. Menjadi masyarakat virtual, maka kita juga harus mengikuti aturan yang ada di dunia virtual. Kenali gadget kita dengan baik, pahami seluruh fitur-fitur yang ada,” pesannya.

Dalam sesi KOL, Veronika Dina mengatakan, kalau dulu mau cari apapun susah kalau sekarang apapun akan lebih mudah, kondisi Indonesia di 5.0 semakin kesini semakin pesat, pemerintah juga mempersiapkan infrastruktur seperti jaringan.

“Jadi infrastrukturnya juga sudah disiapkan dan kita juga harus punya dari segi sisi skill, digital ethic budaya dan keamanan. Dari kita memiliki itu semua kita sudah lebih siap lagi menuju 5.0, kedepannya semuanya sudah berkolaborasi dengan manusia, kita juga harus beradaptasi dengan teknologi,” jelasnya.

Salah satu peserta bernama Francesco Andrew menanyakan, apakah benar di tempat umum kadang-kadang ada jaringan yang dapat mencuri dan mengakses informasi pribadi yang di kirim melalui Internet?

“Memang terkait sekuriti kita beberapa tempat penyedia layanan tidak membuat sistem keamanan yang bagus. Kalau tempat umum besar saya rasa sudah punya fisik keamanan yang cukup. Tapi mungkin beberapa spot yang mungkin kaya kafe dikhawatirkan,” jawab Edy.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]