Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang menjangkau sebanyak 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia masih terus dilakukan, termasuk juga menyasar kalangan akademik. Terkait hal itu, pada Selasa (8/6/2021) digelar webinar dengan tema “Peran Komunitas Akademik dalam Pendidikan di Era Digital”.

Webinar diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten. Webinar mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Ade Irma Sukmawati MA (Japelidi), Gilang Jiwana Adikara SIKom MA (Japelidi), Teguh Santosa (CEO RMOL Network), dan Zulfan Arif (penerjemah dan content writer).

Kurangnya pengetahuan

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ade Irma Sukmawati MA mengangkat topik “Optimalisasi Akademik dalam Peta Literasi”.

Dalam pemaparannya, Ade mengungkapkan, “Permasalahan mengenai cakap digital yang sering dipertemukan dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fitur aplikasi digital yang tersedia.”

Oleh karena itu, menjadi penting untuk lebih mendalami digital skills guna mempermudah mengakses media digital untuk membantu mempermudah kehidupan sehari-hari.

Membahas digital safety, Gilang Jiwana Adikara SIKom MA memaparkan, saat ini jumlah pengguna media sosial, terutama di Indonesia, semakin melonjak.

“Dalam hal ini, tingkat keamanan dalam bermedia digital pun terpengaruhi, terutama bagi pengguna media digital yang kurang memahami skill dunia digital. Permasalahan yang acap kali ditemukan yaitu penipuan di bidang keuangan, juga terkait jejak digital kita yang ada di internet.”

Ia menegaskan kembali mengenai pentingnya kompeten dalam bermedia digital secara aman. “Golongan yang rentan mengalami hal demikian adalah anak dibawah umur ataupun orang yang belum mengetahui banyak mengenai media digital dengan baik,” ujarnya.

Gangguan

Teguh Santosa melanjutkan webinar dengan membahas digital culture. Ia menjelaskan bahwa dalam komunikasi, terdapat tiga jenis gangguan, yaitu semantic noise (terkait grammar atau hal-hal teknis yang membuat kita kurang/tidak bisa memahami), physical noise (menjauhkan kita dari menerima suatu informasi), serta psychological noise (terkait praduga yang ada dalam pikiran setiap orang dan mencegahnya dalam memperhatikan pesan yang ingin disampaikan).

“Dilema yang ditemukan dalam new era pada saat ini di antaranya yaitu ketergantungan berlebihan atas media yang ada,” ujar Teguh.

Ia juga menjelaskan, akan muncul dampak setelah adanya guncangan yang diakibatkan digital culture (impact after the shock because of digital culture), yaitu (1) limitasi dalam manajemen berita, (2) desentralisasi, lokalisasi, dan diversifikasi, (3) populisme, (4) hyper-competition, dan (5) diversifikasi sentrifugal, yaitu pergeseran dari penargetan secara universal menjadi penargetan yang terfragmentasi.

Belum siap

Zulfan Arif membahas topik tantangan dan peluang komunitas akademik dalam era digital. Menurut Zulfan, permasalahan yang kerap ditemukan adalah belum siapnya komunitas akademik dalam menyeimbangkan antara teknologi yang ada saat ini dengan etika budaya masyarakat.

“Salah satu alasannya adalah perkembangan komunikasi digital memiliki karakter komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan batas-batas budaya sehingga nantinya dapat menciptakan standar baru di dunia etika,” jelasnya.

Walau begitu, Zulfan menambahkan, “Komunitas akademik berperan penting dalam pendidikan etika digital karena ruang akademik ialah ruang yang paling dekat dengan siswa/mahasiswa dan bisa menjadi ruang adaptasi agar tidak gagap menyikapi pendidikan etika digital, serta menyediakan kurikulum pembelajaran yang komprehensif dan berakar dengan nilai-nilai kebangsaan dan ekosistem yang terbuka.”

Saat sesi tanya-jawab, para peserta pun terlihat antusias mendalami pembahasan dengan melalui pertanyaan yang dilontarkan. Beberapa di antaranya menanyakan mengenai best practice menggiatkan literasi digital yang etis, santun, dan bijak kepada peserta didik di tengah maraknya perkembangan internet menuju 5G, juga cara agar pembelajaran jarak jauh tetap efektif dilakukan dan materi tetap tersampaikan kepada anak-anak.

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.” Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021 dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.