Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Bersama Kita Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak”. Webinar yang digelar pada Jumat (15/10/2021) di Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ismita Saputri – CEO Kaizen Room, Dr. Susanto, S.H., M.M., M.H. – Praktisi Hukum dan Dosen Magister Hukum Universitas Pamulang, Feb Amni Hayati, S.Pi., M.M – Divisi Rujukan PUSPAGA CERIA dan Aina Masrurin – Media Planner Ceritasantri.id.
Safe search
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ismita Saputri membuka webinar dengan mengatakan, digital skills itu kemampuan kita untuk mengoptimalkan penggunaan media digital.
“Dalam hal ini, digital skills punya peran penting, tidak cuma kemampuan untuk mengoperasikan hardware dan software teknologi digital, tapi juga kemampuan untuk mengetahui bagaimana cara praktikal agar diri kita dan anak kita terlindung dari bahaya pornografi,” tuturnya.
Mencegahnya, kita dapat melakukan penyetelan filter khusus anak-anak pada mesin pencarian informasi, misalnya dengan mengaktifkan fitur safe search langsung pada aplikasi mesin pencarinya atau dengan menyetel Google Safe Search Kids sebagai home screen.
Pengaktifan fitur safe search memungkinkan kita sebagai orang tua untuk memfilter konten eksplisit dari hasil penelusuran Google seperti memblokir konten-konten pornografi supaya tidak dapat diakses oleh anak.
Dr. Susanto menambahkan, kemajuan teknologi (Internet) sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia begitu juga sangat berpengaruh pada kehidupan perempuan dan anak. Tujuan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak yakni untuk menunjang kemajuan dan kekuatan negara.
“Serta menciptakan keluarga yang harmonis dan kuat. Meminimalisir tindakan kekerasan perempuan dan anak. Keluarga harmonis itu tercapainya kesejahteraan keluarga dan terciptanya generasi yang kuat,” katanya.
Literasi digital
Feb Amni Hayati menjelaskan, perkembangan teknologi digital sangat pesat, memiliki dampak positif dan negatif. Pada abad ke-21 merupakan abad digital (digital massive), sehingga menghindari teknologi digital tidaklah mungkin.
“Negara, dunia usaha, media massa, masyarakat dan keluarga wajib melindungi anak-anaknya dari berbagai pengaruh negatif dari lingkungan, termasuk digital,” tuturnya.
Bijak menggunakan digital dengan mengerti bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk mengakses, berekspresi, dan merasa nyaman dalam era digital.
Menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, kesehatan dan moral publik dengan tidak membuat/mengunggah/ikut menyebarkan berita hoaks, yang menimbulkan perpecahan, mengandung SARA, kebencian, mengandung kekerasan dan pornografi.
“Kekerasan berbasis online seperti cyber bullying yang merupakan fenomena gunung es, banyak jumlahnya dengan keragaman bentuk. Namun, tidak semua kasus cyber bully dilaporkan. Kasus seperti ini seringkali dianggap angin lalu, padahal dampak pada korban bisa sangat beragaram. Anak harus mendapatkan literasi digital,” paparnya.
Sebagai pembicara terakhir, Aina Masrurin mengatakan, cyber stalking adalah menguntit yang menggunakan internet, email, atau pesan online. Menguntit melibatkan insiden berulang-ulang, bisa tidak berbahaya, tapi juga bisa melibatkan tindakan-tindakan yang membahayakan.
“Contohnya seperti mengirim email atau pesan online yang menyinggung atau mengancam. Mengunggah komentar menyinggung tentang orang lain di internet. Membagikan foto atau video intim orang lain ke internet,” katanya.
Dalam sesi KOL, Reni Risty mengatakan, memang sudah tidak bisa dimungkiri bahwa media sosial itu sudah milik kita semua. “Kalau aku melihat dai sudut pandang sebagai orang tua sudah sangat patut banget kita tetap harus ada yang namanya pengawasan. Kita sebagai orang tua harus mengetahui aplikasi apa saja sih yang harus kita punya, kita juga harus mendampingi anak-anak jika sedang bermain atau berselanjar di dunia digital,” pesannya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sabrina Lela menanyakan, bagaimana cara nya menumbuhkan rasa untuk semua wanita bahwa sesama wanita harus saling menjaga dan membantu?
“Mencoba bayangkan atau posisikan kita jika korban dari pelecehan seksual adalah anak perempuan, saudara, ataupun keluarga kita dan pasti itu kaitannya denngan citra nama keluarga dibawa. Tentu tidak mau dikenal sebagai anaknya orang yang melakukan kekerasan seksual atau keluarga dari orang yang menjadi korban kekerasan seksual,” jawab Aina.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.