Hoaks merupakan kabar informasi atau berita yang sifatnya bohong, yang direkayasa untuk menutupi berita yang sebenarnya dan juga bisa untuk memutarbalikkan fakta. Provokasi merupakan salah satu berita hoaks untuk mengajak para pembacanya untuk berpikir atau bertindak sedemikian rupa. Kita harus berhati-hati, karena hoaks dan provokasi bisa berawal dari perilaku yang “kepo”; banyaknya keingintahuan orang-orang tanpa melihat keadaan. Harus diingat bahwa kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya tapi juga karena ada kesempatan. Oleh karena itu, kita harus rajin membaca sebuah informasi secara detail dan berpikirlah terlebih dahulu sebelum bertindak untuk share.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak”. Webinar yang digelar pada Kamis, 9 September 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Dr Ahmad Ibrahim Badry (Dosen SKSG Universitas Indonesia), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM & Praktisi Keuangan & IAPA), Dr Rusdiyanta, SIP, SE, MSi (Dekan FISIP Universitas Budi Luhur), Anang Masduki, MA, PhD (cand) (Dosen Ilmu Komunikasi UAD), dan Sony Ismail (Musisi Band J-Rocks) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dr Ahmad Ibrahim Badry menyampaikan informasi penting bahwa “Kecakapan digital adalah kemampuan individu dalam memahami perangkat keras dan perangkat lunak, termasuk juga pengetahuan dasar mengenai lanskap digital, internet, dan dunia maya. Tidak lupa bahwa kita juga harus memiliki pengetahuan dasar mengenai mesin pencari informasi, karena banyaknya dampak informasi yang menyesatkan dalam dunia digital yaitu propaganda, clickbait, sponsored content, satir dan hoaks, dan error. Terkait itu, terbukti bahwa produsen informasi yang menyesatkan dalam dunia digital salah satunya adalah masyarakat awam. Maka penting untuk dapat mengenali ciri informasi yang provokatif, yaitu informasi jenis propaganda, partisan, teori konspirasi, dan misinformasi. Pengguna media digital harus memiliki elemen-elemen kecerdasan emosional, yaitu kesadaran atas diri yang emosional, serta kemampuan untuk membaca dan memahami emosi dan mengetahui dampaknya pada performa kerja, hubungan, dan hal lainnya. Penting untuk melakukan asesmen diri yang akurat dan mengembangkan keterampilan sosial seperti kepemimpinan, komunikasi, pengelolaan konflik, dan ikatan solusi.”
Sony Ismail selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa saat ini kita sudah berada di era serba digital. Kalau dari sudut pandang musisi ini sisi positifnya banyak sekali, seperti kalau bikin lagu sangat mudah dan gampang, dan bisa streaming dalam membuat lagu. Walau begitu, menurutnya memang dari sisi negatifnya juga banyak, salah satunya seperti hoaks, dan juga akses internet yang kadang susah dijangkau. Ia pun merasa lelah kalau selalu dihidangkan berita-berita hoax dan provokasi. Ia sendiri merupakan tipe orang yang tidak gampang percaya, tidak suka asal forward, dan kalau ada berita-berita yang sensitif biasanya ia cek dulu sebelum sebar-sebar informasi. Ia juga mengatakan bahwa kita harus aktif membalas berita hoax dengan berita-berita yang benar.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Hiroshi Athallah Margono menyampaikan pertanyaan “Mengapa netizen Indonesia rata-rata atau beberapa mudah terprovokasi oleh hoax atau hal yang belum pasti, dan terkadang tidak memiliki sopan santun dan tata krama dalam bersosialisasi di media platform digital? Kira-kira apa tindakan yang paling sesuai untuk mengatasi masalah ini?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr Ahmad Ibrahim Badry, bahwa “Alasan utamanya adalah kurang referensi, maka kita bisa mengimbanginya dengan literasi dan informasi lainnya yang mendukung. Kalau malas baca maka akan mudah terbawa dan terprovokasi, supaya menjadi netizen yang dewasa dalam menghadapi sesuatu. Silaturahmi juga tetap harus dijaga dengan saudara dan teman di ranah online.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.