Berita hoaks, konten negatif, provokasi, pelecehan, SARA, bahkan cyberbullying yang banyak beredar di media sosial sangat mengkhawatirkan dan dapat mempengaruhi etika generasi muda dalam hal berkomentar dan menyebarkan berita dan informasi. Hal ini harus disikapi dengan cara mengajari dan menuntut beradaptasi dengan teknologi walaupun memang tidak semudah itu. Namun, tidak ada salahnya menunjukkan kepada mereka mana yang baik dan buruk. Kita sebagai sesama pengguna media digital bisa memberi tahu untuk jangan berkomentar negatif dan infokan mengenai bahayanya dengan memberikan contoh atau sebab-akibatnya.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak”. Webinar yang digelar pada Kamis, 9 September 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), Denisa N Salsabila (Kaizen Room), Dra Labibah Zain, MLIS. (Presiden Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam), Isharsono, SP (Praktisi Digital Marketing Founder IStar Digital Marketing Centre), dan Fajar Gomez (Aktor, Host TV & Komedian) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dra Labibah Zain, MLIS. menyampaikan informasi penting bahwa “Terdapat sebuah anggapan keliru bahwa dunia digital merupakan ruang privat yang tidak ada yang melihat, padahal semua kegiatan kita di sana justru disaksikan seluruh dunia. Kitaharus pahami bahwa dunia maya sebenarnya sama dengan dunia karena lawan bicara kita yang di balik layar punya perasaan. Banyak yang tidak menyangka bahwa adanya konsekuensi hukum di dunia maya melalui adanya UU ITE. Banyak juga yang lupa bahwa apa yang dilakukan di dunia maya juga berhubungan dengan masa depan dengan adanya jejak digital yang mempengaruhi citra kita. Terkait berbagi pendapat, memang benar bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak segala warga negara baik secara lisan maupun tulisan. Walau begitu, pastinya pendapat tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan, baik di medsos maupun di muka umum. Pendapat yang baik adalah yang memiliki data sebagai bukti dan memiliki etika. Supaya kita tidak terjebak menjadi pelaku ujaran kebencian, harus think before posting, membiasakan membaca postingan atau berita secara utuh, gunakan gadget secara bijak, dan perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan orang lain.”
Fajar Gomez selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa adanya provokasi bisa terjadi karena ada beberapa orang yang malas mencari tahu atau malas membaca. Kita sebagai pengguna media digital harus memastikan sebuah informasi itu akurat atau tidak. Dengan berbekali literasi digital, kita jadi tahu cara memanfaatkan informasi digital supaya terhindar dari hoaks. Kita akan terbiasa untuk memilih informasi untuk dibagikan kepada orang lain. Pada akhirnya, hal ini akan membuat orang akhirnya aware akan dampak semakin menyebarkan berita provokatif dan hoaks, sehingga dapat saling menjaga sesama di media sosial.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Abdikin menyampaikan pertanyaan “Bagaimana menanamkan kecakapan digital dan berpikir kritis untuk generasi muda dalam menanggapi hoaks, provokasi, konten negatif, dan cyberbullying, melihat anak sekarang lebih suka ikut-ikutan dan merasa di media sosial bebas berkomentar dan bebas mengekspresikan diri tanpa menyadari kerugian yang dialami jika berperilaku buruk?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Samuel Berrit Olam, bahwa “Sebagai anak muda kita harus mau ikuti tren dan zaman. Kita bisa belajar digital marketing dengan mengikuti webinar seperti ini, jadi sesama anak muda bisa saling memberitahu, walaupun anak muda akan susah diberitahu. Bisa juga dengan mengajak mereka mengasah apa yang mereka suka; digali lebih dalam. Terkait hal yang berbau provokatif, bisa ajak mereka untuk fokuskan ke hal yang mereka suka agar bisa mengarah ke hal yang lebih positif untuk masa depan mereka.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.