Melihat selalu ada kenaikan kasus aktif Covid-19 setiap ada libur panjang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyarankan warganya untuk tetap di rumah saja jelang libur panjang pada akhir Oktober 2020. Walaupun demikian, jika memang hendak bepergian, sebaiknya menaati protokol kesehatan dan menerapkan 3M.

Berkaca pada data sebelumnya, terjadi peningkatan kasus aktif Covid-19 secara nasional pada libur panjang. Mengacu pada data dari situs covid19.go.id, untuk DKI Jakarta sendiri, peningkatan signifikan terjadi setelah libur Hari Kemerdekaan (17 Agustus) dan Tahun Baru Islam (20–23 Agustus). Pada 3 September, angka kasus aktif per hari di Jakarta mencapai 1.359 kasus.

Tentu saja kejadian ini tidak lagi diinginkan, terutama oleh Pemprov DKI Jakarta. Terlebih, angka kasus aktif per hari di Jakarta berada di bawah seribu. Berdasarkan dari situs web corona.jakarta.go.id, kasus aktif per hari di Jakarta berada di angka 8,4 persen dibandingkan secara nasional yang berada di angka 14,3 persen.

Jika melihat dari situs web Satgas Penanganan Covid-19, per 23 Oktober, angka kasus aktif di Jakarta berada di angka 952 kasus dengan tingkat kesembuhan per hari mencapai 1.093 orang.

Oleh karena itu, jelang libur pan­jang pada 28 Oktober–1 No­­vem­ber 2020, Pemprov DKI menyarankan untuk tetap di rumah saja selama liburan. Untuk itu, ada tiga hal yang diminta oleh Pemprov.

Pertama, tetap berada di rumah kecuali ada hal penting. Kedua, jika memang ke luar rumah, lakukan protokol kesehatan Covid-19 yaitu 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun). Ketiga, selalu tingkatkan kesehatan demi kekebalan tubuh.

Langkah antisipatif Pemprov DKI

Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T). Upaya ini jadi penting terutama untuk mengantisipasi kluster Covid-19 akibat libur panjang. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr Widyastuti MKM.

Untuk testing, DKI Jakarta dalam proses meningkatkan kapasitas laboratorium untuk melakukan PCR test hingga 10 ribu tes per hari. Caranya, antara lain menambah 3 unit mobile lab di awal November 2020 dan membangun laboratorium BSL-2 di Labkesda dan beberapa RSUD.

Lalu untuk tracing, Dinkes DKI akan meningkatkan rasio tracing pasien dari 1:6 menjadi 1:15. Dinkes akan kembali menata alur tracing, menambah petugas di setiap puskesmas kecamatan, serta menguatkan penye­lidikan epidemiologi dan analisis perilaku dan psikososial.

“Untuk ini dibutuhkan kerja sama dan keterbukaan pasien atau keluarga pasien pada saat dilakukan wawancara oleh petugas tracing. Jadi, butuh dukungan masyarakat juga akan hal ini agar pasien baru lekas bisa dibantu,” ujarnya.

Untuk pelacakan, Dinkes DKI juga telah menyusun pedoman. Se­te­lah mendapatkan pasien baru, pe­la­cakan kontak erat akan dilakukan ber­­dasarkan wawancara. Kemudian, pe­la­cakan dilakukan berdasarkan ri­wa­yat perjalanan.

Pelacakan ini jadi penting untuk mengantisipasi lonjakan kasus pada libur panjang karena adanya kemungkinan peningkatan mobilitas dan kerumunan. Oleh karena itu, keberadaan buku tamu menjadi penting. Dari situ, Dinkes bisa melihat siapa yang datang beserta jam kunjungnya. Dari situ akan dilakukan testing jika ditemukan positif.

Sedangkan untuk treatment, menurut data Dinkes jumlah bed isolasi yang tersedia di Jakarta saat ini sudah terpakai 59 persen dari total 5.759 tempat tidur. Sedangkan untuk ICU, sudah terpakai 65 persen dari 783 tempat tidur.

“Dinkes akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas RS dan lokasi isolasi terkendali menguatkan peran gugus tugas RT/RW untuk meningkatkan perilaku 3M,” ujarnya.

“Vaksin” terbaik untuk mencegah Covid-19 saat ini adalah dengan 3M. Menurut penelitian Tim FKM UI, penggunaan masker kain akan bisa menurunkan risiko penularan sebesar 45 persen dan masker bedah turun 70 persen, untuk cuci tangan pakai sabun risiko akan turun 35 persen dan jaga jarak bisa turun sampai 85 persen. Jadi, kalau semua digabungkan, risiko penularan akan makin rendah.

Partisipasi warga menjadi penting untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Melalui Ingub nomor 55 tahun 2020, Pemprov DKI menginstruksikan kepada para camat dan lurah untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan ketua RT/RW, kader PKK, dan kader dasawisma.

Pemprov juga telah melakukan pelatihan edukasi pencegahan Covid-19 kepada kader. Selain itu, pedoman RT/RW Siaga Pandemi Covid-19 juga sudah dibuat sebagai panduan ketua RT/RW dalam melaksanakan tugasnya. Pedoman ini bisa diunduh di tautan http://bit.ly/PSBB-RTRW-Siaga.

“Semua langkah ini dikerjakan oleh Pemprov DKI melalui Dinkes DKI bekerja sama dengan banyak pihak. Bersama perangkat daerah, TNI, dan Polri, kami bersama-sama turun melakukan pengawasan. Begitu juga dengan tenaga kesehatan yang sampai sekarang terus berjuang membantu dalam menangani pasien Covid-19,” ujarnya.

Pengawasan harus ditingkatkan

Selain antisipasi, yang tak kalah penting harus dilakukan adalah pengawasan. Hal ini dikatakan oleh Direktur Eksekutif Jakarta Public Service (JPS) M Syaiful Jihad. Me­nurut Syaiful, penanganan Co­vid-19 oleh Pemprov DKI Jakarta sudah bagus

Syaiful menambahkan, setelah itu mungkin, pengawasannya harus mulai ditingkatkan. Apalagi menjelang libur panjang nanti, kemungkinan orang ke luar rumah dan kerumunan orang bisa lebih banyak terjadi. Mungkin sepanjang libur panjang pengawasan bisa dipusatkan sementara ke tempat wisata di DKI Jakarta.

“Namun, yang lebih penting memang sebaiknya tidak bepergian ke luar kota jika tidak penting. Lebih baik di rumah saja. Kalaupun pergi harus tetap menerapkan 3M,” pungkasnya.